Saat terbangun, Chu Zhan mendapati dirinya berada di dunia yang berbeda. Identitasnya adalah seorang tukang sapu di keluarga bangsawan. Suatu ketika mendapatkan sebuah pusaka berbentuk sapu yang diberi nama 'Sapu Pembunuh Naga'.
Chu Zhan yang merasa sebagai pemeran figuran itu pun mulai mengikuti dan melayani Zhuo Ming. Seorang tuan muda yang mengalami nasib buruk setelah kehilangan kultivasinya. Lalu Zhuo Ming mendapatkan guru seorang wanita dalam bentuk roh, Xiang Liu.
Merasa dirinya terjebak dalam plot sebuah cerita, Chu Zhan bertindak setelah Zhuo Ming. Mempelajari dan memahami dunia yang telah membawanya ke dunia kultivasi.
Ranah Kultivasi : Ranah Pemula, Ranah Lanjutan, Ranah Ksatria, Ranah Magis, Ranah Misteri, Ranah Legenda, Ranah Kekosongan, Ranah Kebangkitan, Ranah Keabadian, Ranah Penciptaan, Dewa Suci.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanto Trisno 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelajaran Seratus Tahun
Chu Zhan mempraktikkan teknik yang diajarkan oleh Huang. Ia membentuk formasi untuk mengganti peran tungku dan api, mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dan mencampurnya dengan proporsi yang tepat.
"Bagus," kata Huang. "Kamu memiliki kemampuan yang baik dalam membuat pil. Sekarang, mari kita lanjutkan dengan teknik yang lebih lanjut."
Huang mengajarkan Chu Zhan cara menggunakan pil untuk menyembuhkan luka dan meningkatkan kemampuannya. Chu Zhan mempraktikkan teknik ini dan meningkat secara signifikan.
"Pil ini sangat berguna," kata Chu Zhan dengan percaya diri. "Aku dapat menyembuhkan luka dan meningkatkan kemampuanku dengan lebih baik."
Ia berlatih lagi dan mencoba membuat beberapa pil. Dalam satu hari, telah membuat ratusan pil kualitas rendah. Meski demikian, ia dapat berlatih lagi dan ketika kultivasinya meningkat, ia akan berlatih alkimia lagi.
Selanjutnya, Huang mengajarkan Chu Zhan cara menggunakan lidi sapu untuk membuat klon. "Klon ini dapat digunakan untuk membantu kamu dalam pertarungan atau mengecoh musuhmu. Klon memiliki pemikiran tersendiri dan ingatan klon akan kembali kepada pemiliknya jika hancur atau dihancurkan."
Chu Zhan memperhatikan dengan baik ketika Huang menjelaskan cara membuat klon. Melihat bagaimana pria tua Pelayan Dewa menggerakkan lidi sapu dan menyalurkan energi, menciptakan klon yang identik dengan dirinya sendiri.
"Pertama, kamu harus memfokuskan energimu pada lidi sapu," kata Huang. "Kemudian, kamu harus merubah lidi sapu dengan pikiranmu untuk menciptakan satu klon."
Chu Zhan mempraktikkan teknik yang diajarkan oleh orang tua tersebut. Ia berlatih memfokuskan energinya pada lidi sapu dan menggerakkan lidi sapu dengan pikirannya setelah menciptakan klon.
"Bagus," ungkap pria tua itu. "Kamu memiliki kemampuan yang baik dalam membuat klon. Sekarang, mari kita lanjutkan dengan memasukan kesadaranmu pada klon tersebut."
Pria tua itu mengajarkan Chu Zhan cara mengontrol klon dan menggunakan klon untuk membantu dalam pertarungan. Chu Zhan mempraktikkan teknik ini dan merasa bahwa ketrampilan ini terlalu hebat. Sehingga hati menjadi berdebar-debar. Dari dulu ia ingin menjadi banyak sehingga dapat melakukan tugas dengan lebih cepat dan efisien.
"Ini jadi seperti Sun Wukong. Bedanya, ini pakai lidi yang bisa tumbuh lagi, bukan rambut," kata Chu Zhan dengan percaya diri. "Hahaha! Akhirnya aku berhasil membuat beberapa klon ini."
Entah sudah berapa lama ia berlatih dengan Huang. Namun berkat bimbingannya, membuatnya memiliki lebih banyak ketrampilan. Ia berlatih untuk bertarung dengan klonnya setelah membuat beberapa.
"Baiklah, kurasa kamu sudah menguasai teknik itu. Kurasa kita bisa belajar teknik lainnya. Bagaimana jika kita gunakan pedang untuk bertarung?"
Huang mematahkan lidi dan membuat ukuranya membesar. Lalu perlahan menjadi bentuk pedang dan memiliki ketajaman serta ketebalan sesuai keinginan.
Kini saatnya mengajari Chu Zhan cara menggunakan lidi sapu untuk membuat pedang. "Pedang ini juga dibuat dari lidi sapu. Cara menggunakannya juga sama seperti kamu membuat klon sebelumnya. Kamu bisa memikirkan bentuk pedangmu sendiri."
Chu Zhan memperhatikan dengan seksama saat sang Pelayan Dewa menjelaskan cara membuat pedang. Dengan satu pikiran pedang, pedang tercipta dengan cepat, yang awalnya hanya lidi kecil, membesar dan membentuk pedang.
