Seorang gadis muda, reinkarnasi dari seorang Assassin terhebat di masanya terdahulu. Gadis tersebut tidak menyadari bahwa ia adalah reinkarnasi Assassin tersebut.
Ia menjalani hidupnya dengan biasa-biasa saja. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan seorang wanita dewasa yang ternyata adalah mentor Assassin itu. Wanita ini sudah hidup beratus-ratus tahun lamanya hanya untuk bertemu dengan gadis ini dan akan melatihnya sampai gadis itu siap menghadapi lawannya sendirian karena perlu diketahui, gadis muda itu adalah reinkarnasi terakhir dari Assassin itu.
Tugasnya adalah mencegah lawannya yang juga bereinkarnasi sampai masa di mana gadis itu hidup. Lawannya berencana menguasai suatu pemerintahan di kotanya dengan cara yang kotor.
Ternyata tugasnya tidak hanya itu saja. Ia juga menanggung nasib dunia.
Nasib dunia berada di tangannya.
Mampukah dia menyelamatkan dunianya? Atau dunianya harus punah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Big.Flowers99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nathalia Tavisha
Tahun 2103, di sebuah kota kecil jauh dari pusat kota bernama Bogsan, hidup seorang gadis berusia 19 tahun. Nathalia Tavisha namanya, akrab disapa Nathalia. Wajahnya cantik dengan kulit putih mulus, cenderung berwajah Asia. Memiliki rambut hitam panjang sedikit bergelombang. Tingginya 179 cm dengan berat badan 60 kg. Tubuhnya dapat dibilang atletis karena ia selalu menjaga tubuhnya agar tetap ideal. Rutin olahraga, makan makanan sehat dan bergizi adalah kuncinya. Ia memiliki hobi yang unik dan jarang diminati oleh rata-rata gadis seumurannya, yaitu parkour. Nathalia sangat pandai melakukan parkour.
Dari kecil, sekitar umur 12 tahun, ia telah kehilangan kedua orangtuanya. Penyebab pastinya, ia tidak tahu. Sepengetahuannya, mereka pergi ke pusat kota untuk mencari nafkah namun tidak pernah kembali. Akhirnya, mereka ditemukan oleh penduduk pusat kota dalam keadaan tidak bernyawa setelah beberapa bulan menghilang.
Dulu, Nathalia adalah anak yang ceria. Wajahnya selalu menampakkan kegembiraan dan kebahagiaan. Akan tetapi, setelah kematian orangtuanya ia berubah menjadi penyendiri. Ia sering mengasingkan diri ke tempat yang sepi dari kerumunan orang.
Sepeninggal orangtuanya, ia hidup bersama bibinya, bernama Anne Belvina. Natalia memanggilnya Bibi Anne. Anne sangat sayang sekali kepada Nathalia, begitu juga sebaliknya. Kebiasaan Nathalia yang selalu mengasingkan diri tidak bisa dicegah oleh Anne. Beliau hanya mengawasinya dari kejauhan saja. Rumah Anne bisa dibilang sangat asri. Sekelilingnya ada ladang tebu dan jagung yang luas milik suaminya, paman Nathalia. Kehidupan mereka bergantung pada ladang tersebut.
Saat ini, Nathalia mencoba peruntungannya untuk bekerja di sebuah restoran lumayan ternama. Letaknya lumayan jauh dari rumahnya. Jika diterima, Nathalia berencana menaiki kendaraan umum untuk menuju ke sana.
Pagi ini, ia bangun dan tengah bersiap-siap.
"Nat, jangan lupa tutup lukanya yang ada di pergelangan tangan kirimu ya. Takutnya itu mengganggu saat wawancara kerja nanti," kata Anne dari luar kamarnya.
"Iya, Bi."
Nathalia bercermin sejenak. Ia memandangi wajahnya sendiri sambil membalut luka di pergelangan tangan kirinya menggunakan perban. Luka tersebut terlihat seperti huruf A kapital tanpa garis tengahnya. Nathalia heran karena luka tersebut tidak kunjung sembuh. Sudah belasan tahun luka tersebut membekas. Penyebabnya adalah ia terjatuh dari atas pohon dan tangannya mengenai batu keras. Alhasil, tangan kirinya terluka di bagian pergelangan tangan. Terkadang, ia juga merasakan sakit. Lama sekali ia memandang cermin tersebut sampai akhirnya ia sedikit terkejut melihat ada bayangan seorang pria dibelakangnya. Pria tua dengan kumis dan jenggot yang sangat tebal. Pria itu berdiri di belakangnya memakai jubah bertudung. Nathalia tidak dapat melihat sorot matanya karena hanya terlihat setengah wajahnya saja. Lantas, ia segera menoleh. Namun, tidak ada siapa-siapa di sana.
