NovelToon NovelToon
MY BELOVED MAFIA

MY BELOVED MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Identitas Tersembunyi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia / Menyembunyikan Identitas / Gangster
Popularitas:14.7k
Nilai: 5
Nama Author: Gestiagt

Di tengah kegelapan jalanan kota yang dipenuhi asap rokok dan neon menyala, Luna Noire memulai pencarian putus asa untuk adiknya yang dijual oleh pamannya ke dunia gelap mafia. Luna memasuki tempat-tempat gelap yang hanya dikenal oleh kalangan tertentu, menemui karakter-karakter misterius yang bisa menjadi sekutu atau musuh. Dengan setiap langkahnya, dia menyusun petunjuk-petunjuk yang membentuk puzzle keberadaan adiknya. Di tengah-tengah perjalanan, Luna terlibat dalam pertarungan fisik dan mental, mempertaruhkan nyawanya untuk mendapatkan informasi yang dia butuhkan.

Dalam upayanya untuk menyusup ke dunia mafia yang kejam, Luna harus menyamar, membangun jaringan intelijen, dan terlibat dalam perjudian moral yang sulit. Di balik pintu-pintu tertutup rapat, dia menemukan kebusukan dan kekejaman yang melebihi imajinasinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gestiagt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pencarian

"Paman, kenapa kau melakukan ini?"

Selama ini memang dirinya merasa tak enak sudah menumpang hidup disini, dan ia berusaha keras melunasi apa yang telah dilakukan oleh pamannya, walaupun mungkin belum cukup. Namun dengan apa yang ia lakukan pada Freya, Luna tidak bisa memaafkannya.

Dengan langkah yang gemetar dan hati yang dipenuhi dengan kebingungan, Luna Noire berdiri di ambang pintu rumah yang pernah ia panggil sebagai tempat berlindung. Pikirannya masih terpenuhi oleh kejutan dan kekecewaan. Dia merasa seakan-akan melayang di antara dunia yang dulu dikenalnya dan kegelapan yang tak terduga.

Namun, di tengah kekacauan emosionalnya, satu hal tetap teguh dalam pikirannya: dia harus menemukan adiknya. Freya adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki, satu-satunya orang yang selalu ada di sampingnya dalam kesulitan maupun kegembiraan.

Akhirnya Luna memutuskan untuk mencari bantuan dari kepolisian. Dia berharap bahwa di sana dia bisa menemukan bantuan yang dia butuhkan untuk menemukan keberadaan adiknya yang hilang.

Gadis itu dengan langkah mantap pergi kesana. sekitar dua puluh menit perjalanan ia tiba. dari kejauhan ia melihat kantor itu penuh dengan kesibukan masing-masing.

"Permisi.."ucapnya sambil melangkah masuk.

"Iya, ada yang bisa kami bantu?"

ketika dia tiba di kantor polisi, harapannya segera redup. Dia disambut oleh sikap acuh tak acuh dari petugas polisi yang duduk di balik meja resepsionis. Tatapan mereka dingin dan tak berperasaan, seolah-olah Luna hanya satu dari sekian banyak orang yang meminta bantuan mereka.

"Freya, adik saya, dia hilang. Saya tidak tahu di mana dia berada," Luna berkata dengan suara gemetar, mencoba menahan air mata yang siap untuk menetes.

"Silakan laporkan kehilangan Anda menggunakan formulir ini dan hubungi nomor darurat jika Anda memiliki informasi tambahan."Jawab sang Petugas.

"Tapi aku harus segera menemukannya, Tolong aku.."

"Kami akan berusaha menemukannya secepat mungkin, Silahkan isi Formulirnya."

Respons dari petugas polisi itu tidak sesuai dengan harapannya. Mereka menanggapi keluhannya dengan cepat, tanpa sepatah kata simpati atau kepedulian.

Luna merasa terpukul. Dia berharap bahwa kepolisian akan membantu menemukan adiknya, bahwa mereka akan memperlakukannya dengan serius. Namun, kenyataannya adalah bahwa dia harus berjuang sendiri, di tengah kegelapan dan ketidakpastian.

Dengan hati yang berat, Luna meninggalkan kantor polisi, membawa beban kekecewaan dan keputusasaan di pundaknya. Seolah laporan Luna adalah candaan, walaupun ia melaporkan pamannya, mereka meminta bukti. Namun sayangnya ia tidak bisa membuktikan apapun dan ia sendiri yang harus menyelesaikannya perselisihan keluarganya.

"Bagaimana caranya agar mereka percaya? Bagaimana aku harus membuktikannya?" Gumamnya dalam hati.

Langit malam yang gelap menyelimuti Luna saat dia melangkah di sepanjang jalanan yang sunyi. Langkah-langkahnya terdengar gemetar di antara keheningan malam, seakan mencari jalan keluar dari labirin kegelapan yang mengitari hatinya.

Dengan setiap langkah yang dia ambil, Luna menggenggam erat ponsel yang memperlihatkan foto adiknya, Freya, dalam genggaman gemetarnya. Wajah manis Freya tersenyum padanya dari dalam potret, tetapi senyuman itu terasa jauh, terpisah oleh jarak yang tak terjangkau di antara mereka.

"Maaf mengganggu, apa anda pernah melihat gadis ini?"

