Deskripsi: Hazel merasa dunia runtuh saat dia dipecat akibat fitnah dari rekan kerja dan baru saja mendapati kekasihnya berselingkuh. Dalam keputusasaan, dia pulang ke rumah dan menyerahkan segalanya pada orang tuanya, termasuk calon pasangan yang akan dijodohkan untuknya. Namun, saat keluarga dan calon suaminya tiba, Hazel terkejut—yang akan menjadi suaminya adalah mantan bos yang selama ini sangat dibencinya. Dihadapkan pada kenyataan yang tak terduga dan penuh rasa malu, Hazel harus menghadapi pria yang dianggapnya musuh dalam diam. Apakah ini takdir atau justru sebuah peluang baru? Temukan jawabannya dalam novel "Suamiku Mantan Bosku"😗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aping M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 POV Hazel
Ivy menepis perkataan Hazel, mnegetuk kepalanya sendiri berulang kali “Ih engga ya, amit-amit, mending aku jomblo seumur hidup daripada harus sama pria kayak dia” Ujarnya dengan cepat. Romy yang melihatnya hanya memandang malas ke arah Ivy. Tidak ingin masalah semakin diperpanjang, Romy tidak menggubris perkataan Ivy. Lagi pula, Romy memang tidak pernah menyukai gadis menyebalkan itu (mungkin).
Hazel pun memasuki mobil yang sudah menjemputnya tepat di depan kantor, memudahkan Ivy dan Romy membantunya memasukkan barang-barang.
“Beres, sudah semua kan, Hazel?” tanya Ivy.
“Sudah.” Diangguknya oleh Hazel.
“Terima kasih, Ivy, terima kasih Romy.” Seulas senyuman tulus Hazel diberikan pada mereka berdua.
Ivy dan Romy tersenyum kembali melihat Hazel memasuki mobil tersebut. "Hati-hati ya, bye," ucap Ivy dan Romy sambil melambaikan tangan mereka.
…
“Pak, tidak jadi ke apartemen saya. Langsung ke mansion saja” kata Hazel, sembari menyandarkan tubuhnya yang tengah duduk di kursi belakang.
“Baik non” jawab Ady, Sopir pribadi keluarga Hazel. Rupanya Hazel berbohong bahwa sebenarnya dia bukanlah memesan taksi online, melainkan sopir pribadi yang telah mengabdi pada keluarganya bahkan sejak Hazel belum terlahir ke dunia ini.
POV Hazel
Hazel Harrison, seorang gadis cantik dan seksi berkulit putih mulus, mewarisi darah Rusia dari ayahnya dan Indonesia dari ibunya. Di usianya yang baru menginjak 24 tahun, Hazel merasa hidupnya masih panjang. Namun, orang tuanya, Foster dan Mega Harrison, berpikir sebaliknya. Mereka menganggap Hazel sudah cukup tua untuk belum menikah. Sebagai anak bungsu dari dua bersaudara, Hazel hanya memiliki satu kakak laki-laki bernama Fery, yang meskipun dingin dan serius, selalu perhatian padanya. Fery tidak pernah mendesak Hazel untuk segera menikah, meski dia sendiri sudah berusia 28 tahun dan juga belum menikah.
Keluarga Harrison adalah salah satu keluarga terkaya di Indonesia. Foster Harrison, ayah Hazel, menjalankan Royalfood Harrison, perusahaan makanan terbesar di negeri ini, yang diwariskan oleh kakek Hazel setelah pensiun. Nama keluarga Harrison selalu mendominasi, terutama dalam urusan bisnis. Meskipun Hazel sering merasa canggung jika identitas keluarganya terbongkar oleh calon perekrut, ia berhasil menjaga kerahasiaan dengan tinggal di apartemen sendiri dan membuat kartu keluarga yang terpisah.
Bukan karena Hazel ingin hidup sendiri, melainkan ia ingin merasakan bagaimana mencapai kesuksesan dengan usahanya sendiri. Walaupun dia tahu, keluarganya memiliki kekayaan yang akan membuatnya nyaman tujuh turunan sekalipun.
Selama dua tahun terakhir, Hazel menjalin hubungan dengan John. Namun, hubungan itu kini berakhir. Kedua orang tuanya dan Fery tidak pernah merestui hubungan mereka sejak awal. Hazel sempat tidak memahami alasan di balik penolakan keluarganya, tetapi pada akhirnya, kenyataan pahit terungkap bahwa John bukanlah pria yang baik.
Di saat kehidupannya seolah berada di titik terendah, diberhentikan dari pekerjaan secara tidak hormat karena kesalahan yang bukan miliknya dan dikhianati oleh kekasihnya, Hazel duduk terdiam di dalam mobil, merasa tidak berdaya.
