Bella mempergoki kekasihnya selingkuh sedang bercumbu di parkiran mall yang sepi. Hal itu membuat Bella syok dengan melihat secara langsung Tama berselingkuh dengan seorang perempuan yang amat dikenalnya. Apa yang akan dilakukan Bella saat tahu Tama selingkuh? Dan bagaimana ia akan memberikan pelajaran pada perempuan yang amat ia percaya selama ini?
Disclaimer; Cerita ini murni karangan Pena dua jempol. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, peristiwa atau cerita mohon dimaafkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon choirunnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 1 - Putri Brawijaya
Ayo baca sampai Habis ya gaes ya #maksa
Isabella Thaluna Brawijaya merupakan anak pertama dari keluarga Brawijaya. Pemilik pabrik garmen terbesar serta perancang busana tingkat Internasional.
Gaun, Ball gown, bahkan wedding dress dari perusahaan Brawijaya, sering di pamerkan dalam acara fashion week di berbagai macam negara.
Brawijaya bisa sesukses sekarang karena banyaknya dukungan dan perlindungan dari organisasi Pravitel' Vselennoy yang berada di Russia. Ya ... Brawijaya berada dalam kekuasaan Pravitel' Vselennoy.
Beberapa rancangan dan hasil sulaman Brawijaya menjadi top list dan paling sering di gunakan oleh para pengusaha yang menjalin hubungan kerja sama dengan Pravitel' Vselennoy.
Meskipun Brawijaya sangat sukses dan besar, hal itu tidak membuat kehidupan sang putri pewaris Brawijaya, Isabella Thalluna Brawijaya, seindah putri raja dalam negeri dongeng yang biasa kalian baca sebelum tidur.
Isabella memiliki ibu sambung dan adik tiri yang bisa di bilang hubungan mereka tidak begitu baik namun tidak juga buruk. Dikarenakan sikap Inah-- sang ibu sambung, suka berubah-ubah padanya.
Sebaik baiknya Inah kepada Bella, ia selalu memiliki maksud di balik sikap baiknya itu. Bella sudah sangat paham.
Apapun yang Bella adukan kepada papinya, lelaki itu seolah-olah sulit untuk percaya pada ucapan putri kandungnya. Saat ini bagi Bella, diam adalah senjata terbaiknya. Dan melawan jika ia merasa dirinya benar.
Room chat Bella dan Papi
Papi: uang bulanan mu sudah papi berikan ke mama ya. Nanti kamu minta saja pada mama.
Pesan yang Andre-- papi Bella, kirimkan melalui aplikasi chatting yang mayoritas orang-orang sudah menggunakan aplikasi tersebut.
Bella menghembuskan nafas kesalnya, 'Aduh, kenapa harus di berikan lewat dia dulu sih, pasti banyak yang di potong,' batin Bella. Bella hapal kebiasaan ibu tiri kesayangan papi nya itu
"Bella ... Bell, ini uang jajan bulanan kamu!" Panggil istri kesayangan papinya, Inah.
"Iya, Mam."
Bella tak banyak bicara dia langsung menghitung jumlah uang yang di berikan, lalu melirik ibu tirinya kembali dengan senyum miringnya.
Tanpa Bella bicara, ibu tirinya sudah paham ekspresi yang Bella tunjukan merupakan bentuk protes.
"Saya potong sedikit karena harus membeli sabun dan beberapa keperluan kamu, tidak apa-apa, 'kan? Lisa pun begitu!"
Ya, Lisa adalah anak bawaannya dari suami sebelumnya. Menurut tetangga yang mengenal Inah, beliau sudah 7 kali menjanda.
Andre adalah suami yang ke 8 Inah. Entahlah itu benar atau hanya ledekan para ibu-ibu untuk keluarganya.
"Bukannya keperluan bulanan sudah di atur Personal asisten papi?" protes Bella.
"Mulai sekarang segala pengeluaran dan pemasukan untuk operasional di rumah menjadi tanggung jawab saya, bukan lagi PA papi kamu."