"Pasti tadi melamun," gumamnya.
"Nathalia, sarapan dulu sini!" Seru Anne dari bawah, yaitu ruang keluarga.
"Iya, Bi. Sebentar lagi aku siap," jawab Nathalia. Ia bergegas memasukkan dokumen pendukung lamaran kerja ke dalam tas. Setelah itu, ia bergegas turun.
"Ini untuk naik Cyrus," kata Anne sambil menyodorkan sebuah kartu.
Cyrus adalah sebutan untuk kendaraan umum di kotanya. Supirnya bukan manusia, melainkan sebuah robot yang sudah usang. Kendaraan tersebut juga memiliki jalur sendiri yang berbeda dengan yang lainnya.
"Terimakasih, Bi. Ini apa??" Tanya Nathalia.
"Roti bakar selai kacang kesukaanmu. Belum bosan kan??"
"Tidak pernah bosan," jawab Nathalia sambil tersenyum. Ia menyantap roti tersebut dengan lahap.
"Aku berangkat, Bi." Nathalia berpamitan dengan bibinya.
"Iya. Hati-hati."
Nathalia berjalan kaki terlebih dahulu sejauh 5 km untuk sampai di jalan besar. Di sana, ia akan menaiki kendaraan Cyrus itu. Suasana di kotanya sangat tenteram dan damai. Hanya beberapa kepala keluarga yang tinggal di kota kecil tersebut. Kota itu juga dikelilingi oleh hutan belantara yang sangat luas. Konon katanya, tidak ada satupun penduduk sana yang berani menelusuri hutan itu lebih dalam. Mereka beranggapan bahwa hutan tersebut menyimpan sebuah misteri. Para penduduk hanya berani memasuki hutan itu sampai 3 km saja dari perbatasan.
Para penduduk memanfaatkan hutan itu untuk mencari kayu bakar dan berburu hewan.
Beberapa menit kemudian, Nathalia sudah sampai di jalan besar. Ada beberapa kendaraan yang berlalu-lalang. Ramai sekali. Ia menunggu di sebuah halte. Sembari menunggu, ia memainkan ponselnya.
Tak berselang lama, kendaraan yang dimaksud sudah datang.
"S... Selamat pagi. Ingin pergi kemana??" Tanya robot itu.
"Rott Restaurant," jawab Nathalia sembari menyerahkan kartu tersebut melakukan pembayaran. Selesai membayar, kendaraan itu segera melaju.
Selama perjalanan, Nathalia menikmati pemandangan yang disuguhkan di sana. Beberapa anak seusianya tengah asyik bermain-main.
"S... Si... Silakan sudah sampai."
Nathalia bergegas turun. Lalu ia melihat di kartu tersebut. Rupanya jarak yang ditempuh dari rumah ke restoran tersebut sekitar 16 km.
Lumayan jauh juga.
Di dalam, ia mencoba bertanya kepada beberapa pegawai di sana untuk bertemu dengan atasan mereka. Ia juga mengatakan bahwa dirinya dipanggil untuk wawancara kerja.
"Dia sudah menunggu di ruangannya," ucap pegawai tersebut seraya menunjukkan lokasinya yang berada di lantai atas. Nathalia mengangguk.
Sampai di depan ruangan tersebut, Nathalia mengetuk terlebih dahulu.
"Silakan masuk!" Nathalia sedikit heran dengan suara orang itu. Terdengar tidak asing baginya.
Di dalam, ada seorang wanita yang umurnya sekitar 35 tahun. Memiliki sorot mata yang tajam. Rambutnya lurus berwarna coklat kemerah-merahan. Wajahnya tampak dewasa dan memancarkan aura bijaksana. Nathalia terdiam sejenak memandangi orang itu.
"Silakan duduk." Nathalia duduk secara perlahan sambil terus memandangi wanita di depannya.
Wanita itu sadar dirinya ditatap oleh Nathalia.
"Apa kau sedang menatapku??" Tanya wanita itu seraya menurunkan sedikit kacamatanya.
"Ah, maaf. Saya hanya tidak asing dengan wajah Anda. Sepertinya, kita pernah bertemu tetapi saya tidak tau kapan itu," jawab Nathalia.
"Oh. Mungkin hanya mirip saja. Boleh saya lihat dokumennya??" Nathalia menyerahkan dokumen tersebut kepada wanita itu.
Sembari dokumennya diperiksa, ia melihat sekelilingnya. Ia heran mengapa hanya dirinya saja yang di sana. Tidak ada siapapun lagi. Bahkan diluar ruangan tidak ada orang yang menunggu giliran untuk dipanggil wawancara kerja.
"Nathalia Tavisha. Berumur 19 tahun. Belum pernah bekerja sebelumnya??" Tanya wanita itu.
