EGO

"Sayang kamu di mana?" tanya Agatha setelah panggilan nya diangkat oleh kekasihnya.

"Lagi di kantor, aku masih meeting sayang." Jawab Cheva apa adanya.

"Hem aku pengen jalan-jalan, mau ditemani kamu" pinta Agatha tanpa memikirkan keadaan Cheva yang tampaknya tengah sibuk.

Terdengar helaan nafas panjang dari Cheva, "Aku masih ada meeting sayang, jadwal aku padat benget hari ini. Besok aja ya." Bujuk Cheva mencoba memberikan opsi lain.

"Kamu udah gak sayang aku, masa nemenin aku bentar aja gak mau. Meetingnya kan masih bisa ditunda besok. Kamu udah gak sayang aku kan? Atau kamu udah ada wanita lain makanya kamu gak peduli lagi. Kamu lebih mentingin pekerjaan dibandingin aku. Wajar sih aku memang bukan prioritas kamu. Aku sadar diri sih." Agatha bersungut-sungut dengan nada ketus yang menyindir.

"Ya udah kamu lanjut meeting aja, aku gak penting juga kok. Gak perlu dipikirin" lanjut Agatha berujar, langsung memutus panggilan secara sepihak.

"Hufft" desah kasar Cheva menghadapi sikap Agatha yang terlalu kekanak-kanakan. Namun meskipun begitu, dirinya tak tega melihat kekasihnya seperti itu.

"Gino, meeting nya kita tunda, atur jadwal lain kali. Karena hari ini saya ada urusan mendadak."Titah Cheva pada sekretaris nya.

Dengan hati khawatir, Cheva melangkahkan kakinya untuk pergi menemui kekasihnya. Sudah pasti Agatha tengah merajuk sekarang. Apalagi nada bicaranya sudah ketus begitu saat berbicara padanya.

***

"Maaf Tuan, Tuan Cheva sedang keluar. Beliau bilang ada urusan mendadak." Jelas Gino selaku sekretaris Cheva.

Tuan Bagaskara yang merupakan Papa Cheva menatap tajam sekretaris putranya itu. "Urusan apa sampai membuat Cheva menunda meeting secara tidak profesional. Apa saya pernah mendidik kalian dengan cara tidak benar seperti itu?!" Marah Papa menatap tajam Gino.

"Maaf Pak, Saya kurang tahu urusan apa yang Tuan Cheva maksud. Namun sepertinya memang penting, karena Tuan Cheva tampak begitu khawatir saat pergi." Ujar Gino mencoba menjelaskan.

Terdengar Papa mengembuskan nafas berat. "Segera hubungi atasan mu itu, minta dia besok menemui saya." Titah nya dengan tegas.

Tuan Bagaskara pun melangkah pergi meninggalkan perusahaan yang dipimpin oleh putranya. Hari ini dirinya memiliki pertemuan dengan klien di luar negeri. Jadi harus segera menuju bandara, bahkan istrinya pun telah menunggu dirinya di bandara.

Niatnya datang ke perusahaan untuk memantau perkembangan perusahaan setelah dirinya minta Cheva untuk mengelolanya. Sekaligus berpamitan, karena kepergiannya kali ini begitu mendadak hingga belum sempat bertemu putranya itu.

Namun yang dicari justru tak ada di tempat. Bahkan dirinya juga sempat mendapatkan laporan dari klien atas tindakan putranya yang membatalkan meeting dengan tidak profesional.

"Kenapa Pa?" tanya Mama yang menangkap guratan suram di wajah suaminya.

"Cheva membuat masalah, besok Papa akan bicara dengannya." Ujar Papa dengan tegas.

"Udah ya Pa, besok kita selesaikan masalah itu. Sekarang Papa fokus aja untuk urusan klien kita di sana nanti." Ujar Mama dengan lembut, untuk membuat kemarahan suaminya reda.

