Trisha Adalah gadis yang tinggal di sebuah desa di australia, keluarganya sangat ketat dengan pergaulannya, ia bersama sepupunya Freya hanya di perbolehkan bekerja dirumah dan membantu pekerjaan rumah, bahkan ia tidak di perbolehkan untuk bekerja atau pun kuliah. Sampai di suatu ketika Freya membawa kabar bahagia pada Trisha bahwa ia akan menikah dengan seorang lelaki yang berasal dari ibu kota. Kedua keluarga membuat perjodohan itu, dan semuanya mulai di sibukan untuk acara pernikshsn, namun tanpa disangka-sangka Trisha bertemu dengan seorang lelaki tampan di sebuah toko kue. Pandangan mereka berdua bertemu, Trisha hanya memandang lelaki itu biasa saja, namun tidak dengan lelaki rupawan bernama Adrian, yang ternyata lelaki yang akan di jodohkan dengan Frey.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Purpledee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2. pertemuan tak diduga
TIGA tahun berlalu, Waktu begitu cepat berlalu. Setelah kejadian itu aku tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun lagi. Dan setalah itu kami pindah kerumah keluarga besar ayahku.
Sebenarnya aku tidak menyukai keluarga dari ayahku, karena mereka sangat Toxic. Kami bahkan baru saja tinggal 1 bulan disana, tapi mereka memperlakukan kami seperti pembantu.
Adikku, Solon kini bekerja di sebuah bengkel milik temannya, dan aku hanya membantu ibu, yang sehariannya ia habiskan di dapur.
"Trisha, Kepala ibu sakit." Ibuku memegang kepalanya yang terasa sangat sakit. Aku langsung mendudukan ibuku dan memberinya minum.
"Ibu, aku antar ibu ke kamar. Ibu harus istirahat"
Setelah aku mengatar ibuku ke kamar, aku kembali kedapur untuk menyelesaikan pekerjaan ibuku. Tak lama, tiba-tiba seseorang datang.
"Trishaa.." seru Freya, Dia adalah sepupuku. "Lihat apa yang aku bawa untukmu." lanjutnya.
Dia memberikan aku sebuah buku yang berjudul, Free Your Self. Itu adalah buku yang selama ini aku cari. aku langsung memeluknya karena bahagia.
"Frey, aku sangat berterima kasih padamu, hanya kau yang baik padaku disini."
"Ada kabar yang luar biasa, kau mau dengar?"
Aku langsung menganggukan kepalaku dengan cepat.
"Aku akan segera menikah." Tuturnya bahagia.
"Benarkah?" Aku menutup mulutku karena terkejut sekaligus bahagia, aku kembali memeluk Freya dengan senang.
"Siapa lelaki yang beruntung itu?" tanyaku.
"Dia dari keluarga Jeradins."
Lagi-lagi aku membekap mulutku, kali ini mataku ikut membelalak.
"Kau serius? Keluarga Jeradins, pengusaha tambang berlian itu?" tanyaku.
"Mn." gumamnya.
"Bagaimana bisa?" tanyaku Penasara.
Freya menundukan kepalanya dan tersenyum malu.
"Beberapa waktu lalu, ada orang biro jodoh yang datang kemari, katanya Keluarga Jeradins sedang mencari menantu."
Aku langsung bertepuk tangan, dan kembali memeluknya.
...○...
...○...
...○...
Pov 3
Melbourne.
Sebuah mobil sport berwarna merah masuk ke dalam rumah besar bak istana. Seorang lelaki keluar dan berlari memasuki rumah dengan terburu-buru.
"Adrian," panggil seorang wanita paruh baya.
"Ibu." Lelaki bernama Adrian itu menghampiri ibunya.
"Bu apa yang terjadi? kenapa kakek tiba-tiba merencanakan pernikahan untukku?" tanya Adrian dengan wajah gusarnya.
"Ada seseorang yang melihatmu tidur bersama seorang wanita, dan kabar itu sampai ketelinga kakekmu."
Adrian memijat keningnya yang terasa pening. "Dimana kakek sekarang? Aku harus bicara dengannya!"
"Adrian, apa kau sudah gila? Mood kakekmu sedang buruk, jangan menambah masalah lagi semua ini akan bertambah runyam. memangnya kau tidur dengan siapa?"
Adrian membuang muka. Ia tidak menjawab pertanyaan ibunya lalu pergi.
Ia pergi ke kamarnya, mengambil beberapa pakaian lalu kembali pergi.
"Kemana kali ini kita akan pergi?" tanya Supir pribadinya yang berbama Izel.
"Kolam berenang, aku ingin menenangkan diriku," tuturnya.
...○...
Sesampainya di kolam berenang, Adrian langsung mengganti pakaiannya, ia mulai pemanasan sebelum masuk ke kolam berenang. Tapi matanya tidak bisa berhenti menatap seorang gadis yang tengah berenang memakai bikini berwarna biru.