"Belum, Bu," jawab Nathalia.
"Baiklah. Kamu saya terima. Kamu ada bakat untuk bekerja di sini. Tapi, saya meminta kamu bekerja di restoran pusat, di kota Jalundra. Saya ada rekomendasi tempat tinggal sementara di sana. Kamu tidak perlu membawa apa-apa. Hanya baju saja. Di sana sudah ada perlengkapan yang kamu butuhkan."
Wanita itu mengamati ekspresi Nathalia sejenak. Seperti ada yang dia pikirkan.
"Tidak senang??" Tanyanya.
"Bukan. Saya hanya memikirkan bagaimana bibi saya di rumah sementara saya bekerja di sana," kata Nathalia.
"Tenang saja. Kamu masih bisa mengunjungi bibimu saat liburan," kata wanita itu. Nathalia mengangguk.
Sejenak, wanita itu melihat ada perban yang membalut pergelangan tangan kiri Nathalia.
"Apa itu??" Tanya wanita itu.
"Ini luka saya," jawab Nathalia.
"Boleh saya lihat??" Nathalia membuka balutannya secara perlahan. Ketika sudah terbuka semuanya, wanita itu membelalakkan matanya.
Inikah orangnya? Reinkarnasi terakhir?
"Apa itu tidak mengganggu saat bekerja nanti?" Tanya wanita itu.
"Tidak sama sekali, Bu." Wanita itu mengangguk.
"Datanglah minggu depan. Temui seseorang yang bernama Arumi Belanova di sana. Jangan sampai terlambat," kata wanita itu.
"Baik, Bu." Nathalia pamit pergi. Wanita itu mengamati Nathalia yang berjalan keluar ruangannya.
Apa kamu yakin mengemban takdir itu kepadanya?? Sepertinya dia gadis yang polos.
Saat di lantai bawah, Nathalia tidak langsung pulang ke rumahnya. Ia ingin mempelajari apa saja tugas di restoran tersebut. Ia tidak ingin ketika bekerja nanti tidak bisa melakukan apa-apa. Setidaknya, Nathalia mempunyai gambaran sedikit tentang pekerjaannya.
Nathalia memesan minuman lalu duduk di salah satu meja. Sembari minum, ia mengamati dan memperhatikan dengan seksama pegawai di sana melakukan tugasnya.
Sedang sibuk mengamati sekitarnya, tiba-tiba pandangannya teralihkan oleh seseorang yang sedang duduk di pojokan. Seorang pria yang memiliki ciri-ciri sama seperti yang dilihatnya saat bercermin tadi. Pria itu menatapnya.
Nathalia sedikit heran mengapa dirinya ditatap. Ia mencoba menoleh ke sekitarnya. Mungkin saja bukan dirinya yang ditatap.
Tidak ada siapa-siapa. Berarti aku yang ditatap olehnya. Siapa dia?
Tiba-tiba, Nathalia terkejut melihat pria itu berjalan menghampirinya. Ia segera bersiap untuk menghadapinya.
"Silakan minumannya." Ada seorang pelayan yang menutupi pria itu karena memberikan minuman kepada pelanggan yang sedang duduk di depan meja Nathalia. Setelah pelayan itu pergi, pria itu menghilang.
Nathalia mengangkat alisnya sebelah. Apa itu cuma imajinasinya saja?
"Hmm, permisi. Saya ingin bertanya." Nathalia memanggil salah satu pelayan di sana.
"Iya, ada yang bisa dibantu??"
"Apa ada seseorang yang duduk di sana??" Tanya Nathalia sambil menunjuk tempat pria misterius itu duduk.
"Maaf, sepertinya saya tidak terlalu memperhatikan ke sana. Sepertinya tadi tidak ada," jawab pelayan itu. Nathalia mengangguk secara perlahan. Nathalia menarik kesimpulan bahwa ia sedang kelelahan sehingga ia seperti melihat bayangan seseorang. Lebih tepatnya itu adalah imajinasinya.
"Baiklah. Terimakasih." Pelayan itu tersenyum lalu kembali melakukan tugasnya.
Dirasa cukup mengetahui apa saja tugas yang dilakukan di sana, Nathalia segera pulang ke rumahnya.
Bersamaan dengan perginya Nathalia, wanita tadi turun dari lantai atas. Lalu ia memanggil salah satu pegawainya.
"Tolong ikuti dia. Jangan sampai kau terlihat olehnya," kata wanita itu.
"Baik, Sensei." Pegawai itu bergegas mengikuti Nathalia dari kejauhan.
Wanita itu mengamati Nathalia yang sedang menunggu kendaraan di seberang sana.
Nathalia Tavisha. Tugasmu akan berat kedepannya. Semoga kamu bisa menghadapi itu.