NovelToon NovelToon
Last Night

Last Night

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Romansa / Pihak Ketiga / Bad Boy
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Razella

"Hidup aja, ikutin kemana arus bawa lo. Teruskan aja, sampe capek sama semua dan tiba-tiba lo bangun dirumah mewah. Ucap gue yang waktu itu ga tau kalo gue bakalan bener-bener bangun dirumah mewah yang ngerubah semua alur hidup gue "- Lilac

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Razella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Day Dream

"Eh, tapi percaya deh, Li sama gue. Katanya tuh sekarang jadi seleb aja bisa banyak duit. Makanya ayo Li kita bikin konten-konten gitu."

Sembari melipat baju yang baru saja diangkatnya dari jemuran, Lilac mendengarkan celotehan sahabat karibnya dari seberang sana. Kini keduanya tengah melakukan panggilan video karena terhalang jarak. Nasib memiliki bestie yang juga sama-sama merantau kekota orang.

"Lo aja. Gua mana berani ngomong depan kamera. Ngomong biasa aja kadang masih belepotan." Jawab Lilac sambil menata baju yang telah ia lipat kedalam lemari.

"Alah belapotan apaan. Siapa anjir dulu yang menang public speaking pas SMA? Itu lo saudari Lilac Isadora Amethyst." Jawab sang sohib dengan nada ketus. Sedangkan yang disebut hanya terkekeh pelan. Nadzifah, teman karibnya selama masih duduk dibangku SMP itu merotasi matanya dengan kesal. Selalu begitu, Lilac dengan segudang pikiran tak beralasannya, overthinking. 

"Ayolah Li. Kalo lo ga mau kita ganti deh kontennya. Ngga usah yang bikin lo banyak ngomong didepan kamera. Kan sekarang banyak tuh yang nge-cover lagu-lagu gitu. Nah kita coba tuh. Ntar lo rekaman dari situ, biar gua yang edit disini. Gimana?"

"Rajin banget cari duitnya, dek. Emang buat siapa sih?" Ledek Lilac menirukan kata-kata yang kini viral di sosial media.

"Ya buat gue lah, anjir. Yakali buat siapa? Kaga butuh tu gue cowok yang banyak omong tapi kaga bisa ngasi duit jajan. Gue bisa nyari sendiri." Nada sarkas itu terdengar lagi, membuat Lilac tertawa lepas. Mengingat bagaimana kisah cinta yang  sahabatnya itu alami selama ini. Kalau tidak jadi  HTS ya mungkin mendapat lelaki yang hanya bermodalkan omongan.

"Ayo ketemu. Kapan mau ke Tulungagung?" Lilac kembali merebahkan tubuh diatas kasur dan menatap Nadzifah yang kini sibuk dengan laptopnya.

"Lo lah anjir ke Bandung. Ga bosen apa disana terus. Kesini kek sekali-kali. Gua tau lo sebenernya udah muak disana." Wanita diseberang sana hanya melirik Lilac yang kini menatapnya. Sedangkan yang diajak mengobrol hanya menghela  napas, lagi.

"Gue pingin. cuma lagi males aja juga mau kemana-mana. Kebutuhan rumah lagi banyak akhir-akhir ini. Alva bentar lagi juga mau masuk SMA, makin-makin deh tuh duitnya buat pendaftaran."

"Li, mau gue kasi saran ga biar banyak duit? buat kebutuhan juga kan ini?"

Lilac menatap kawannya itu jengah. Pasti yang akan keluar dari mulut wanita itu hanya saran-saran tidak berguna yang sudah pasti tidak akan pernah Lilac lakukan.

"Kalo lo mau nyuruh buat jadi LC, sorry too say gue ngga butuh. kerja tiga hari tiga malem ngga pulang kantor juga gue jabanin daripada jual diri." Terdengar tawa dari seberang sana. Tawa Nadzifah itumenular bagi Lilac. Melihat teman seperjuangannya itu tertawa lebar selalu berhasil membuat mood Lilac naik.

Jika ada yang bertanya bagaimana keduanya bisa berteman maka jawabannya adalah, masalah keluarga. Nadzifah dengan gelar anak yatim piatunya dan Lilac dengan gelar brokenhome nya. Ditambah lagi keduanya pernah menyukai orang yang sama saat masih duduk dibangku SMP. Lilac yang awalnya pemalu dan pendiam jadi lebih aktif saat bertemu Nadzifah. Sifat keduanya memang bertolak belakang. Sebagaimana sahabat papa umumnya, Lilac akan selalu menjadi orang yang berbeda ketika sudah bersama Nadzifah. Merasa aman dan memiliki pelindung walau keduanya pada dasarnya seumuran. Mungkin efek Nadzifah yang merupakan anak bungsu dan Lilac anak pertama, mereka merasa bisa saling memberikan efeksi satu sama lain.