"Iya Kak Bella, aku juga di potong mama buat beli sabun sabun dan beberapa cemilan karena kalau aku yang beli bisa lebih boros."
"Oke ... terserah kalian aja." Bella langsung mengambil handphone nya dan mengirimkan pesan kepada papinya.
Bella tidak ingin berdebat karena ia hanya ingin hidup damai di rumah ini. Meskipun hal itu tidak mungkin dan hanya akan menjadi angan-angan bagi dirinya.
Bella: Lain kali langsung transfer ke rekening pribadiku aja Pi, karena aku sudah SMA. Ada biaya yang harus aku keluarkan lebih untuk tugas-tugas sekolah secara mendadak.
"Bell, kamu aku antar ya!" sapa Tama di depan rumahnya, saat Bella melewati rumah Tama untuk berangkat sekolah.
"Gak usah, Tam. Hari ini aku mau berangkat santai ke sekolah. Aku suka naik bus bareng anak-anak dari sekolah lain," tolak Bella.
Sebenarnya itu hanya alasan Bella saja, Bella tidak mau merepotkan kekasihnya. Karena jarak sekolah Bella sangat jauh. Sekitar 1 jam dari perumahan mereka. Dan sekolah mereka berlainan arah.
Lagipula Bella memang sangat senang naik mobil khusus pelajar yang mana ia akan bertemu dengan orang-orang baru.
"Oke kalau begitu. Aku jemput kamu nanti pulang sekolah aja ya, mau kan Bell?"
"Iya, Tam." Bella memberikan senyum terbaiknya untuk kekasih yang bener benar dia sayangi itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bella sangat menikmati masa mudanya. Semua sempurna kecuali atmosfer di rumahnya. Yang mana Bella sering menggunakan topengnya untuk menghadapi ibu dan adik tirinya demi kedamaian umat manusia lainnya yang ada di rumahnya.
Dengan senandung kecil, Bella menuju kelasnya. Ternyata teman sebangkunya belum datang. Teman sebangku yang berdarah Indo-USA.
Namun meskipun blasteran, Melisa yang akrab di panggil Meli itu tidak glamor seperti kebanyakan murid-murid Alexandra.
"Kebiasaan deh si Meli, pasti dia nyampe sekolah jam 9!" gerutu Bella.
Benar saja, jam pertama dan kedua yang mana di isi oleh mata pelajaran matematika, Meli belum kunjung hadir.
Bella dan Melisa sebenarnya berbeda satu tingkat, tapi karena Bella mengikuti kelas Akselerasi, sehingga ia langsung memasuki kelas 11 saat mendaftar di Alexandra School.
Pergantian mata pelajaran pun tiba. Setelah mata pelajaran matematika, selanjutnya mereka akan memasuki pelajaran bahasa Prancis dan Meli datang dengan senyum tanpa dosa dan tanpa bersalahnya.
"Kemana aja kamu, Mel? Kamu di hukum OSIS dulu ya?" tanya Bella khawatir.
"Ish engga dong!" jawab Melisa dengan senyum bangganya.
"Bentar, tas kamu mana, Mel? Kok kamu cuma bawa paper bag itu doang." Bella menarik paper bag itu dan mengecek isinya.
"Itu bekal ku, Bell. Tadi aku masak dulu sebelum berangkat." Dengan cengiran kudanya dia membalas pertanyaan sahabatnya itu.
"Loh ... ART kamu kemana?"
"Bibik lagi pulang kampung, bulan depan baru balik lagi. Kalau yang lain, gak bisa di harapkan rasa masakannya, Bell."
Bella mengangguk dan berfokus pada Melisa yang sedang membuka kotak makannya. "Tuna balado!" seru Bella.
"Kalau kamu mau, nanti aku kasih, aku sengaja bawa banyak Bell, aku Inget kalau kamu suka." Dengan cepat Bella mengangguk.
Dia jadi teringat makanan kesukaan almarhumah mami nya dahulu. Apapun lauknya kalau di bumbu balado pasti Mereka suka.
"Bell, tadi gak di absen, 'kan?"