Gadis itu muncul kepermukaan, dan secara tidak sengaja pandangan mereka bersirobok, Sudut bibirnya terangkat, mereka berdua saling melemparkan senyuman satu sama lain.
Disisi lain izel yang tengah menikmati kopinya, tiba-tiba ditelpon oleh pak Runo, ayah dari Adrian.
Izel segera beranjak dan mencari Adrian, tapi ia tidak menemukannya. Izel masuk ke dalam kamar mandi dan menyisir semua toilet.
"Adrian? Adrian, kau dimana?"
Adrian tiba-tiba keluar dari salah satu bilik toilet.
"Ada apa?" tanyanya.
"Kau harus segera pulang ayahmu menelpon."
Adrian mengangguk. "Baiklah, tunggu aku diluar. aku mandi dulu," tuturnya.
"Oke" ujar Izel lalu pergi.
Adrian menghela nafasnya berat lalu kembali ke dalam bilik toilet. Seorang wanita dengan bikini berwarna biru itu ada di dalam toilet bersamanya.
"Apa kau harus pergi?" tanya wanita itu sambik menggantungkan tangannya pada Adrian.
"Kita lanjutkan sebentar," tutur Adrian sebelum ia memagut bibir wanita itu kembali.
SETELAH matahari tenggelam Adrian kembali dan menghadiri acara makan malam keluarga yang sudah menjadi tradisi dari keluarganya.
Anggota keluarga lainnya hanya duduk, menunggu seseorang, Adrian menatap ibunya yang ada disampingnya.
"Siapkan telingamu " bisik ibunya
Adrian hanya menghela nafas.
Tak lama kemudian mereka pun berdiri, menyambut kedatangan sang kakek. Wajah dari sang kakek terlihat tidak begitu bagus, Moodnnya terlihat sangat buruk. Setelah sang kakek duduk, mereka semua pun duduk. Mata sang kakek yang sinis langsung tertuju pada cucunya keduanya, Adrian.
"Kita sudah menemukan calon istri untukmu."
Adrian langsung menatap kakeknya. "Kakek, aku belum ingin menikah," tuturnya selembut mungkin.
BRAK!
Semua orang tersentak ketika sang kakek yang bernama Jeradins itu, menggebrak meja makan. Tidak ada yang bicara seorang pun.
"Keputusanku sudah bulat! kau harus menikah, agar tidak ada rumor lagi kau tidur dengan wanita ini dan itu."
TIGA hari kemudian
Semua keluarga Trisha sangat disibukan karena 1 minggu lagi akan ada acara lamaran untuk Freya, begitu juga dengan Trisha.
"Trisha" panggil bibinya.
Trisha dengan cepat menghampiri bibinya itu "Pesankan beberapa kue untuk Minggu depan pada paman Hian." titah bibinya.
Trisa mengangguk patuh sambil tersenyum, tapi saat ia akan pergi, bibinya menahannya dan memberikan beberapa uang untuknya. "Untuk membeli es krim." bisik bibinya. Trisha sontak tersenyum.
"Umurku ini sudah 25 tahun bi, tapi tidak apa, karena bibi yang memberikannya. Aku pergi bi,"
Trisha pun pergi dengan semangat.
Sebelum pergi ke toko kue milik paman Hian, ia menyempatkan diri untuk membeli es krim, Tidak membutuhkan waktu lama, Trisha pun sampai.
"Paman Hian?" panggil Tris.
"Tris, bisakah kau membantuku?" tanya paman Hian dari belakang.
"Baiklah".
ADRIAN dan Izel berjalan menelusuri jalan dengan membawa secarik kertas, sesekali mereka melihat ke sisi kanan dan kiri, untuk memastikan alamat yang berada di kertas itu.
"Benar-benar menyusahkan, kenapa ibu harus menyuruhku memesan kue jauh-jauh." gerutunya.
"Ibumu bilang toko ini adalah toko langganan keluarga." timpal Izel.
Izel yang selalu mendengar keluh kesah Adrian, hanya bisa menghela nafas berat. Tak lama kemudian mereka pun akhirnya menemukan toko kue yang bertuliskan Hian Cake.
"Ini dia!"
"Adrian, aku akan mengambil mobil dulu. kau masuklah." tutur Izel. Adrian hanya mengangguk lalu masuk.
Saat ia masuk, ia melihat seorang wanita yang sedang berjongkok merapikan sesuatu, Jiwa ketampanannya mulai muncul. Adrian berjongkok berniat untuk tebar pesona.
"Permisi, aku--"
Saat wanita itu menoleh dan menatapnya, tiba-tiba Adrian terdiam. Ia hanya membatu melihat wanita itu.
To Be Countinue...