NovelToon NovelToon
LINTASAN KEDUA

LINTASAN KEDUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / SPYxFAMILY / Identitas Tersembunyi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:19.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Sejak balapan berdarah itu, dunia mulai mengenal Aylin. Bukan sekadar pembalap jalanan berbakat, tapi sebagai keturunan intel legendaris yang pernah ditakuti di dunia terang dan gelap. Lelaki yang menghilang membawa rahasia besar—bukti kejahatan yang bisa meruntuhkan dua dunia sekaligus. Dan kini, hanya Aylin yang bisa membuka aksesnya.

Saat identitas Aylin terkuak, hidupnya berubah. Ia jadi target. Diburu oleh mereka yang ingin menguasai atau melenyapkannya. Dan di tengah badai itu, ia hanya bisa bergantung pada satu orang—suaminya, Akay.

Namun, bagaimana jika masa lalu keluarga Akay ternyata berperan dalam hilangnya kakek Aylin? Mampukah cinta mereka bertahan saat masa lalu yang kelam mulai menyeret mereka ke dalam lintasan berbahaya yang sama?

Aksi penuh adrenalin, intrik dunia bawah, dan cinta yang diuji.

Bersiaplah untuk menembus "LINTASAN KEDUA"—tempat di mana cinta dan bahaya berjalan beriringan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Dunia Bergerak

Ruang itu senyap. Hanya cahaya kota yang menyelinap masuk lewat dinding kaca, menyapu siluet pria di balik meja besar. Di sanalah Rayyan Nugroho duduk—tenang, bersandar sedikit ke depan, menyatukan kedua tangan di atas meja. Sorot matanya dalam, penuh kalkulasi. Ia tak butuh suara tinggi untuk memerintah. Karismanya lah yang berbicara.

Rayyan—pebisnis yang dikenal di dunia terang, namun langkahnya tak pernah ragu menapak gelap jika ada yang berani mengusik. Di sampingnya berdiri Andi, tangan kanan yang tak pernah mundur setapak pun, sekaligus ayah kandung Akay.

Tablet di tangan Rayyan menyala. Video dari Swiss berputar hening. Liontin itu berkilau, lalu berdarah, lalu menyala. Pola-pola muncul dari cahayanya—seperti peta kuno yang selama ini tersembunyi dari dunia.

Rayyan menyipitkan mata. Wajahnya tetap tenang, tapi ada kilatan tajam di balik ketenangan itu. Di sampingnya, tatapan Andi membeku, memerhatikan setiap detail pola yang terbentuk.

“Cahaya biru itu,” suara Rayyan nyaris seperti hembusan, “kau lihat juga, ‘kan?”

Andi mengangguk tanpa bicara. “Bukan pantulan. Polanya presisi. Terlalu sempurna untuk sebuah kebetulan.”

Rayyan menyandarkan tubuh, jari-jarinya mengetuk perlahan lengan kursi. Pikirannya bekerja cepat, menghubungkan banyak titik dalam benaknya.

“Itu liontin milik Wardhana,” katanya. “Dan pola itu muncul karena darah. Artinya... siapa pun yang memegangnya, memiliki darah Wardhana.”

Tatapan Andi tak bergeser dari layar. Ekspresinya berubah. “Selama ini kita percaya Aylin satu-satunya.”

Rayyan mengalihkan pandang. “Dan Aylin bukan tipe yang suka menaruh perhatian dunia pada warisan keluarganya.”

Diam. Sejenak hanya suara jam dinding terdengar, menggema pelan dalam ruang itu. Keduanya saling menatap, dan di antara mereka muncul kesadaran yang sama—ada sesuatu yang belum mereka ketahui. Sesuatu yang bisa mengubah banyak hal.

“Hubungi Neil,” perintah Rayyan datar. “Aku ingin dengar langsung dari mulutnya.”

Jauh di negara lain, di villa tersembunyi di balik kabut pegunungan, Neil memutar video yang sama. Layar besar di hadapannya memantulkan cahaya kebiruan ke wajahnya yang keras dan penuh luka lama. Tatapannya seperti mata pemburu, tajam dan tak mengenal ampun.

Neil bukan mafia biasa. Di dunia gelap, ia ditakuti bukan karena kekejaman, tapi karena keadilannya yang tak bisa dibeli. Ia hanya berburu mereka yang memang pantas ditumbangkan—koruptor, pengkhianat, pemangsa sesama. Tapi pada orang-orang baik, ia takkan menyentuh, meski mereka datang dari sisi dunia yang ia benci.