Lilac tatap lagi wajah Nadzifah yang kini masih fokus pada laptopnya. Kadang Lilac berpikir bahwa menjadi editor semudah itu. Seperti sahabatnya itu yang kini bisa mengerjakan pekerjaannya dimana pun. Teringat lagi dirinya yang selalu mengerjakan semua tugas kantor yang bisa ia lakukan hanya untuk mendapat gaji tambahan. Jika kalian berpikir kantor tempat Lilac bekerja adalah kantor besar dengan omset milyaran rupiah perbulan, maka hempaskan semua angan itu.

Lilac menenggelamkan wajahnya pada bantal. Ingin berteriak tapi takut nanti Nadzifah pasti akan menanyakan hal-hal tak penting padanya.

"Gua mau tidur dulu deh ya? lo masih lama kan itu?" Lilac menata kembali bantal-bantalnya yang berserakan.

"Hooh deh. lo kalo udah ngantuk duluan aja. ntar kalo pingin sleepcall juga gue bakal nelpon kakak kayaknya."

"Huek! Makan tuh kakak lo. Hts aja dipelihara lo. Awas ntar sakit ati malah lo kata-katain tuh kakak lo."

"Eh diem ye jomblo. udah sana tidur. gut nite adeeeeek"

"Hmm." Lilac segera memutus sambungan telpon saat dirasa Nadzifah benar-benar fokus pasa pekerjaannya. Lilac menatap langit-langit kamarnya yang kini mulai menguning.

Teringat lagi saat dulu ia saksikan dengan mata kepalanya pertengkaran hebat sang ayah dan ibu. Diruangan sepi itu, sehabis melaksanakan ibadah dan baru masuk kekamarnya, Lilac dikagetkan dengan perdebatan keras keduanya. Sang ayah yang tempramen, bertemu dengan ibunya yang selalu terlihat lembut namun tegas. Keduanya bertengkar hebat, membuat Lilac yang saat itu berusia sembilan belas tahun tersentak kaget. Begitu juga dengan adiknya. Semua terasa begitu cepat hingga tanpa sadar air mata, mengalir turun ke atas dress putih yang ia kenakan. Lilac lelah, tapi akan lebih lelah jika berpisah dari keduanya.

Alva yang saat itu masih berusia sebelas tahun langsung memeluknya. Menepuk punggung Lilac yang saat itu masih mengenakan mukena.

"Ssstt...ngga papa mbak. Bapak lagi capek."  Ucapnya sambil dengan telaten menepuk punggung si kakak. Lilac lemas, membalas pelukan sang adik pun rasanya ia tak mampu. Rasanya lelah, baru sehari ia sampai dirumah dan berharap bisa menenangkan pikiran dari beban perkuliahan, namun malah menyaksikan dengan langsung kedua orang tuanya bertengkar hebat.

Lilac bangun, menghapus air matanya yang tanpa terasa mengalir melewati telinga ketika ia berbaring tadi.

"Kayaknya gua harus beli eskrim. Ngga bisa kalo malem-malem begini overthinking ngga makan eskrim."

Dengan asal ia ambil cardigan navy miliknya yang tergantung dibalik pintu kamar. membawa uang secukupnya dan keluar untuk berburu eskrim. Seiring dengan langkahnya yang ringan, wanita itu merapatkan cardigan saat terasa angin terasa berhembus dingin. Padahal baru sore tadi ia membeli eskrim dan menemani remaja asing memakannya bersama. Lilac terkekeh saat mengingat betapa senangnya wajah remaja itu saat ia menyetujui ajakannya untuk makan eskrim bersama. Memang bukan sesuatu yang istimewa, tapi saat kamu merasa benar-benar tidak sendirian dan ada orang yang menemanimu melakukan hal kamu suka, mungkin semua orang akan merasakan senang yang sama.

"Sendiri aja kak?"

Belum selesai Lilac memutar tubuh, sebuah balok dipukulkan kekepalanya dan semua berubah gelap.

"Sayang..."

1
santi
👍👍
Dzakwan Dzakwan
Penuh kejutan, ngga bisa ditebak!
Laqueno Sebaña
Keren banget bro, aku terhanyut dalam cerita ini!
Razel: terimakasih yah/Smile//Smile/
total 1 replies
La Otaku Llorona <33
Tidak ada yang kurang.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!