Penampilan Yanuar yang bersahaja membuat Amanda senang menatap Yanuar. Tanpa sengaja Amanda sering bertemu dengan Yanuar.
Sinta ibu kandung Amanda tidak tahu kalau putri bungsunya sedang jatuh cinta pada seorang duda. Ia mengatur kencan buta Amanda dengan Radit. Sebagai anak yang baik, Amanda menyetujui kencan buta dengan Radit. Namun, alangkah terkejutnya Amanda ternyata kencan buta itu bertempat di restoran hotel tempat Yanuar bekerja.
Akhirnya Sinta mengetahui Amanda sedang dekat dengan seorang duda. Ia tidak setuju putrinya menjalin kasih dengan Yanuar. Sinta berusaha menjauhkan Amanda dari Yanuar dengan cara memperkenalkan orang yang satu tipe dengan Yanuar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5.
“Maksud kamu Pak Yanuar pegawai Rendi?” tanya Claudia hati-hati. Amanda menjawab dengan mengangguk. Ia ingin melihat reaksi Claudia setelah mengetahui jawabannya.
Claudia tersenyum semringah. “Kenapa tidak bilang dari tadi? Pakai rahasia-rahasiaan segala,” ujar Claudia.
Amanda terkejut melihat reaksi Claudia. “Mama tidak marah kalau Amanda memberi makanan untuk Pak Yanuar?” tanya Amanda dengan wajah bingung.
Claudia menghampiri Amanda. “Kenapa Mama harus marah sama kamu?” tanya Claudia sambil mengusap punggung Amanda.
“Mama tidak marah. Mama senang, anak gadis Mama sudah mulai mengenal pria.” Claudia mencolek hidung Amanda sambil tersenyum.
“Iiihhh Mama.” Amanda memasang wajah cemberut karena Claudia menggodanya.
“Sudah ah, Mama mau tempatkan makanannya dulu. Nanti Pak Yanuar keburu memesan makanan.” Claudia pun bergegas menuju dapur bersih untuk mengambil kotak makan.
“Mama titip makan siang untuk Aa, ya,” ujar Claudia sambil mengambil kotak makan dari dalam lemari.
“Iya, Ma,” jawab Amanda.
Setelah makan siang untuk Yanuar dan Rendi siap, Amanda pun cepat-cepat pergi ke kantor Yanuar. Beruntung jalan dari rumah Amanda menuju ke kantor Yanuar lancar sehingga pukul sebelas siang Amanda sudah sampai di kantor Yanuar.
‘Mudah-mudahan Pak Yanuar belum membeli makan siang,’ kata Amanda di dalam hati.
Amanda masuk ke dalam kantor Rendi. Ia menghampiri seorang operator yang duduk di kursi resepsionis.
“Teh!” Amanda memanggil petugas operator yang bernama Rini.
Rini mengangkat kepalanya ketika mendengar ada yang memanggilnya. “Ya, Mbak Amanda,” jawab Rini.
Semua pegawai di kantor Rendi sudah mengetahui siapa Amanda sehingga Amanda bisa bebas keluar masuk kantor Rendi.
“Ruang kerja Pak Yanuar di lantai berapa?” tanya Amanda.
“Ruang kerja Pak Yanuar ada di lantai empat, Mbak. Letaknya ada di sebelah kanan tangga,” jawab Rini.
“Oke. Terima kasih, ya,” ucap Amanda.
Amanda pun bergegas menuju tangga. Ketika ia hendak menaiki tangga. Ia bertemu dengan Ujang. Biasanya Rendi suka menyuruh Ujang membeli makanan.
“Jang. Kamu sudah disuruh Pak Yanuar beli makanan?” tanya Amanda.
“Belum, Mbak. Pak Yanuar belum menyuruh saya beli makanan,” jawab Ujang. Amanda tersenyum mendengar jawaban Ujang.
“Ya, sudah. Tidak apa-apa.” Amanda pun langsung menaiki tangga menuju ruang kerja Yanuar. Ujang melongo melihat Amanda.
Sesampai di lantai empat Amanda bingung mencari ruangan Yanuar karena banyak ruangan di lantai empat. Di ujung lorong ada sebuah meja kerja. Seorang perempuan sedang bekerja di meja tersebut. Amanda menghampiri perempuan itu. Perempuan itu sedang sibuk mengetik.
“Selamat siang, Teh,” sapa Amanda.
Perempuan itu menoleh ke Amanda. “Siang, Mbak Amanda,” jawab perempuan itu.
Amanda terkejut perempuan itu mengenalnya. Sebelummya Amanda belum pernah bertemu dengan perempuan itu.
“Ruangan Pak Yanuar sebelah mana?” tanya Amanda.
“Itu Mbak.” Perempuan itu menunjuk ke pintu yang berada di seberang meja kerja perempuan itu. Amanda menoleh ke arah ruangan yang ditunjuk oleh perempuan itu.
“Terima kasih, ya.” Amanda berjalan menuju ke ruang kerja Yanuar. Ia mendengar suara orang yang sedang berbicara dari dalam ruang kerja Yanuar. Amanda mengetuk pintu terlebih dahulu.
“Masuk.” Terdengar suara Yanuar menyuruhnya masuk.