Suara dari video dimatikan, hanya kilau liontin yang bicara. Saat pola mulai muncul, Neil bersuara pelan, nyaris bergumam.

“Bukan Aylin yang unggah ini.”

Layar video call menyala. Wajah Rayyan muncul di sana, dan di sampingnya—seperti biasa—Andi.

“Kami tahu,” kata Rayyan, suaranya dalam dan tenang. “Tapi yang memegang liontin itu... darahnya memunculkan peta.”

Neil menghela napas panjang, suara beratnya menggema. “Kalau begitu, dia... atau seseorang lain dalam garis Wardhana.”

“Mungkinkah Wardhana punya keturunan lain?” tanya Andi, nada suaranya setajam tatapannya.

Neil terdiam sesaat, lalu menggeleng pelan. “Wardhana bukan pria yang suka pamer. Tapi dia juga bukan pria yang mencintai lebih dari satu.”

Rayyan mengangkat alis tipis. “Kita tak bisa memastikan. Tapi kalau benar ada satu lagi, dan dia yang memegang peta... permainan ini berubah.”

Neil berdiri. Bayangannya membentang panjang di dinding villa. Udara di ruang itu mendadak dingin.

“Akay harus tahu,” katanya. “Aylin bisa saja dalam bahaya... atau dia bukan lagi pusat dari semua ini.”

Tangan Andi mengepal di sisi tubuhnya. “Dia tetap menantuku, Neil. Dan kau tahu betapa Akay menganggapmu ayah. Kalau ada ancaman—kita selesaikan sebelum mereka datang lebih dekat.”

Neil menunduk pelan, anggukan kecil menyertai sorot mata yang tak berubah.

“Kalau darah lain itu benar ada,” gumamnya, dingin dan mantap, “kita harus menemukannya lebih dulu. Sebelum musuh melakukannya.”

Rayyan tak menjawab. Ia hanya menatap layar dengan sorot tajam yang seakan bisa menembus waktu.

“Kita buru kebenarannya,” ucapnya akhirnya. “Lalu kita putuskan... siapa yang pantas hidup.”

***

Akay sedang menyeduh kopi saat notifikasi berita internasional muncul di ponselnya.

“LIONTIN MISTERIUS YANG BEREAKSI PADA DARAH, DITEMUKAN DI SWISS?”

Tangan Akay terhenti. Matanya membeku menatap layar. Dengan jari gemetar, ia membuka video yang disematkan dalam berita itu.

Satu detik… dua detik… dan ia melihatnya—bola kaca kecil di liontin itu bersinar biru. Berpendar. Lalu pola-pola muncul dari dalamnya—seperti peta. Garis-garis samar, simbol asing, tanda-tanda yang hanya dikenali segelintir orang di dunia ini.

"Itu... mustahil," gumamnya. "Itu liontin yang sama... Tapi berbeda."

Ia mengingat liontin milik Aylin. Sama bentuknya, tapi hanya memancarkan cahaya putih kebiruan. Seperti nyala api yang tidak membakar. Tak ada peta. Tak ada simbol.

"Duplikat," desisnya. "Atau... pecahan dari satu sistem yang lebih besar?"

Dengan cepat, ia menghubungi Eagle.

Telepon hanya berdering sekali sebelum diangkat.

“Kau sudah lihat videonya?” suara Akay terdengar datar, tapi tegang.

“Sudah. Dan dunia sudah mulai mencium aromanya.”

“Berapa banyak yang menawar?”

“Ratusan ribu. Dan bukan cuma dari kolektor. Beberapa nama yang seharusnya tak muncul di permukaan... mulai bergerak.”

Akay mengepalkan tangan. Wajahnya menegang.

“Alamat wanita itu?”

“Sudah bocor di forum gelap. Beberapa pemburu sudah dikirim. Tapi belum terlambat... jika kita bergerak sekarang.”

Hening sejenak.

“Kau pikir, siapa yang akan sampai lebih dulu?”

“Pertanyaannya bukan siapa, Kay,” suara di seberang melemah menjadi gumaman. “Tapi... apa yang akan tersisa ketika mereka sampai.”

***

BERBAGAI TEMPAT – MALAM HARI

Di dalam kamar hotel mewah di Tokyo, layar tablet memantulkan cahaya redup ke wajah seorang pria paruh baya. Ia mengenakan kimono hitam, duduk bersila di tatami. Sekelilingnya sunyi, hanya suara jam berdetak.

PRIA BERKIMONO bicara dalam bahasa Jepang dengan suara pelan.

“Peta itu muncul...”

Ia menekan tombol interkom.

“Panggil Kanzaki. Kita harus ke Bern malam ini.”

