NovelToon NovelToon
Kusebut Namamu Dalam Doaku

Kusebut Namamu Dalam Doaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Janda / Selingkuh / Cerai / Pelakor / Pelakor jahat
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mutia Muthii seorang ibu rumah tangga yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Zulfikar Nizar selama 12 tahun dan mereka sudah dikaruniai 2 orang anak yang cantik. Zulfikar adalah doa Mutia untuk kelak menjadi pasangan hidupnya namun badai menerpa rumah tangga mereka di mana Zulfikar ketahuan selingkuh dengan seorang janda bernama Lestari Myra. Mutia menggugat cerai Zulfikar dan ia menyesal karena sudah menyebut nama Zulfikar dalam doanya. Saat itulah ia bertemu dengan seorang pemuda berusia 26 tahun bernama Dito Mahesa Suradji yang mengatakan ingin melamarnya. Bagaimanakah akhir kisah Mutia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ada yang Berubah

Zulfikar tidak hanya makan malam di rumah Lestari namun ia juga melakukan hal yang lain dengan wanita ini karena memang Lestari sudah sering menggodanya dengan kecantikan paras dan tubuhnya yang seksi tentu saja menggoda siapa pun termasuk Zulfikar. Pada akhirnya mereka berakhir di ranjang dan membuat Lestari kegirangan karena mendapatkan apa yang dia inginkan. Setelah puas melakukan aktivitas itu maka Zulfikar mandi dan segera mengenakan pakaiannya lagi namun Lestari memeluk pria itu dari belakang.

"Kamu mau pulang? Kenapa nggak menginap saja? Hari kan sudah malam, pasti istri kamu sudah tidur."

"Aku nggak bisa kalau nggak pulang, dia pasti menunggu aku di rumah."

"Kamu ini gimana, sih? Kenapa kamu nggak juga menceraikan dia? Katanya kamu mau menceraikan dia segera dan menikah sama aku?"

"Aku janji sama kamu akan segera menikahi kamu tapi tolong sabar."

"Gimana bisa aku sabar? Aku ini sudah menunggu lama dan yakin sama janji-janji yang selalu kamu ucapkan selama ini. Jangan-jangan semua yang kamu katakan selama ini hanya janji busuk?!"

"Nggak Lestari, aku akan menikahi kamu. Percayalah."

Namun Lestari merajuk dan tidak mau memercayai apa yang dikatakan oleh Zulfikar barusan. Pria itu kemudian meraih tangan Lestari dan kemudian ia menciumnya lembut, Zulfikar janji bahwa ia akan segera menceraikan Mutia dan mereka akan hidup bahagia selamanya sebagai pasangan suami-istri.

"Kalau begitu berikan aku kepastian, kapan kamu akan menceraikan Mutia dan menikah sama aku."

"Beri aku waktu satu bulan, aku janji setelah satu bulan maka aku akan menceraikan dia dan menikahi kamu."

****

Zulfikar tiba di rumah dan seperti yang ia duga sebelumnya bahwa Mutia pasti belum tidur juga saat ini. Hal itu terbukti karena lampu rumah masih menyala padahal harusnya sudah mati. Zulfikar masuk ke dalam rumah dan menemukan sang istri tengah tidur di sofa ruang tamu. Mutia yang mendengar suara pintu terbuka sontak saja membuka matanya yang tadi masih terpejam, ia bisa melihat sosok yang sejak tadi ia tunggu kedatangannya akhirnya muncul juga.

"Kenapa sih kamu ini suka keras kepala? Aku kan sudah katakan supaya kamu jangan menungguku."

"Bagaimana bisa aku nggak menunggu kamu, Mas? Aku khawatir kalau terjadi sesuatu sama kamu."

"Tapi kamu bisa lihat sendiri kan saat ini aku baik-baik saja."

Zulfikar gegas menuju kamar untuk mandi dan berganti pakaian dan tentu saja Mutia menyusul dia sampai ke dalam kamar. Ada hal yang mau ia bicarakan dengan sang suami namun entah mengapa ia ragu untuk mengatakannya.

"Kamu mau bicara apa?" tanya Zulfikar yang seolah paham bahwa saat ini Mutia sedang menyimpan sesuatu.

"Bukan apa-apa," jawab Mutia.

Zulfikar kemudian kembali cuek dan tak menanyakan lebih lanjut pada Mutia. Ia langsung tidur begitu saja di ranjang sementara Mutia menghela napasnya panjang. Ia ikut berbaring di samping sang suami namun matanya enggan terpejam lagi. Mutia memikirkan bahwa sikap sang suami sudah mulai berubah sekarang, entah firasatnya mengatakan kalau ada yang tidak beres dalam rumah tangganya dan Mutia harus segera mencari tahu di mana sumber masalahnya.