"Seperti biasa, Mel, Pak Yoyo kan, memang gak pernah absen. Beliau Selalu pinjam absensi kehadiran ke Wulan."
Wulan adalah sekertaris di kelas mereka. Yang mana setiap harinya tugas Wulan adalah mengecek siapa saja siswa dan siswi yang hadir, lalu akan dia ceklis di tablet khusus absensi nya.
Biasanya guru-guru akan melihat memo absensi di tablet Wulan, tanpa memanggil satu persatu. Menghemat waktu katanya. Kecuali guru fisika dan olahraga mereka.
"Jangan keseringan absen, Mel. Untung aja Wulan temen kita!"
"Iya bener, untung dia masih Bestie kita, ya gak sih?" Tawa Meli sangat renyah, serenyah rengginang yang di bawa Wulan untuk dia jual di kelas.
"Inget Mel, apes itu gak ada tanggalnya di kalender. Terus sekarang tas kamu mana Mel?"
Selidik Bella kembali. Dikarenakan meli masuk kelas hanya membawa paper bag kuning bergambar anjing.
"Kan, buku aku semua nya di loker, Bell. Ngapain aku bawa-bawa tas. Berat. kamu tau kan, aku pelupa. Jadi semua buku dan alat tulis aku bawa dan simpan di loker."
"Ya ampun Meli, nanti hilang loh. Bener-bener ini anak ya. Semerdeka amat hidup nya."
Loker yang dimaksud Melisa adalah loker di bawah meja. Bukan loker pribadi, karena loker pribadi biasanya akan diisi dengan baju olahraga dan baju seragam cadangan serta alat-alat ekskul mereka.
Untung kelas mereka tidak ada yang menggunakan lagi. Itulah alasannya mengapa Melisa berani meninggalkan semua bukunya dan alat tulisnya.
Please jangan di tiru ya readers.
"Oiya hari ini aku gak bisa pulang bareng kamu ya, Mel. Tama mau jemput soalnya."
"Tumben mau di jemput."
"Iya hari ini ibunya ulang tahun, mau ngerayain di rumahnya. Ya sekali-sekali lah Mel biar ga di kira jomblo."
"Idih si najis nyindir, Ya udah aku nanti pulang nebeng sama Hani aja." Meli memanyunkan bibirnya sambil pura pura ngedumel bak ibu ibu komplek kalau lagi ghibah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bella sedang menunggu Tama di bangku lobby. Dirinya sudah setengah jam menunggu namun lelaki itu belum juga sampai.
Berkali-kali Bella menelpon tama tapi statusnya memanggil tidak berdering. Di chat, ceklis satu.
"Hai Bella, kamu belum di jemput?" tanya Danu. "Kalau nggak di jemput, aku antar kamu pulang," lanjutnya mengajak Bella untuk pulang bersamanya.
Bella mengamati lelaki yang menurutnya tidak asing. 'Duh siapa ya, pernah liat tapi di mana ya?' batin Bella sambil mengerutkan kening menunjukkan ekspresi bingung.
"Aku Kamandanu, kita satu ekstrakurikuler di pecinta alam, remember me?"
'Ahhh Iya, dia si Casanova yang namanya sering aku dengar,' batinnya.
Baru kali ini ia melihat langsung sosok Kamandanu Sang Casanova sekaligus wakil ketua OSIS yang jabatan nya sebentar lagi akan digantikan karena dia sudah kelas 12.
Bella tidak begitu antusias ketika para siswi maupun siswa membicarakan dan memuji sosok Kamandanu.
Bahkan Bella berfikir jika sosok Kamandanu pasti memiliki wajah seperti orang-orang jaman dahulu. Ternyata ....
'Unik namanya, Kamandanu. Apa dulu mama papanya suka nonton drama kolosal kali ya?!'
"Bell! Kok senyum-senyum? Ada yang aneh ya?"
"Hah? Engga Kak, maaf. Gak ada yang aneh kok," ucap Bella kaget. "Tapi maaf banget Kak Kamandanu, Aku udah di jemput. Terima kasih ya Kak tawarannya!" Bella membungkuk sungkan.