*

Di ruang bawah tanah gelap, penuh layar monitor dan kabel berserakan, seorang wanita bertopi rajut melihat video yang diunggah Natalie. Matanya membelalak. Ia menyesap kopi dingin dari kaleng.

Ia bergumam seperti berbisik pada dirinya sendiri.

“Liontin itu… hidup.”

Ia segera membuka folder bertuliskan “WARDHANA FILES” dan mulai mengetik cepat.

*

Dalam limusin hitam yang melaju di jalan bersalju, seorang pria tua dengan tongkat berkepala naga menyipitkan mata ke arah layar tablet di depannya. Seorang pengawal duduk di seberang, menunggu perintah.

PRIA BERTONGKAT

“Ah… jadi dia yang memilikinya sekarang. Gadis itu...”

Ia tersenyum dingin.

“Hubungi Balthazar. Katakan, waktunya berburu sudah dekat.”

*

Di balik kaca jendela sebuah perpustakaan tua di Istanbul, seorang biarawan berjubah lusuh berdiri membatu, menatap laptop. Di layar, liontin itu memancarkan cahaya biru, pola muncul perlahan.

BIARAWAN

“Cahaya biru... Keturunan darah murni...”

Ia menarik napas tajam dan berbalik, berjalan cepat menuju rak tua, menarik satu buku tebal bersegel lilin.

“Kita sudah kehabisan waktu.”

*

Di kantor pusat perusahaan teknologi di New York, seorang CEO muda berjas Armani menghentikan rapatnya. Ia memutar layar besar di ruang konferensi, memerlihatkan video Natalie.

CEO

“Bukan CGI. Itu sistem biologis—reaksi protein seperti yang disebut dalam dokumen Kurosawa tahun 1986...”

Ia tersenyum tajam pada asistennya.

“Siapkan tim Black Nova. Target: liontin itu.”

*

Dan di tempat lain…

Seorang lelaki bertopeng, duduk di antara layar-layar CCTV yang menampilkan berbagai sudut dunia. Video Natalie diputar berulang-ulang. Tangan pria itu mengusap ukiran di tangannya yang mirip dengan pola dari liontin.

LELAKI BERTOPENG

“Dia akhirnya muncul...”

Ia menoleh ke kamera yang merekamnya sendiri.

“Kita semua harus bersiap.”

Dunia pun bergerak. Karena satu unggahan. Satu liontin. Satu darah.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
tse
mantap ka...seru abis bab ini...puas puas puas banget banget banget...top buat kaka....lanjut kan ka...jangan ada korban nyawa dari pihak Rayyan, Neil, Andi, Zayn, Buntala, Aylin dan Akay ya ka....mereka orang2 baik.....
Mrs.Riozelino Fernandez
😳😳😳😳😳
Mrs.Riozelino Fernandez
biarawan berkorban 😔
Mrs.Riozelino Fernandez
huuuh...
untung semua data atau apa ya itu namanya simbol2 itu sudah masuk ke pikiran Aylin ya...
Mrs.Riozelino Fernandez
ternyata mereka mengikuti Aylin...
ternyata setelah dilewati Aylin dan Akay tiap ujian tidak balik seperti semula ya...jadi gampang dilewati...
Puji Hastuti
Mantab, tim yang hebat
Puji Hastuti
/Good//Good//Good//Good/
Siti Jumiati
semakin kesini semakin seru...semakin bikin dang dig dug... semakin bikin penasaran... semakin nagih... dan semakin kereeeeeeeen... semangat kak lanjut...
fri
gasss terus Thor...💪
abimasta
untung jantungku masih aman thor
Siti Jumiati
satu kata cerita kakak luar biasa, bikin deg deg kan bikin senan jantung,bikin penasaran,bikin q gk bisa tidur karena gk sabar ingin baca cerita kelanjutannya.../Heart/ kereeeeeeeen.../Good//Good//Good/
ilhmid
gila, makin epik gini
phity
mamtap thor aku suka
phity
astaga aku baca sambil teriak2....hhhh
sum mia
akhirnya bisa ngejar sampai disini lagi .
makasih kak Nana.... ceritanya bener-bener seru juga menegangkan . kita yang baca ikutan dag dig dug ser .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
durrotul aimmsh
luar biasa....kyak lg nonton film action
asih
😲😲😲😲 kakak sampai hafal nama² jenis senjata
sum mia
emang seru kak.... sangat menegangkan .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia
meski banyak jalan terjal dan banyak ujian semoga mereka tetap baik-baik saja .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
naifa Al Adlin
keren lah kak nana/Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!