Namun, kesedihannya tidak bertahan lama. Hazel segera menyadari siapa dirinya. Dia adalah putri keluarga Harrison, dan untuk apa merisaukan pekerjaan? Tanpa perlu meminta, dia bisa mendapatkan jabatan yang lebih tinggi dengan mudah. Bahkan, keluarganya tentu akan mencarikannya pasangan yang setara dengan status mereka, jika ia memutuskan untuk menerima perjodohan.
Dengan tekad baru, Hazel memutuskan untuk kembali ke mansion keluarga dan meminta haknya. Usaha sendiri belum tentu memberikan hasil yang sempurna, pikirnya. Kini, dia siap untuk menjalani hidup sesuai dengan kehendak keluarganya dan menerima perjodohan yang disarankan oleh mereka.
….
Hazel yang masih terduduk diam memandang jalan, seketika terkejut lantaran paman Ady menegurnya.
“Nona Hazel, anda baik baik saja?” Tanya paman Ady, pria paruh baya berusia 55 tahun yang sudah mengabdi pada keluarga Harrison.
Hazel terkejut dan tersadar akan sikapnya yang dilihat oleh paman Ady dibalik spion kaca dalam mobil, “Tidak paman, saya baik-baik saja” lirih Hazel tersipu malu.
Ady tersenyum, “Itu baik. Kembali ke mansion pasti membuat semua orang senang, terutama tuan dan nyonya Harrison. Mereka pasti senang melihat anda kembali.”
Hazel hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Hatinya berdebar-debar, karena dia tahu bahwa kedatangannya kali ini akan membawa perubahan besar dalam hidupnya. Meskipun dia mencoba untuk tampil kuat, tapi rasa khawatir dan kecemasan tetap menyelinap di dalam dirinya.
Setelah beberapa saat, mobil meluncur masuk ke dalam gerbang megah mansion keluarga Harrison. Hazel melihat pemandangan familiar yang pernah dia tinggalkan beberapa tahun lalu. Keindahan taman, kesan mewah mansion, semuanya mengingatkannya pada masa kecilnya.
Tiba di depan pintu utama, paman Ady membuka pintu mobil untuk Hazel. “Terima kasih, Paman Ady,” ucap Hazel sambil turun dari mobil.
Hazel melangkah menuju pintu utama dengan langkah mantap, mencoba menahan gugupnya. Dia memutar kunci dan pintu besar mansion terbuka perlahan. Suasana dalam mansion terasa hening, dan Hazel bisa merasakan tatapan penuh ekspektasi dari para pelayan yang telah lama melayani keluarga Harrison.
Seiring langkahnya masuk, pintu ruang tamu terbuka lebar, dan dia melihat ibu nya sudah menunggu dengan senyuman di wajah mereka. Hazel mencoba balas tersenyum, meskipun hatinya masih dilanda ketidakpastian.
“Hazel, anakku, kau kembali,” sambut Nyonya Mega dengan senyuman penuh kebahagiaan. Hazel melangkah mendekati dan memberikan salam hormat pada kedua orang tuanya.
Hazel berlari melepaskan tas sembarang tempat dan menghampiri sang ibunda “Aku sangat merindukan ibu,” kata Hazel sambil memeluk erat ibu Mega, cairan bening keluar begitu saja dari matanya.
“Ibu sangat sedih, kakakmu seringkali keluar negeri, sedangkan kamu memilih menetap di apartemen. Sekarang, kau harus tetap di sini dan jangan pernah kembali ke apartemenmu lagi, mengerti?” perintah ibu Mega yang masih memeluk erat sang putri, senyum merekah terpancar di bibir Hazel.
“Iya, ibu. Aku akan menetap kembali di mansion.” Hazel berkeinginan tinggal di mansion, namun justru di perintahkan untuk menetap di sana. Tanpa Hazel memintanya, semua itu bisa dia dapatkan dengan mudah.
“Luna, antarkan barang-barang Hazel ke kamarnya, ya?” perintah Ibu Mega pada salah satu asisten di sana.
“Baik, Nyonya.” ujarnya dengan sopan, mengambil beberapa tas dan kotak yang berisi alat kantor milik Hazel.
“Ibu, kau tahu? Aku sangat merindukan masakan sayur capcay ibu.” Ujar Hazel bergurau, namun ibu nya langsung menurutinya begitu saja, lantaran sangat senang Hazel telah kembali untuk bersamanya di Mansion.
