(Area orang dewasa🌶️)
Hidup Viola Amaral berubah drastis ketika sebuah kontrak mengikatnya pada kehidupan seorang jenderal berpengaruh. Bukan pernikahan impian, melainkan perjanjian rahasia yang mengasingkannya dari dunia luar. Di tengah kesepian dan tuntutan peran yang harus ia mainkan, benih-benih perasaan tak terduga mulai tumbuh. Namun, bisakah ia mempercayai hati seorang pria yang terbiasa dengan kekuasaan dan rahasia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 08
...Viola segera diantar pulang oleh sopir pribadi Revan tanpa sempat menikmati sarapan atau mengganti baju tidur pelayan yang ia kenakan. Mobil mewah itu berhenti dengan mulus di depan rumahnya....
"Terima kasih banyak, Pak," ujar Viola seraya membuka pintu dan keluar dari dalam mobil.
...Sopir itu mengangguk singkat sebelum kembali melajukan mobil, meninggalkan Viola yang berdiri seorang diri di balik pagar rumahnya, ia sedang bingun memikirkan alasan apa yang akan ia katakan jika nanti ia ditanya kemana ia pergi semalam....
"Aduh... bagaimana ini?" Viola menggigiti kuku jarinya, ekspresinya penuh frustrasi saat menatap ke dalam rumah yang terasa begitu jauh.
"Viola."
Suara yang sangat dikenalnya memanggil dari balik pintu pagar, seketika membuat seluruh tubuh Viola menegang. Dengan jantung berdebar, ia perlahan menoleh ke sumber suara, menelan ludahnya dengan gugup.
"Mama," jawabnya hampir tak terdengar.
...Pintu pagar terbuka perlahan, memperlihatkan Nyonya Adelia yang duduk di kursi roda, sorot matanya memancarkan kekecewaan yang mendalam saat menatap putrinya....
"Mama, tolong dengarkan aku." Viola melangkah masuk, hendak berjongkok di hadapan ibunya.
"Kita bicara di dalam," sela Nyonya Adelia dingin, membalikkan kursi rodanya menjauhi Viola.
Deg!
...Jantung Viola mencelos. Perubahan sikap ibunya terasa seperti pukulan telak. Inilah pertama kalinya ia merasakan dinginnya ucapan sang ibu....
...Dengan langkah tergesa, Viola mengikuti ibunya, tangannya membantu mendorong kursi roda memasuki rumah mewah yang terasa sunyi. Namun, ketegangan langsung terasa saat mereka mencapai ruang tengah. Di sana, Tasya, Nyonya Amalia, dan Tuan Hernan sudah berdiri dengan wajah tegang....
"Sungguh memalukan! Disuruh bertemu calon suami, kamu justru kabur dengan pria lain!" sembur Nyonya Amalia dengan amarah yang kentara.
"Sudah jelas dia wanita tidak benar, mana mungkin mau dilamar secara baik-baik," sahut Tasya sinis, menyulut api pertengkaran.
"Viola, cepat jawab! Kamu pergi ke mana semalaman ini?" desak Tuan Hernan, rahangnya mengeras menahan amarah.
"Aku tidak mau bicara," balas Viola, menggelengkan kepala tanda menolak menjelaskan.
"Kau dengar sendiri, Sayang? Anak ini memang tidak tahu terima kasih! Sudah beruntung ada yang mau melamar, dia malah memilih menghabiskan malam dengan lelaki tidak karuan, dan sekarang pulang membawa aib ke rumah ini!" seru Nyonya Amalia, matanya berkilat marah.
"Apa kau bilang?! Ini semua salah siapa, huh?! Wanita iblis!" pekik Viola histeris, merasa dirinya disudutkan dan direndahkan.
"Kau perlu pelajaran sopan santun, Viola," desis Tuan Hernan sambil melepaskan ikat pinggangnya dan berjalan mendekati Viola dan ibunya yang berdiri di dekat pintu.
"Mas... kumohon, jangan sakiti putri kita," pinta Nyonya Adelia cemas, berusaha melindungi Viola.
...Viola hanya membeku di tempat, menatap tajam Tuan Hernan yang semakin mendekat tanpa mengucapkan sepatah kata pun....
