NovelToon NovelToon
Kutukan Seraphyne

Kutukan Seraphyne

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Cintapertama / Reinkarnasi / Iblis / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:766
Nilai: 5
Nama Author: Iasna

Dua abad lalu, Seraphyne membuat satu permintaan pada Batu Api yaitu menyelamatkan orang yang ia cintai. Permintaan itu dikabulkan dengan bayaran tak terduga—keabadian yang terikat pada kutukan dan darah.

Kini, Seraphyne hidup di balik kabut pegunungan, tersembunyi dari dunia yang terus berubah. Ia menyaksikan kerajaan runtuh, kekasih yang tak lagi mengenalnya, dan sejarah yang melupakannya. Batu itu masih bersinar merah dalam genggamannya, membisikkan harapan kepada siapa pun yang cukup putus asa untuk mencarinya.

Kerajaan-kerajaan jatuh demi kekuatan Batu Api. Para bangsawan memohon, mencuri, membunuh demi satu keinginan.
Namun tak satu pun dari mereka siap membayar harga sebenarnya. Seraphyne tak ingin menjadi dewi. Tapi dunia telah menjadikannya iblis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iasna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19: Abu yang Menyimpan Janji

Penjara bawah tanah hanya mengenal dua hal, dingin dan diam. Dindingnya berlumut, cahaya hanya berasal dari obor yang nyaris padam. Di sel paling ujung, Seraphyne duduk bersila di atas jerami lembap, napasnya berat, tubuhnya lemah, tapi matanya masih menyimpan bara yang tak padam.

Langkah pelan terdengar. Suara hewan… atau manusia?

Bayangan itu muncul dari balik kabut gelap lorong.

Burung gagak besar dengan bulu sehitam malam menapaki lorong, lalu berubah perlahan menjadi seorang pria berjubah abu-abu gelap dengan mata setajam obsidian. Ramord.

"Ramord…" bisik Seraphyne, hampir tak percaya. "Kau datang."

Ia berlutut di luar jeruji, tangan kirinya menyentuh besi yang telah menyerap mantra pelumpuh. "Aku selalu datang untukmu, tuanku. Dan kali ini, aku tak akan pergi sebelum menarikmu keluar dari neraka ini."

"Aku tidak bisa pergi. Jika aku kabur sekarang, itu akan membenarkan tuduhan Thalean."

Ramord menggeleng pelan. "Tidak. Justru jika kau tetap di sini, dia akan memaksamu tunduk dengan batu kehendaknya. Dia tak butuh pengakuanmu, dia hanya perlu kehancuranmu."

Suara Seraphyne pecah pelan. "Alvaren… dia akan hancur. Dia belum tahu aku..."

"Aku tahu," potong Ramord. "Karena itulah rencananya tidak hanya membunuhmu. Tapi juga memisahkan kalian dengan kebencian yang disulut oleh kebohongan."

Ia mengeluarkan sebuah botol kecil dari balik jubahnya—berisi cairan hitam keperakan.

“Ramuan pemalsu kematian. Dosis yang cukup akan membuat tubuhmu tampak tak bernyawa selama seharian, jantungmu melambat, kulitmu membiru.” Matanya gelap. “Saat kau mati, tubuhmu akan dibawa keluar untuk dibakar. Tapi aku yang akan mengambilnya.”

Seraphyne mengangguk perlahan, hatinya remuk. “Dan Alvaren…?”

“Kita harus menyakitinya sekarang agar dia tidak terbunuh oleh takdir yang akan datang.” Ramord menggenggam tangannya. “Setidaknya jika dia membencimu, dia tidak akan ikut dibakar bersamamu oleh rencana Thalean.”

"Kau harus menghindari Thalean untuk saat ini, menghindari istana. Aku akan membantumu membalaskan dendam, aku bersumpah untuk tuanku!" lanjut Ramord yang membuat Seraphyne menundukkan kepalanya.

"Ramord, kau benar-benar.. aku akan membalas kebaikanmu suatu hari nanti."

Ramord menggelengkan kepalanya. "Justru saat ini aku sedang membalas kebaikan tuanku. Dua ratus tahun lalu, jika kau tidak menyelamatkanku, mungkin aku sudah musnah di telan batu api purba. Kau orang yang baik, tuanku."

Seraphyne menutup matanya. “Bilang padanya bahwa aku menyesal. Tapi aku harus memilih jalan yang lebih buruk agar semuanya bisa tetap hidup.”

Ramord menatap Seraphyne dalam-dalam. “Aku akan mengubur nama Seraphyne. Dan kelak, dunia akan mengenalmu dengan nama baru, saat waktunya tiba untuk bangkit dan menghancurkan semua yang membakarmu hidup-hidup.”

Seraphyne tersenyum lirih. “Kalau begitu, malam ini… biarkan aku mati.”

Seraphyne langsung meneguk ramuan pemalsu kematian sampai habis tak bersisa. Tidak membutuhkan waktu lama, kini dia sudah tergeletak dengan tubuh terbujur kaku.