Luna memperlihatkan foto Freya kepada setiap orang yang dia temui di jalanan, berharap bahwa seseorang akan mengenalinya, bahwa seseorang akan memberikan petunjuk yang akan membawanya kembali kepada adiknya yang hilang. Namun, setiap kali, jawaban yang dia dapatkan tetap nihil, seperti suara yang hilang di tengah kebisingan malam.

"Maaf aku tidak melihatnya." Jawab orang orang itu.

"Terima kasih.."lirihnya sembari menghembuskan nafas putus asa.

Dia bertanya kepada pedagang kaki lima yang sedang merapikan barang dagangannya, kepada pengendara motor yang melintas dengan cepat, kepada para pejalan kaki yang tergesa-gesa menuju tujuan mereka. Tetapi, semua yang dia dapatkan hanyalah tatapan bingung dan gelengan kepala yang membingungkannya semakin dalam.

"Apa yang harus aku lakukan? Apa Freya baik baik saja?".

Dalam kegelapan yang semakin mencekam, Luna merasa seperti terperangkap dalam pusaran kebingungan dan keputusasaan. Dia merasa sendirian di dunia yang terasa begitu asing baginya, tanpa petunjuk atau bantuan untuk menuntunnya kembali kepada adiknya yang tersesat.

Dengan langkah yang tegar, Luna melanjutkan pencariannya, memasuki setiap gang kecil dan lorong gelap, berharap untuk menemukan jejak yang hilang yang akan membawanya kembali kepada adiknya. Meskipun gelap, meskipun sepi, dia tidak pernah kehilangan harapan bahwa suatu hari, dia akan dipertemukan kembali dengan cahaya yang telah hilang dari hidupnya.

Luna akhirnya berlabuh dan terhenti di depan sebuah warung kopi kecil yang masih terang benderang di tengah malam yang gelap.

"Permisii.."

Dia memutuskan untuk masuk, berharap bahwa mungkin seseorang di sana akan memiliki informasi tentang adiknya yang hilang. Saat dia membuka pintu warung kopi, aroma kopi yang harum memenuhi udara, menciptakan suasana yang hangat dan mengundang di dalam.

Seorang pria tua dengan rambut abu-abu dan senyuman hangat menyambutnya saat Luna memasuki warung. Dia duduk di meja kecil di pojokan, menyuguhkan secangkir kopi hangat di depannya.

"Selamat malam, ada yang bisa saya bantu? sepertinya kamu kelelahan" tanya pria tua itu dengan nada ramah.

Luna menyapa pria tua itu dengan sopan, mencoba menahan gemetar di suaranya. "Selamat malam, Pak. Saya sedang mencari adik saya yang hilang. Apakah bapak mungkin pernah melihatnya?"

Pria tua itu mengangguk, matanya dipenuhi dengan rasa simpati yang dalam. "Saya mungkin tidak bisa membantumu, tapi duduklah, nikmatilah secangkir kopi."

"Terima kasih."Luna bersyukur atas kebaikan hati pria tua itu. Dia duduk di kursi di seberang meja, menyeruput kopi hangat yang menenangkan dan menghangatkan tenggorokannya.

"Ini foto dia," Luna menunjukkan foto Freya kepada pria tua itu.

Pria tua itu memandang foto dengan penuh perhatian. Sejenak, terdengar hening di antara mereka, hanya teriakan jarak jauh dari jalanan yang memecah keheningan malam.

Akhirnya, pria tua itu mengangguk perlahan. "Maaf, nak. Saya belum pernah melihatnya sebelumnya. Tapi jangan menyerah. Kadang-kadang, jawaban datang dari tempat yang paling tidak terduga."

Luna tersenyum lemah, terima kasih atas kata-kata pria tua itu. Meskipun pertemuan mereka tidak memberinya jawaban yang dia cari, tetapi ada kehangatan dalam percakapan mereka yang membuatnya merasa sedikit lebih baik."Terima kasih..saya harus mencarinya kembali.."

"Saya berdoa semoga kamu bisa segera menemukan adikmu.."

Luna keluar dari sana, ia menghembuskan nafas berat, entah harus kemana lagi ia mencari. Satu satunya cara adalah memohon agar pamannya memberitahunya.

Clak, Clak Clak

Saat langit terasa semakin gelap dan berat, tetes-tetes hujan mulai turun dengan derasnya, menambah tragedi dalam hidup Luna.Dengan langkah yang gemetar dan hati yang dipenuhi keputusasaan, Luna merasakan tetes-tetes hujan yang dingin membasahi punggung tangannya saat dia berdiri di pinggir jalan yang sepi.

"Ahh..Aku benar benar sial."

Hujan itu seperti simbol dari kesedihan yang melandanya, mengguyurinya dengan rasa sakit dan kehilangan yang tak terbendung. Setiap tetes hujan seperti pukulan yang menyakitkan, mengingatkannya pada kehilangan adiknya dan ketidakpastian masa depan yang mengintainya.

Langkah-langkahnya terasa berat dan gemetar di bawah beban emosional yang menindasnya. Dia merasa seperti terjebak dalam pusaran kegelapan yang tak terduga, tanpa jalan keluar, tanpa cahaya yang memandunya.

Sebuah siluet hitam mengalihkan pandangan yang buram oleh air mata.

"Luna?"Sahut seseorang.

.

.

1
vava
terlalu banyak narasi dialognya cuman sedikit jadi bosan Thor
Hikari Mirai: Makasi sarannya kak../Bye-Bye/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!