"Minggir!" bentak Tuan Hernan, mendorong keras kursi roda Nyonya Adelia hingga oleng dan terjatuh.
"Mama!" pekik Viola terkejut, matanya nanar menatap ibunya yang terbaring tak berdaya di lantai.
...Belum sempat Viola bergerak, desingan sabuk ikat pinggang Tuan Hernan lebih dulu menghantam tubuhnya. Melihat itu, Nyonya Adelia semakin histeris....
"Mas! Hentikan! Jangan sakiti dia!" jerit Nyonya Adelia, berusaha menyeret tubuhnya mendekati Viola yang hanya berdiri membisu menerima setiap pukulan.
...Akan tetapi, kemarahan Tuan Hernan sudah di ubun-ubun, ia tak peduli dengan jeritan histeris Nyonya Adelia dan terus melayangkan ikat pinggangnya ke tubuh Viola tanpa ampun....
"Mama... jangan khawatir, Viola kuat," ucap Viola dengan suara bergetar, berusaha menahan tangis sambil memaksakan senyum di wajahnya yang pucat menerima setiap pukulan.
"Tidak! Hernan, cukup! Jangan sakiti anakku lagi!" Nyonya Adelia menjerit histeris, dengan sisa tenaganya berusaha menarik ikat pinggang yang berada di genggaman mantan suaminya.
"Berani kau ikut campur?" geram Tuan Hernan dengan mata merah, napasnya memburu saat menatap Nyonya Adelia yang berusaha melindungi Viola.
"Iya, pukul saja aku... jangan sakiti Viola," balas Nyonya Adelia lirih, mendongak menatap mantan suaminya dengan tatapan pasrah.
"Kau—!" Geram Tuan Hernan semakin menjadi. Ia beralih ke Nyonya Adelia, membalikkan sabuk hingga kepala besinya menghadap ke depan.
...Tangannya terangkat tinggi, sabuk itu terayun cepat menuju Nyonya Adelia yang memejamkan mata, pasrah menerima pukulan. Namun......
Bugh!
"Ugh!" Viola meringis kesakitan saat kepala sabuk Tuan Hernan menghantam kepalanya dengan keras.
...Nyonya Adelia tersentak, matanya langsung terbuka. Ia terkejut mendapati Viola memeluknya erat sambil tersenyum lemah....
"Mama..." panggil Viola lirih, suaranya tertahan menahan sakit.
"Viola... a-apa..." Kata-kata Nyonya Adelia tercekat saat melihat cairan merah pekat mengalir deras dari kepala putrinya.
"Hernan! Kau iblis! Bunuh saja kami sekalian!" raung Nyonya Adelia penuh amarah dan keputusasaan.
...Tuan Hernan membeku di tempat, tatapannya kosong melihat putri yang dulu sangat dicintainya terluka akibat luapan amarahnya. Tanpa sadar, ikat pinggang itu terlepas dari genggamannya dan jatuh ke lantai dengan bunyi yang samar....
"Viola... maafkan Mama... ayo kita pergi, Nak... hiks... hiks..." Nyonya Adelia terisak histeris sambil mendekap Viola erat.
"Mama... aku..."
Brugh!
...Nyonya Adelia tiba-tiba ambruk tak sadarkan diri, tubuhnya terkulai lemas di lantai dengan wajah pucat pasi. Viola panik, segera memeluk tubuh lunglai ibunya....
"Mama, bangun! Mama!" panggil Viola cemas sambil menepuk pelan pipi ibunya, namun tak ada respons.
"Tolong! Siapa pun, tolong panggilkan ambulans! Kumohon!" jerit Viola, akhirnya tangisnya pun pecah memecah keheningan.
...Mendengar jeritan histeris Viola, para pelayan segera berdatangan. Mereka terkejut melihat kondisi Viola dan Nyonya Adelia yang tergeletak tak berdaya. Tanpa menunggu, mereka langsung menghubungi ambulans. Tak lama kemudian, sirene meraung mendekat, dan ambulans tiba, membawa Nyonya Adelia dan Viola menuju rumah sakit....
(Bersambung)