"Just Danu, panggil aku Danu aja." Danu berucap sambil tersenyum memperlihatkan kedua dimple. "Aku boleh temani kamu sampai kamu di jemput, Bell?" lanjutnya.
"Sure, Kak Danu," jawab Bella dengan senyum ramahnya.
'Pantes aja most wanted. udah cakep, ramah banget lagi, ehhh pas senyum ada dimplenya.'
Danu sadar dirinya di perhatikan gadis mungil berambut panjang itu, namun ia tidak ingin membuat Bella salah tingkah.
"Biasa pulang di jemput, Bell?"
"Engga Kak, aku biasa pulang pergi naik bus kuning."
Danu mengerutkan kening. seingat dia, Isabella putri tunggal keluarga Brawijaya dan perusahaannya tidak dalam masalah. 'Kenapa gadis ini naik bus gratisan? Apa ada informasi yang gue lewatkan?' batinnya.
"Bukannya bus gratisan itu gak lewat sini, Bell?"
"Iya bener, biasanya aku jalan kaki dulu, Kak, sampai ke depan Halte SMA 45. Nanti aku naik dari sana deh," ucapnya dengan nada riang.
"Kenapa gak naik taxi online, Bell?"
"Takut di culik Kak, kalau naik bus 'kan, rame-rame. Jadi penculiknya bingung mau culik yang mana dulu."
Jawaban Bella, reflek membuat Danu tertawa. "Sorry ... sorry ... because you so funny, right. Jawaban kamu out of the box. Gak akan ada yang bisa culik kamu, Bell. Mereka bakal berurusan sama gue kalau berani nyentuh lo," ucap Danu, tentu kalimat terakhir tidak ia ucapkan. Hanya ia ucapkan dalam hati.
Tak lama dari itu, muncul mobil sedan hitam yang mendekati. Kaca depan sebelah kirinya di turunkan dan tampaklah lelaki manis dan tampan menurunkan kacamata hitamnya.
"Kak, aku udah di jemput. Makasih ya udah nemenin aku ngobrol. See you!" pamit Bella dan Danu hanya tersenyum tipis sambil mengangguk.
Bella membuka pintu bagian depan dan langsung memasang seat belt nya.
"Kalau aku lama sedikit pasti kamu udah di culik sama si Danu!"
"Loh ... kamu kenal sama Kak Danu, Tam?" Fokus Bella teralihkan saat ia menatap Danu yang sudah meninggalkan lobby sekolah.
"Kak Danu 'kan temen SMP Tama, Bella!" Bukan Tama yang menjawab tapi seseorang di jok belakang.
"Loh Frilly ... Hera ... kalian disini?! tumben barengan? kalian janjian sama Tama buat pulang bareng juga?"
"Engga Bell, tadi pas arah ke sekolah kamu, aku liat Frilly dan Hera di pinggir jalan lagi nunggu taxi online. Sekalian aja aku ajak mereka bareng. Kan, kita semua pulangnya searah. Lagi pula kita langsung ke rumah aku buat merayakan pesta ulang tahun ibu," ucap Tama panjang lebar.
"Sore banget ya kalian pulang. Ada ekskul?" tanya Bella.
"Aku pulang sore karena ada les tambahan, Bell, bukan ekskul. Gak penting aku ikut begituan. Apalagi Sebentar lagi 'kan, aku masuk SMA," jawab Frilly.
Bella menganggukan kepalanya. "Kalau kamu, Ra?"
"Aku nunggu Frilly pulang, Bell," jawab Hera.
"Oh gitu. Oiya Tam, aku bawa apa ya buat Ibu? Gak enak nih kalau aku gak bawa apa-apa. Nanti ke butik BJ dulu ya!"
"Gak perlu, Bell. Kamu ikut makan malam hari ini aja, Ibu udah seneng banget. Tadi Ibu bilang gitu. Ibu lagi bikin cheesecake kesukaan kamu!"