Ramord yang memastikan semuanya berhasil, kembali berubah menjadi burung gagak dan pergi meninggalkan penjara bawah tanah.

...****************...

Angin pagi di istana terasa berbeda. Langit yang biasanya cerah bahkan ketika duka menyapa, kini berselimut awan kelabu, seperti turut berkabung atas sesuatu yang bahkan belum diumumkan.

Namun bisik-bisik telah lebih cepat dari kabar resmi.

"Tabib utama istana ditemukan tak bernyawa di sel bawah tanah."

"Tubuhnya membiru… katanya racun. Atau mungkin kutukan."

"Itu Seraphyne. Dia mati."

Mareen menjatuhkan nampan ramuan ketika mendengarnya. Rae mematung dengan tangan yang bergetar. Sementara itu, Thalean hanya tersenyum kecil dari balik tirai kamarnya. Senyuman yang tak sampai ke mata.

Berita itu akhirnya diumumkan secara resmi menjelang tengah hari.

Raja Eldrin berdiri di balkon megah, wajahnya tampak muram, tapi suaranya datar. “Tabib utama Ephyra ditemukan tak bernyawa dini hari tadi. Kita akan memberinya penghormatan terakhir sebagai penjaga nyawa kerajaan. Hari ini adalah hari berkabung nasional.”

Alvaren tak mempercayai apa yang ia dengar. Tubuhnya kaku di tempat. Tangannya gemetar, dan batu bulan jatuh dari genggamannya, bergulir ke lantai dingin kamar.

“Tidak,” bisiknya.

“Tidak, ini tidak benar.”

Ia berlari, tanpa peduli pada siapa pun yang mencoba menghentikannya. Dia menembus lorong, menuruni tangga besar, menerobos penjagaan dapur dan pelayan. Ia hampir merobek pintu ruang peristirahatan mayat hanya untuk mendapati… peti kayu yang tertutup kain putih di tengah ruangan yang sepi.

Dan di dalamnya, tubuh yang tak lagi hangat. Kulit pucat. Mata terpejam seolah tertidur. Seraphyne.

Air mata Alvaren jatuh untuk setelah sekian lama. Namun tangisnya bukan hanya sedih, tapi campuran antara kehilangan, kebingungan, dan kemarahan.

Dia menggenggam tangan dingin Seraphyne dan berbisik, “Kau berjanji akan tetap bersamaku. Kau yang bilang tak ada yang bisa memisahkan kita. Lalu kenapa kau pergi, Seraphyne…”

Langkah kaki terdengar di belakangnya. Ibu suri datang dengan gaun berkabung dan tatapan lelah.

"Alvaren…"

“Ini ulah mereka, Bu. Thalean… dia membunuhnya. Atau membuatnya sampai pada titik ini. Dan Eldrin membiarkan semuanya terjadi.”

Ibu suri terdiam.

"Aku sudah menahannya, aku tidak mengacungkan pedang pada mereka. Tapi kematian Ephyra tidak akan membuat aku diam, bu! Dia.. dia tidak bersalah.."

Ibu suri menepuk-nepuk bahu putra sulungnya. Dia mengerti bagaimana rasanya kehilangan dan kali ini dia akan membiarkan Alvaren, tidak akan menegurnya lagi.

“Jika tak ada yang bertindak… aku akan melakukannya.”

Di pelataran barat istana, api pemakaman dinyalakan di bawah altar batu. Para bangsawan mengenakan pakaian hitam, sementara rakyat berdiri diam—sebagian menangis, sebagian hanya menunduk dalam doa.

Alvaren berdiri paling depan. Diam. Tegak. Tapi di dalam, ia runtuh.

Peti kayu diangkat oleh empat prajurit kehormatan. Ramord menyamar sebagai salah satu dari mereka. Ia menunduk dalam-dalam, menyembunyikan getar yang nyaris meledak.

Saat peti diturunkan perlahan ke atas tumpukan kayu bakar dan api mulai menyala, Alvaren menahan napas.

Rae menggenggam tangan Mareen erat. “Dia benar-benar pergi…”

Tidak. Tidak benar. Tapi mereka tidak tahu.

Ramord mengangguk samar ke arah langit—seolah memberi isyarat pada seseorang, entah siapa. Misi mereka berjalan sesuai rencana. Tapi harga yang harus dibayar terlalu mahal.

Malam itu, di balkon kamarnya yang menghadap taman yang kini mati tak berbunga, Alvaren berdiri sendiri, memandangi bintang-bintang yang enggan bersinar.

Dalam genggamannya, batu bulan terasa dingin.

“Aku tak bisa menyelamatkanmu,” ucapnya. “Tapi aku bersumpah demi namamu… demi cinta kita yang bahkan tak sempat kuingat penuh…”

Napasnya bergetar.

“Jika ini benar ulah Thalean, maka darahnya akan membayar semuanya. Dan jika adikku, Eldrin, membiarkanmu hancur, maka kerajaan ini tak lagi pantas baginya.”

Ia menutup matanya. Untuk terakhir kalinya, ia membayangkan senyum Seraphyne. Lalu bara di hatinya tak bisa padam lagi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!