“Ibu akan masakkan untukmu, sayang,” ucap Ibu Mega, mengusap kedua pipi Hazel nan lembut, lalu bergegas berjalan menuju dapur yang sudah lama sekali tidak disentuh olehnya karena tak lagi berselera tanpa kehadiran dua sosok anak kesayangannya.
“Sekarang, kau rapikan barang-barangmu, ganti pakaianmu, dan kembali kesini, kita akan makan bersama ya nak” ujar Ibu Mega begitu lembut, mengalahkan kelembutan kain sutra.
Sungguh, momen ini sangat diinginkan oleh Hazel. Ketika dia baru saja kembali dan disuguhkan dengan kasih sayang dari ibu Mega, hatinya yang awalnya panas membara dan kecewa, kini berganti menjadi kesejukan yang menyegarkan.
Luna, salah satu asisten rumah tangga keluarga Harrison, membantu membawa barang-barang Hazel ke kamarnya. Hazel mengikuti Luna sambil menatap sekeliling mansion yang begitu megah. Dia merasa sedikit aneh, seolah-olah kembali ke masa lalu yang telah lama dia tinggalkan.
Tiba di kamarnya, Hazel melihat kembali ruang yang dulu menjadi tempatnya tumbuh besar. Walaupun dia telah memiliki apartemen pribadi, kembali ke kamarnya di mansion memberikan rasa kenyamanan tersendiri. Luna meninggalkannya untuk menyusun barang-barangnya.
Sementara itu, Ibu Mega dengan senang hati memasak sayur capcay favorit Hazel di dapur. Hazel merasa bahagia dan bersyukur atas momen ini. Dia menyadari akan kehidupannya, meskipun penuh dengan lika-liku dan cobaan, tetap berharga ketika dia bisa kembali ke pelukan keluarganya.
Setelah selesai memasak, Ibu Mega memanggil Hazel untuk makan bersama. Mereka duduk di meja makan, dan aroma harum capcay mengisi ruangan. Ibu Mega tersenyum bahagia melihat putrinya menikmati masakannya.
Saat Hazel menuruni anak tangga, dia sangat mengenal tubuh pria paruh baya yang duduk di kursi meja makan. Pria itu mendengar langkah kaki Hazel dan terbangun dari duduknya untuk segera menghampiri Hazel. Hazel pun memanggilnya dengan lirih, “Ayah.”
Keduanya saling berpelukan, “Putriku yang cantik, kesayangan ayah,” ujarnya sambil meraih tangan Hazel dengan penuh kasih.
“Tentu kesayangan Ayah, karena putri ayah hanya aku. Bagaimana ayah tahu aku ada di sini?” tanya Hazel, menunjukkan sikap manjanya kepada sang ayah sambil kembali ke meja makan masing-masing.
“Tentu saja,” mata ayah tertuju pada ibu Mega, mengisyaratkan bahwa kedatangannya tentu diberitahu oleh sang ibunda. Hazel tersenyum bahagia melihat kedua orang tuanya yang masih sangat sehat dan terlihat baik-baik saja.
"Hazel sayang, apa yang membuatmu memutuskan untuk kembali ke mansion?" tanya Ibu Mega sambil menyendokkan nasi ke piring Hazel dan suaminya.
Hazel tersenyum, "Ibu, aku merasa bahwa di sinilah tempatku. Mansion ini adalah rumahku, tempat di mana aku merasa penuh kasih dan dukungan. Aku merindukan momen-momen bersama keluarga, dan aku ingin lebih dekat dengan kalian."
“Oh ya, benarkah begitu yang dikatakan oleh putrimu, ayah?” cibir ibu Mega meledek Hazel.
Ayah tersenyum bangga, "Kamu selalu menjadi kebahagiaan kami, Hazel. Kami senang kamu kembali di sini."
“Aku baru saja dipecat, dan aku juga diselingkuhi oleh John,” tutur Hazel jujur, merasa sedih. Meletakkan kedua garpu dan sendoknya di piringnya.
“Apa?” Sontak Ayah Foster dan Ibu Mega terkejut.
“Aku merasa aku difitnah, dipecat atas kesalahan yang tidak aku perbuat,” kata Hazel, wajahnya semakin suram.
Hazel duduk tepat di sebelah ayah dan ibu. Karena Hazel terlihat bersedih, ibu Mega menghampirinya dan memeluknya, sedangkan Ayah Foster mengelus lembut lengan Hazel.
Ibu Mega meraih tangan Hazel, "Jangan khawatir, kita pasti akan menyelesaikan masalah ini. Dan, terkait dengan John, mungkin itu adalah takdir yang lebih baik. Ayah dan ibu selalu mendukungmu." Hazel hanya membalasnya dengan senyum dan berlinang air mata.