NovelToon NovelToon
MELAWAN IBLIS

MELAWAN IBLIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi Timur / Iblis / Ahli Bela Diri Kuno / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:897
Nilai: 5
Nama Author: Cut Tisa Channel

MELAWAN IBLIS menceritakan tentang seorang gadis keturunan pendekar sakti yang hijrah dari Tiongkok ke Nusantara untuk mendapatkan kehidupan yang tenang.
Namun dibalik ketenangan yang hanya sebentar di rasakan, ada sebuah hal yang terjadi akibat kutukan leluhurnya di masa lalu.
ingin tahu bagaimana serial yang menggabungkan antara beladiri dan misteri ini?
mampukah wanita cantik itu lepas dari kutukan iblis?
simak selengkapnya dalam Serial Melawan Iblis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kerasukan pertama

"Apa,, maksudmu Ki? Kau tau anak ku kenapa?" Tanya Tun Ai panik.

"Sebentar,". Jawab Ki Laut sambil mengisyaratkan tenang dan jangan ribut.

Pria tua itu segera memegang ujung kaki kedua gadis kecil itu sambil mulutnya komat kamit.

Melihat kedua putrinya mulai normal, Tun Ai dan para istrinya yang berkumpul dengan wajah cemas mundur selangkah membiarkan Ki Laut yang menangani mereka.

Baru saja kejang Aisilya hilang sama sekali, tubuhnya tersentak kuat dengan mata melotot memandang langit langit sambil berkata meracau tak menentu.

Hati Tun Ai sangat terenyuh melihat kejadian ini. Dulu pernah dia melihat orang kerasukan yaitu mendiang mertuanya yang tewas setelah kerasukan seperti ini.

Maka dapat dibayangkan betapa hancur hatinya memikirkan nasib kedua putrinya itu. Apalagi keadaan dan perasaan istri istrinya yang sangat menyayangi anak anak mereka.

Yang sibuk dengan bacaan dan percikan air adalah Ki Laut. Tak lama kemudian, Aisilya memejamkan mata sambil berbisik perlahan.

Segera Ki Laut menempelkan kupingnya di mulut Silya lalu keadaan tenang kembali setelah gadis kecil itu kembali jatuh pingsan.

"Mereka tak apa apa. Bawa mereka ke kamar. Jika sudah bangun, berikan air ramuan yang ku buat". Jelas Ki Laut sambil bangkit memberi isyarat kepada Tun Ai dan kedua istrinya untuk berkompromi.

Setelah Tun Ai dan nyonya Na bersama nyonya Mri duduk berhadapan dengan Ki Laut, Tun Ai bertanya heran,

"Sebenarnya siapa Ki Laut? Tolong jangan membohongi kami". Dengan sopan Tun Ai bertanya.

"Ah,,, aku seorang perantau yang mencari murid ku yang kabur entah kemana. Saat aku melihat putri mu, ada aura magis yang sangat besar di dalam dirinya. Apakah kalian pernah tau kenapa?" Tanya Ki Laut serius.

"Kami tak tau, hanya saja keluarga istriku ini adalah penyihir". Sahut Tun Ai.

"Siapa Dhurga?" Pertanyaan Ki Laut membuat wajah ketiga nya terbelalak pucat antara kaget dan ketakutan.

"Dari mana kau tau Ki?"

"Putri mu yang berbisik tadi membisikkan lepaskan Dhurga, lepaskan dia".

"Ah,, Dhurga adalah mertuaku".

"Dia ibuku yang merupakan keturunan langsung ahli sihir nomor satu di dunia pada masanya. Dulu ibu pernah berkata kutukan, namu entah apa itu aku tak mengerti".

"Kita harus menjaga putri mu baik baik. Bagaimana dengan Sina? Apakah dia baik baik saja?"

"Dia tak pernah mengalami hal aneh begini Ki. Entah lah, semoga saja hal ini di jauhkan". Nyonya Na berkata sambil berharap dalam hatinya.

***~###~***

"Lantas apa yang harus kami lakukan?"

"Sewa seluruh orang hebat, temukan barang barang itu. Jika tidak, kalian pasti akan celaka, semuanya". Terdengar suara ancaman keluar dari mulut pria yang perutnya masih di balut perban itu.

"Tapi ketua, para perampok itu, mereka kelompok Naga Hitam. Mereka mendapat sokongan dari kolonial tinggi".

"Aku tidak peduli. Cepat utus orang untuk menemukan kembali barang barang itu". Dalam sakitnya, Indrayana terlihat sangat emosi.

Beberapa orang keluar dari tempat itu dan menghubungi detektif juga pemburu bayaran untuk melaksanakan tugas dari ketua mereka.

Kala itu, di Batavia terdapat tiga organisasi yang sangat terkenal dan di takuti hampir seluruh kalangan.

Yang pertama ialah Naga Hitam. Yang kedua dan yang terbesar adalah Setan Merah dan yang terakhir kelompok yang di asuh oleh Indrayana bernama Sihir Sakti.

Tiga organisasi ini selalu bekerja sama dalam banyak hal untuk menyenangkan para pimpinan yang terdiri dari kolonial belanda.

Meski mereka tampak akur, namun ada semacam persaingan antara ketiga kelompok besar itu ibarat api dalam sekam.

Semakin lama pertentangan antara mereka semakin terlihat. Seperti kemarin baru saja terjadi perampokan pihak Naga Hitam kepada Sihir Sakti yang terjadi di pelabuhan Makilan.