****

Hari ini Mutia memberanikan diri untuk bicara dengan Zulfikar, ia akan langsung bertanya pada sang suami mengenai apa yang mengganjal di dalam hatinya.

"Mas, ada hal yang mau aku tanyakan sama kamu."

"Kalau begitu kamu tanyakan saja."

"Kalau aku lihat-lihat belakangan ini sikap kamu kok jadi berubah? Aku merasa kamu lebih cuek, kamu kalau pulang ke rumah selalu malam. Kamu juga sering main ponsel kemudian saat aku melihat ponsel kamu kayak langsung panik sambil marah. Sebenarnya apa yang terjadi?"

"Mutia, apakah kamu baru saja menuduh aku tengah melakukan hal yang tidak-tidak?"

"Bukan begitu, Mas. Hanya saja aku ini sedang bertanya sama kamu supaya kita ini saling terbuka dan nggak ada gesekan lain di masa yang akan datang."

"Sudahlah Mutia, kamu jangan mengelak lagi. Aku tahu kalau sekarang kamu ini sedang menuduh aku ini tengah berselingkuh! Dari pertanyaan kamu saja aku sudah bisa langsung menyimpulkannya. Dari mana sih kamu bisa mendapatkan pikiran begitu?!"

Mutia terdiam sama sekali tidak menyangka bahwa ia akan dimarahi oleh sang suami seperti ini padahal niatnya barusan itu bertanya baik-baik tapi kenapa sekarang malah ia yang kena marah? Mutia yakin bahwa apa yang menjadi kecurigaannya terbukti. Ia yakin bahwa memang ada yang tidak beres di sini dan ia harus mulai mencari tahu.

****

Perlahan tapi pasti Mutia mulai mencari tahu apa yang sebenarnya dirahasiakan oleh sang suami darinya walau ia sendiri tidak yakin apa yang ia lakukan ini adalah benar namun Mutia tidak mau kalau sampai ia mengetahuinya belakangan dan pada akhirnya malah membuatnya akan semakin sakit. Mutia mendapatkan sebuah pesan dari sebuah nomor asing yang tidak dikenalnya namun dari pesan itu maka Mutia mengetahui sebuah alamat yang asing baginya. Mutia agak ragu untuk datang ke alamat yang asing itu apalagi jaraknya cukup jauh dari rumah ini. Tapi berbekal dengan rasa penasaran yang tinggi mala Mutia pun gegas menuju alamat itu dengan menggunakan taksi. Mutia sepanjang perjalanan nampak sangat gelisah bukan main.

"Ya Allah, sebenarnya di sana itu ada apa? Kenapa hatiku jadi nggak tenang begini?" gumam Mutia dalam hati.

Taksi yang membawa Mutia pada akhirnya berhenti juga di depan rumah yang alamatnya adalah alamat persis yang disebut dalam pesan asing itu. Mutia turun dari dalam taksi dan kemudian melihat di halaman rumah itu ada sebuah mobil yang sangat ia kenali.

"Mobilnya mas Zulfikar ini," gumam Mutia.

Melihat mobil suaminya di rumah ini tentu saja membuat perasaan Mutia mulai berkecamuk, ia mulai berpikir bahwa apa yang menjadi ketakutannya selama ini akan menjadi nyata.

****

Mutia perlahan melangkahkan kakinya masuk ke dalam pekarangan rumah, ia berjalan terus sampai ke pintu masuk dan tangannya mengepal di udara untuk mengetuk pintu rumah. Ada rasa ragu dalam diri Mutia saat ia hendak mengetuk pintu rumah itu. Tak lama kemudian ia mendengar suara dari dalam rumah itu, ia jelas sekali tak mungkin salah dalam mengenali suara itu.

"Mas, aku senang sekali kamu ada di sini."

"Aku juga senang sekali di sini."

"Tolong jangan pulang malam ini, kamu menginap saja di sini."

"Baiklah, aku akan segera kirim pesan pada istriku."

Tak lama kemudian ponsel Mutia menampilkan sebuah pesan dari sang suami yang isinya permintaan maaf kalau ia tidak bisa pulang malam ini karena lembur. Seketika Mutia marah dan tak bisa menahan diri lagi, ia menggedor pintu dengan kasar sampai pintu terbuka dan rupanya yang membuka adalah Zulfikar.

"Mutia? Kok kamu bisa di sini?"

1
StepMother_Friend
semangat kak
Serena Muna: makasih kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!