"Ya ampun Ibu ... padahal Ibu yang ulang tahun. Kenapa Ibu yang buatin kue untuk aku," gumam Bella dengan wajah terharu.
"Karena Ibu sayang sama kamu, Bella." Tama menjawab dengan senyum manisnya. Tangan sebelah kirinya ia gunakan untuk mengelus puncak kepala Bella.
Mereka telah sampai di komplek perumahan, tempat mereka tinggal. Mereka memang teman sedari kecil hanya beda usia dan sekolah.
Sebenarnya masih ada teman mereka yang lainnya. Mereka sudah berkumpul di rumah Tama.
Intan, Robi dan Saga sedang membantu ayah Tama menyiapkan BBQ di taman belakang rumah Tama.
Sedangkan nyonya rumah sendiri berada di dapur menyelesaikan kue buatannya. Bella meninggalkan teman-temannya yang berada di taman belakang rumah Tama lalu menuju dapur.
Bella memeluk Annastasia -- Ibu Tama, dari belakang. Seminggu mereka tidak bertemu karena kesibukan masing-masing.
Membuat Bella ingin bermanja manja dengan wanita yang telah melahirkan kekasihnya ini.
"Kamu sudah sampai, Sayang? Ayo mandi dulu, Ibu sudah siapkan baju ganti buat kamu."
Anna gegas mengajak Bella ke kamar Tama untuk menyuruhnya bersih-bersih dan mencoba baju yang telah ia belikan untuk calon menantu kesayangannya.
"Ibu ... bajunya bagus, Bella suka. Terima kasih ya Ibu."
"Sama-sama sayang, Ibu senang kalau Bella senang." Anna mengelus rambut Bella dengan sayang.
"Ibu yang ulang tahun malah Bella yang dapat hadiah dari Ibu." Bella memeluk Anna hangat.
Bella sangat bahagia memiliki Anna sebagai pengganti ibu kandungnya.
"Kamu kado terindah ibu. Baik-baik sama Tama ya, Sayang. Calon menantu Ibu," ucap Anna, dengan nada bercanda namun dalam hati wanita itu serius mengatakannya.
Bella hanya mengangguk sambil tersenyum kecil. "Ayo Bu, Bella bantuin selesaikan kue nya."
Mereka kembali berkutat di dapur Annastasia yang sangat lengkap dengan peralatan masak dan cookware.
Kitchen set berwarna cream hijau lumut dengan list gold membuat suasana dapur menjadi hangat dan menyenangkan.
"Bagaimana hari ini kamu di sekolah, Bella?" tanya Anna
"Seperti biasa Bu, karena tahun ini akan ada pelantikan anggota team pecinta alam jadinya agak sedikit sibuk. Maaf ya Bu, kalau Bella jarang main kesini."
Anna tersenyum hangat. "Iya Bella, tidak apa apa. Yang penting kamu sehat selalu dan jaga diri kamu saat mengikuti pendakian nanti, kalau ada apa-apa bilang Tama atau kabarin Ibu Langsung!"
"Iya Bu," jawab Bella.
"Mulai besok berangkat dan pulang sekolah biar Tama yang jemput ya Bell, Ibu khawatir, soalnya sekolah kamu itu jauh banget!" pinta ibu Tama.
"Jangan Bu, Bella gak mau merepotkan Tama. Apalagi Tama 'kan, sudah kelas 12, Bu. Sekolah Tama dan Bella beda arah. Jangan khawatirkan Bella ya Bu!" Tangan Bella mengelus pelan tangan Anna untuk memberikan sedikit rasa tenang.
"Ibu gak suka aja Tama pulang pergi bareng-" Anna tersadar jika ia terlalu banyak bicara. Ia segera menghentikan ucapannya.
"Bareng siapa Bu?" tanya Bella dengan wajah penasarannya.
...( ・ั﹏・ั) To be continue ( ・ั﹏・ั)...
Baca Sampai Habis ya gaes ya 🙏🏻🫰🏻😘
Jangan lupa like, subscribe dan ulasannya. Karena akan aku gratis untuk kalian 🫰🏿❤️