Amanda membuka pintu dan menampakkan wajahnya dari balik pintu. Yanuar sedang duduk di kursi kerjanya, Rendi duduk di kursi di depan meja kerja Yanuar. Mereka sedang berbincang-bincang, mereka tidak menyadari kedatangan Amanda.
“Assalamualaikum,” ucap Amanda.
Yanuar menoleh ke arah pintu ketika mendengar suara orang mengucapkan salam. Ia kaget melihat Amanda menampakkan kepalanya dari balik pintu.
“Mbak Amanda?!”
Rendi langsung menoleh ke belakang. Ia kaget melihat adik sambungnya datang ke ruang kerja Yanuar. “Amanda?! Mau apa kamu ke sini?” tanya Rendi. Amanda tidak menjawab dengan nyengir kuda.
“Amanda boleh masuk, nggak?” tanya Amanda kepada Yanuar.
“Boleh Mbak. Silahkan masuk,” jawab Yanuar. Amanda masuk ke dalam ruang kerja Yanuar lalu menutup pintu kembali.
Rendi melihat Amanda membawa banyak tas kain. “Bawa apa itu?” Rendi menunjuk ke tas-tas kain yang dibawa oleh Amanda.
“Makan siang untuk Pak Yanuar,” jawab Amanda. Ia meletakkan ke tas-tas kain tersebut di atas meja sofa.
Rendi mengerut kening mendengar jawaban Amanda. Sejak kapan Amanda datang membawa makanan untuk Yanuar?
“Terima kasih, Mbak Amanda. Saya jadi merepotkan Mbak Amanda,” ucap Yanuar.
“Kamu yang masak?” tanya Rendi dengan curiga.
“Bukan. Aa kan tahu kalau aku baru belajar masak. Nanti rasanya tidak karuan,” jawab Amanda.
“Kalau begitu siapa yang masak?” tanya Rendi penasaran.
“Mama yang masak. Mama juga membawakan makan siang untuk Aa,” jawab Amanda.
“Ayo Pak Yanuar, kita makan dulu. Kalau sudah dingin nanti tidak enak,” ujar Rendi. Rendi beranjak dari tempat duduk lalu pindah ke sofa.
“Mana makanan untuk Aa?” tanya Rendi.
“Ini, A.” Amanda mengambil salah satu tas kain lalu di taruh di depan meja Rendi.
Rendi mengeluarkan kotak makan dari dalam tas kain. Yanuar beranjak dari kursi kerja dan bergabung dengan Amanda dan Rendi. Amanda memberikan satu tas kain kepada Yanuar.
“Terima kasih, Mbak,” ucap Yanuar.
Yanuar membuka tas kain lalu mengeluarkan tempat makanan dari dalam tas. Ia membuka tutup tempat makanan, di dalamnya ada nasi yang lengkap dengan lauk pauk dan sayuran yang menggugah selera. Yanuar sudah sering mencicipi masakan Claudia, rasanya enak. Ia tidak perlu meragukan masakan Claudia.
Rendi memperhatikan Yanuar yang sedang memandangi makanan di depannya. “Ayo dimakan Pak Yanuar!” ujar Rendi sambil mengunyah makanan.
“Iya, Pak.” Yanuar mengambil sendok lalu menaruh sendok di tempat makanan.
“Tidak perlu khawatir, isinya aman. Mamah saya yang masak, bukan Amanda. Kalau Amanda yang masak rasanya kacau balau,” lanjut Rendi. Yanuar hanya tersenyum menanggapi perkataan Rendi.
“Satu lagi untuk siapa?” Rendi menunjuk ke tas kain yang belum dibuka.
Amanda yang sedang mengirim pesan di telepon seluler langsung menoleh ke Rendi. “Ini untuk Amanda. Jam satu Amanda ada kelas. Jadi sekalian makan siang di sini,” jawab Amanda.
“Jadi ceritanya numpang makan siang di sini?” tanya Rendi.
“Iya,” jawab Amanda sambil meletakkan telepon seluler di atas meja.
Ia mengambil tas kain itu lalu mengeluarkan kotak makan dari dalam tas. Kotak makan ada tiga Satu kotak untuk nasi, satu kotak lagi untuk lauk pauk dan satu kotak lagi untuk buah-buahan. Cukup lengkap menu makan siang yang diberikan oleh Claudia.
Ibu sambungnya benar-benar memperhatikan menu makan untuknya. Amanda sangat bersyukur memiliki ibu sambung yang baik hati seperti Claudia. Beliau memperlakukan Amanda seperti anak sambung sendiri.
Amanda membuka kotak yang berisi nasi lalu ia membuka kotak yang berisi lauk pauk. Lauk pauk di dalam kotak cukup lengkap ada protein dan sayuran. Ia pun makan siang bersama Rendi dan Yanuar.
Ketika mereka sedang makan terdengar suara ketukan pintu. “Masuk!” ujar Yanuar.
.
.
Hai, pembaca.
Hari ini Deche up 1 bab. Deche ngantuk karena kemarin pulang dari luar kota. Terima kasih kepada pembaca yang sudah menunggu kelanjutan kisah Amanda dan Yanuar. Besok Deche lanjutkan lagi.
lha wong sampeyan aja "samen leven" laki² yg bukan mahrom gitu lho /Sweat/