Di antara sekian banyak intrik yang terjadi, ini lah yang paling besar sehingga membuat Indrayan murka dan menyatakan permusuhan terbuka kepada kelompok Naga Hitam.

"Guru, bagaimana keadaan mu? Kau baik baik saja bukan?" Ucap bocah berusia delapan tahun yang sering di panggil Entong.

"Aku baik baik saja. Mana ayah ibu mu?"

"Mereka singgah sebentar ke pasar depan membeli buah untuk mu".

"Duduk lah. Pijat kaki ku". Pinta indrayana kepada murid nya itu.

***~###~***

Jauh di Timur, pihak penguasa kerajaan qing sedang membuat acara besar. Pesta meriah besar besaran itu di kemudian hari di kenal sebagai Empal yaitu pesta terakhir sebelum kejatuhan dinasti Tiongkok untuk selamanya.

Tampak hadir disana sepasang suami istri bersama dua orang pria berpakaian hitam putih yang usianya berkisar 40 an tahun.

Sedang asiknya mereka berpesta pora, puluhan ribu pasukan pejuang revolusi bergerak mengepung mereka.

Terjadilah perang tanding antara prajurit kerajaan dengan pejuang yang mendapat dukungan penuh dari rakyat yang kebanyakan bermarga Han.

Provinsi Shantung hari itu juga dapat dikuasai musuh yang mereka sebut pemberontak. Banyak sekali terjadi pembantaian disana terutama pihak pembesar dan keluarga mereka yang menjadi korban utama.

Mudah nya pihak pejuang menguasai provinsi tersebut tak lepas dari persekongkolan penguasa kerajaan dengan pimpinan pejuang. Namun hal itu tentu saja tak di sebutkan dalam sejarah.

Meski banyak yang menjadi korban, sepasang suami istri yang tak lain adalah Sio Lan bersama pria tua berambut merah Angmojin yang di kenal sebagai ketua pertama kelompok Hekmopang bersama dua tangan kanan nya yang di juluki Pek mo yang berpakaian putih dan Hek mo yang selalu memakai setelan hitam berhasil selamat dari pembantaian itu berkat ilmu kesaktian mereka yang di atas rata rata.

"Kita kembali ke benteng. Kita susun kekuatan untuk gebrakan kedua". Seru Angmo di atas keretanya.

"Kalau bisa, Leubee kita singkirkan saja. Dia selalu menunjukkan sikap menentang atas kebijakan mu. Aku takut dia membocorkan rencana kita". Sahut nenek tua di sampingnya.

"Nanti kita rundingkan lagi". Tegas Angmo yang terus memerintahkan untuk membalapkan kereta kuda mereka.

Bagi pembaca yang penasaran bagaimana kisah Angmo, siapa Siolan mantan ibu suri ketiga dan siapa kah pula Pek mo dan Hek Mo, silakan membaca serial PEDANG PUSAKA.

Disana di ceritakan dengan gamblang tentang mereka yang nantinya akan mengisi kisah ini pula.

***~###~***

Pagi itu cuaca tampak cerah karena mentari bersinar terang menembus dedaunan pohon yang berada di belakang gedung besar yang di apit telaga itu.

Disana terdapat taman luas dan hutan buatan dimana bermacam burung warna warni bersuara indah meloncat dari satu pohon ke pohon lainnya.

Selain itu, ada juga sebuah saung dimana Tun Ai sedang duduk santai bersama Ki Laut memandang ke arah taman dimana beberapa bocah sedang bermain berlarian menangkap kupu kupu dan ikan yang ada di kolam besar itu.

"Ki, aku masih merasa heran dengan pernyataan mu kemarin malam. Mengapa Sila bisa menurunkan darah itu. Dia sama sekali tidak ada hubungan nya dengan mendiang mertua ku".

"Hal itu tidak harus berhubungan darah baru bisa diturunkan. Melalui kontak batin pun bisa. Meski dia anak dari istri keduamu, namun bakatnya di bidang kebatinan jauh lebih besar dibandingkan Silya. Sejauh ini, hanya mereka berdua yang memiliki dasar isi ghaib. Entah nantinya akan ada lagi, aku belum bisa memastikan".

Percakapan seru terjadi antara keduanya sambil memandang ke arah anak anak yang di temani ibu mereka di pondok taman.

Mulai kemarin Ki Laut sudah tidak lagi bekerja pada Tun Ai, tetapi dia kini di angkat menjadi guru spiritual untuk nya dan keluarga.

Tiba tiba Tun Ai mendapat isyarat dari Ki Laut agar memperhatikan kedua putri nya yang tak lain adalah Sila dan Silya.

"Lihat urat hitam di kepala mereka, jika itu bertambah banyak, akan semakin membahayakan jiwa murni mereka".

"Apa yang harus kita lakukan untuk menolong kedua putriku itu?"

"Kita harus menemukan sumbernya. Hanya sumber kekuatan Ghaib itu sendiri yang akan mampu menjadi obat mujarab untuk kesembuhan mereka berdua".

Seorang pelayan wanita yang membawa minuman dan sarapan memotong pembicaraan keduanya.

"Naya, Lanmoi, ajak mereka kemari, kita sarapan dulu". Teriak Tun Ai kepada kedua istrinya.

BERSAMBUNG. . .

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!