Diana, gadis 18 tahun, menemukan kebenaran tentang keluarganya yang sebenarnya setelah 18 tahun hidup bersama keluarga angkat. Dengan kalung berlambang keluarga Pradana dan foto keluarga aslinya, Diana berangkat ke kota besar untuk mencari kebenaran.
Di kota, dia bertemu dengan pemuda misterius yang membantunya mencari alamat keluarga Pradana.
Apakah diana akan menemukan keluarganya?dan siapakah pemuda yang sangat baik membantunya,lanjutkan membaca jika ingin tahu kelanjutannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasna alna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Babak Baru di Kota
Diana tiba di pusat kota, menandai awal petualangannya mencari keluarga kandungnya. Dengan hati berdebar, dia menghubungi Sofia dan Hamdi melalui telepon.
"Ibu, aku sudah sampai," kata Diana dengan suara bergetar. "Tolong doakan aku, ya. Biar aku cepat menemukan orang tuaku."
Sofia menjawab dengan nada khawatir, "Hati-hati, Nak! Kota ini penuh bahaya. Jangan sembarangan percaya orang. Kami selalu mendukungmu. Jaga dirimu baik-baik."
Diana menghela napas dalam-dalam, memandang kalung dengan lambang keluarga Pradana dan foto keluarganya yang asli. Semangat barunya mulai membara. Dia merasa siap menghadapi tantangan apa pun untuk menemukan kebenaran tentang masa lalunya.
Dengan tekad kuat, Diana memulai perjalanannya. Dia berjalan melewati jalan-jalan sibuk, mengamati wajah-wajah tak dikenal, dan bertanya-tanya apakah salah satu dari mereka adalah keluarganya. Harapan dan kekhawatiran bercampur dalam hatinya, namun dia tidak akan menyerah.
Saat keluar stasiun, Diana bertemu pemuda tampan yang menyapa dengan senyum menarik. "Butuh bantuan?" tanyanya.
Diana tersenyum, menunjukkan foto bangunan tua. "Cari alamat ini."
pemuda itu mengedarkan pandangan. "Alamat ini familiar. Aku Axcel, kamu?"
Diana menyambut uluran tangan Axcel. "Aku Diana."
Mereka berjalan bersama, berbincang tentang impian dan tujuan. Namun, Diana merasa sedikit tak nyaman.
"Apa yang membuatmu mencari alamat ini?" tanya Axcel, matanya menatap penasaran.
Diana ragu-ragu sejenak sebelum menjawab.
Axcel terdiam saat Diana mengungkapkan tujuannya mencari keluarga asli. Lalu, dia berkata, "Aku tahu sesuatu tentang alamat ini. Mari ke mobilku."
Diana ragu-ragu karena baru bertemu. Axcel memahami keraguan itu dan tersenyum. "Aku tidak akan berbuat apa-apa, percayalah."
Diana: "Kamu pengangguran ya?"sambil menatap curiga. "Kok senggang banget mau bantu aku yang baru kamu kenal?. Atau,kamu begal kelamin yaa.."
Axcel tertawa. "Lucu sekali kamu!. Saya senang membantu. Kita semua perlu bantuan sesekali."
Diana terpesona pada senyuman itu. "Benar, tapi kenapa kamu peduli?"
Axcel menjawab, "Mungkin suatu hari nanti kamu bisa membantu saya juga." Senyumnya membuat Diana merasa terpesona.
Meskipun tak yakin, Diana akhirnya menyetujui. Setelah beberapa jam mencari, mereka menemukan alamat yang dicari. Namun, rumah itu kosong dan terlihat tidak terawat.
"Sepertinya tidak ada orang di sini," kata Axcel.
Diana kecewa. "Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Axcel berpikir sejenak. "Kita bisa bertanya kepada tetangga atau mencari informasi di sekitar sini."
Diana mengangguk. "Mari kita coba."
Mereka berjalan ke rumah sebelah, berharap menemukan petunjuk tentang keluarga Diana yang hilang.
Seorang warga setempat mendekati Diana dan Axcel. "Mencari siapa?" tanyanya.
Diana menjelaskan tentang keluarganya yang hilang. Warga itu mengangguk. "Saya tahu keluarga Pradana. Mereka pindah ke Jalan Kenangan, nomor 12."
Diana mata berbinar harapan. "Benar?"
Warga itu mengangguk. "Ya, pasti."
Diana dan Axcel menuju alamat baru. Di tengah perjalanan, Axcel bertanya, "Apa yang membuatmu yakin keluargamu masih hidup?"
Diana menatap Axcel dengan keyakinan. "Hatiku mengatakan demikian. Aku harus mencoba."
Diana menatap kalungnya, satu-satunya petunjuk keluarganya. Saat hari semakin gelap, keraguan tentang Axcel muncul.
"Aku ingin mencari penginapan," kata Diana tegas.
Axcel mengangguk. "Baik, aku mengantar."
Setelah tiba di penginapan, Axcel berpamitan. "Besok pagi, aku menjemput kamu. Kita lanjutkan pencarian."
Diana menggeleng cepat, "Tidak perlu, aku bisa melanjutkan sendiri."
Axcel terkejut, lalu tersenyum. "Oke, hati-hati, Diana."