"Nala katakan pada bibi siapa ayahnya?" bagai disambar petir bagi Nala saat suara wanita paruh baya itu terdengar "maksud bibi apa?" tanya Nala dengan menenangkan hatinya yg bergemuruh "katakan pada bibi Nala !! siapa ayah bayi itu?" lagi - lagi bibi Wati bertanya dengan nada sedikit meninggi. "ini milikmu kan?" imbuhnya sambil memperlihatkan sebuah tespeck bergaris 2 merah yang menandakan hasil positif, Nala yang melihat tespeck itu membulatkan matanya kemudian menghela nafas. "iya bi itu milik Nala" ucapnya sambil menahan air mata dan suara sedikit bergetar menahan tangis "jala**!! tidak bibi sangka dirimu serendah itu Nala" jawab bi Wati dengan mata berlinang air mata "katakan padaku siapa ayah dari bayi itu?" tanya bi Wati sekali lagi. nala menghembuskan nafas berat kemudian bibirnya mulai terbuka "ayahnya adalah" baca kelanjutan ceritanya langsung ya teman - teman happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukapena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pagi yang mengejutkan
"lalu apa hubungannya denganku bi ?" pertanyaan Gavin membuat bi Wati benar - benar terkejut, berarti benar apa yang Nala ucapkan jika tuan Gavin sama sekali tidak mengingat kejadian malam itu.
"Nala hamil anak tuan Gavin" jawaban dari bi Wati sukses membuat Gavin membulatkan matanya dan dia tersenyum kecut "bagaimana itu anakku ? bahkan menyentuhnya saja aku tidak pernah" lagi - lagi Gavin mengelak.
rasanya ingin sekali bi Wati memukul kepala Gavin dengan panci penggorengan yang berada di dapur itu namun ia sadar dirinya hanya seorang pembantu disana "coba tuan ingat kembali, saat tuan mengalami demam dikala nyonya dan tuan Rendra sedang berada di Belgia" sambung bi Wati sekali lagi mencoba megingatkan Gavin peristiwa malam itu.
kilas balik ingatan Gavin mulai menjelajah tentang malam dimana ia terserang demam tinggi karena terlalu lelah bekerja hingga tubuhnya mulai lunglai tak berdaya belum sempat menaiki anak tangga kepala pusing dan lemas menyerangnya hingga terjatuh dan tak sengaja lengannya menyentuh vas bunga yang berada diujung anak tangga.
"ya aku ingat bahwa aku memang demam malam itu tetapi..." ucapanya terhenti ketika dia mengingat kembali saat dipagi hari melihat keadaan tempat tidurnya yang berantakan dan ada secerca darah diseprei yang kala itu berwarna putih.
dirinya tidak pernah menduga bahwa darah itu adalah darah ke gadisan Nala yang dengan kejamnya ia rengut begitu saja dengan keadaan dirinya yang tak sadar seratus persen "apa tuan sudah mengingatnya ?, tuan bibi mohon kepada tuan untuk bertanggung jawab kepada Nala" ucapan tegas dan memohon bi Wati membuat Gavin semakin gusar.
terdengar suara pintu penghubung antara dapur dan pavilion berdecit menandakan ada seseorang yang datang, di sana berdiri Nala dengan wajah yang sangat pucat serta badan yang terlihat kurus.
"selamat pagi tuan, maafkan saya terlambat membuatkan kopi untuk tuan" sapa Nala kepada Gavin dan Gavin tetap diam terpaku di tempatnya sedangkan bi Wati saat ini sudah berada didepan kompor bersiap untuk menggoreng ikan untuk sarapan keluarga Alvaro.
tanpa membalas ucapan dari Nala Gavin segera beranjak pergi meninggalkan dapur dan segera naik ke atas untuk membersihkan dirinya serta mencerna apa yang terjadi.
Nala yang sedang menuangkan bubuk kopi ke dalam gelas cangkir milik Gavin memalingkan pandanganya untuk melihat punggung Gavin yang mulai perlahan menjauh dari ambang pintu dapur.
hari ini keadaanya dan moodnya benar - benar sangat buruk, sedari subuh sudah mual dan muntah namun yang keluar hanya cairan kuning karena perutnya masih kosong, sepertinya hidungnya mulai sensitif dengan segala jenis bau - bauan termasuk masakan yang sedang bi Wati buat dengan sigap dia menutup hidungnya agar tidak mual dan muntah.
jika itu terjadi dia takut bahwa tuan dan nyonya Alvaro akan mencurigainya, sebisa mungkin dia menahan gejolak yang berada di dalam perutnya "air mu sudah mendidih" ucapan bi Wati mengagetkan dirinya dari segala pikiranya "ah iya bi" jawabnya sambil menuju ke arah kompor untuk mengambil teko berisi air panas untuk ia seduhkan ke dalam cangkir kopi milik Gavin.
"apa yang harus Nala bantu bi ?" tanya Nala pada bi Wati yang saat ini sudah selesai memasak "tolong pindah semua sayur dan lauk ini dipiring kemudian tata dengan rapih seperti biasanya di meja makan ya" Nala hanya diam mendengarkan seraya mengangguk kemudian melakukan apa yang diperintah oleh bi Wati padanya.
saat sarapan pagi berlangsung sudah menjadi tugas Nala untuk melayani Gavin, menuangkan air minum dan mengupaskan buah jeruk kesukaannya tak lupa dengan secangkir kopi disamping air putih.
"apa hari ini kau ada jadwal kuliah ?" tanya Gavin dengan wajah fokus menyeduh kopi paginya "nikmat seperti biasanya" batin Gavin didalam hati "hari ini saya tidak ada jadwal bimbingan dengan dosen saya tuan" jawab Nala dengan sopan "baguslah, ada yang ingin kubicarakan padamu" tegas Gavin membuat papanya yaitu Tuan Rendra tersedak mendengar ucapanya.