"Baiklah, dengan pedang itu, kamu bisa menyerangku. Aku juga akan mengajarimu beberapa jurus pedang. Kemudian bisa memanfaatkan waktu ini dengan baik."
Chu Zhan menyerang pria tua itu namun serangannya ditangkis dengan mudah. Pedang Huang lebih fleksibel karena bentuknya sederek. Sementara miliknya memiliki bentuk yang terlalu detail dan menghambat pergerakan.
Akhirnya ia tahu bahwa, bentuk pedang juga mempengaruhi pergerakan. Jika pedang memiliki bentuk yang beraneka ragam, justru itu merepotkan untuk digerakkan. Selain itu, semakin banyak aksesorisnya, itu justru membuatnya mudah diinginkan orang lain.
Huang mengajarkan Chu Zhan cara menggunakan pedang untuk menyerang musuh dengan lebih efektif. Pemuda itu mempraktikkan teknik ini dan merasa lebih ringan.
Selain pedang, mereka juga membentuk tombak dan senjata lainnya. Dari sebuah lidi, dapat digunakan menjadi berbagai senjata, formasi dan klon yang dapat melakukan apa yang diinginkan.
Pelajaran yang diterima Chu Zhan selama seratus tahun, sudah banyak teknik yang dipelajari. Terutama teknik bertarung dari berbagai sekte di dunia. Ia juga mendapat banyak informasi dari zaman dahulu.
"Seratus tahun telah berlalu. Ilmu yang perlu kuajarkan telah kau pelajari. Waktunya kamu kembali ke dunia asalmu. Oh iya, omong-omong, batu spiritualmu telah kuserap untuk mempertahankan wujudku. Karena untuk memunculkan formasi ilusi ini, membutuhkan energi spiritual yang tidak sedikit.*
"Apa? Batu spiritualku?" Chu Zhan baru menyadari sekarang. Ia memeriksa cincin ruang miliknya. Dan benar saja, jumlah batu spiritual tinggal sedikit. Hanya menyusahkan sepuluh persen sisanya.
"Di reruntuhan ini tidak ada batu spiritual. Namun harta berharga di sini, seharusnya milik ketua sekte terdahulu. Aku hanya tukang sapu, tapi ketua sekte itu memiliki pedang rusak. Namun itu adalah Pusaka Dewa."
Setelah itu, barulah ia kembali ke dunia nyata. Meski memiliki kemampuan luar biasa, dengan tingkat kultivasinya, tidak semua kemampuan dapat dipraktekan saat ini. Karena beberapa keterampilan hanya bisa dilakukan dengan kultivasi tertentu.
Chu Zhan mengingat tentang pusaka tersebut. Pedang rusak yang dimaksud, pasti memiliki kekuatan luar biasa. Kemungkinan harus ditempa ulang atau membutuhkan kekuatan tertentu, seperti milik sang protagonis.
"Hmm, lupakan soal batu spiritual. Aku dapat mencari lagi. Namun pedang rusak itu, bukannya akan didapatkan oleh protagonis di dunia ini? Tentu saja Zhuo Ming yang akan mendapatkan pedang itu."
Chu Zhan merubah penampilannya menjadi dirinya sendiri. Ia tidak menyamar menjadi orang lain karena itu sudah tidak berguna. Ia dapat menyembunyikan aura dan kultivasinya dengan kemampuan yang diajarkan oleh kakek Huang.
Satu hari di dunia nyata telah berlalu. Ketika berjalan semakin ke dalam, ia melihat sepasang kakak beradik sedang mempelajari satu jurus.
"Tuan, nona, kalian di sini?" kata Chu Zhan, dengan ekspresi senang. "Akhirnya aku menemukan kalian. Asal kalian tahu, saya hampir mati di luar sana."
Melihat Chu Zhan, mereka terkejut sekaligus senang. Tidak disangka masih bisa bertemu lagi. Terutama Zhuo Yining yang sangat khawatir. Ia sudah banyak menyelamatkannya.
"Anak ini sungguh beruntung. Tidak disangka bisa lolos dari maut. Tapi dia mengalami luka di dalam tubuhnya. Manusia biasa mungkin sudah kesakitan. Namun dia masih bisa tersenyum?"
Xiang Liu melihat adanya luka pada tubuh Chu Zhan. Itu adalah luka dari pertarungan dengan orang tua itu. Ia lupa untuk menyembuhkannya. Siapa yang mengira, luka itu nyata adanya. Padahal hanya dalam ilusi.
"Tuan, Nona, jangan tinggalkan saya. Saya takut sendiri. Saya takut mati. Jadi saya hanya bisa melarikan diri. Maafkan saya karena waktu itu lari. Tapi saya mencari kalian, baru bertemu sekarang."
Chu Zhan terjatuh ketika langkahnya semakin dekat. Ia merasa sangat lapar setelah keluar dari ilusi. Pantas saja karena selama seratus tahun tanpa makan dan minum. Meskipun di dunia nyata hanya satu hari satu malam.
"Tuan, nona, apakah kalian masih memiliki bahan makanan?" Rasa lapar yang luar biasa, membuat Chu Zhan tidak bisa berpikir jernih. Namun ia masih harus menyembunyikan rahasianya.
***