"Tuan, Papa anda baru saja ke perusahaan untuk menemui anda." Jelas Gino setelah panggilan nya diangkat oleh Cheva.

"Kenapa?"

"..." Gino menjelaskan dengan detail apa yang baru saja terjadi tanpa melebihkan atau mengurang-ngurangi.

"Sh*t! hubungi semua klien kita hari ini, dan atur meeting lagi." Titah Cheva, lalu menutup panggilan.

***

"Ngapain kamu kesini? Katanya mau meeting, udah pulang sana. Aku gak masalah kok, aku gak penting juga kan" Ketus Agatha memasang wajah cemberutnya.

"Sayang, aku bela-belain nunda meeting demi kamu. Kamu mau usir aku?" ujar Cheva dengan lembut.

"Ya udah balik ke kantor sana, meeting aja jangan di tunda-tunda. Entar rugi kamu. Mending kamu buang aku kan dibanding kehilangan benih-benih uang" Ketus Agatha tak mau menatap pada kekasihnya sama sekali.

Cheva menyerah, tanpa banyak kata merengkuh tubuh kekasihnya dengan erat. Menumpukan wajahnya di ceruk leher Agatha.

"Kamu penting buat aku, sayang. Maafin aku ya" ungkapnya berujar lirih.

Agatha membalas pelukan Cheva dengan sama eratnya. Semudah itu membuat dirinya luluh sebenarnya. Hanya perlu diperlakukan manis dan lembut.

"Aku kangen kamu" ungkap Agatha dengan jujur.

Sebenarnya dirinya tengah merindukan Cheva, makanya meminta pria itu untuk menemani dirinya keluar. Ia terlalu gengsi mengakui jika rindu.

Cheva tersenyum kecil, "kenapa gak dateng ke perusahaan nyamperin aku kalo kangen?" tanya Cheva.

"Males, nanti kamu cuekin aku karena sibuk kerja." Cicitnya pelan.

Cheva hanya mampu menggeleng kepala mendengar jawaban Agatha. Paling bisa membuat dirinya uring-uringan memang wanita satu itu.

"Kita mau jalan kemana?" tanya Cheva setelah mereka sama-sama melepaskan pelukan.

"Mau kemana aja, yang penting sama kamu." Ujar Agatha tersenyum manis menatap lekat wajah Cheva.

Dalam hatinya merasa sangat bersyukur karena dianugerahkan seorang pria seperti Cheva. Entah bagaimana jika Cheva tak pernah hadir dalam hidupnya. Bahkan membayangkannya saja tak berani.

"Kita ke taman aja, aku mau liat bunga di sana." Tutur Agatha tiba-tiba ingin ke taman bunga.

"Oke"

Akhirnya mereka pun berangkat ke taman, saling bergandengan tangan di dalam kendaraan. Agatha tak ada henti-hentinya tersenyum merasa bahagia karena Cheva lebih memilih meninggalkan meeting demi bertemu dengan dirinya.

"Chev, kamu punya mantan enggak ya sebelum sama aku?" tanya Agatha tiba-tiba terbesit rasa penasaran akan hal itu.

"Kenapa kamu tiba-tiba bahas itu?" tanya Cheva penasaran. Karena selama yang dirinya tahu, Agatha tak pernah mau tau masa lalunya. Katany tidak penting, padahal takut cemburu saja sebenarnya.

"Jawab aja sayang" pinta Agatha dengan manja.

"Hm ada" jawab Cheva dengan singkat, tak ingin mengundang masalah.

"Berapa? cantik enggk? sama aku cantik mana?" tanya Agatha beruntun.

Cheva menghela nafas berat. Sudah Ia duga akan panjang urusannya. "Satu sayang, cantikan kamu oke" jawab Cheva tanpa keraguan, supaya kekasihnya percaya. Dan kenyataan nya memang seperti itu.

"Bohong. Masa cantikan aku sama dia?" tanya Agatha dengan ketus.

"Kalau cantikan dia, mungkin aku masih sama dia gak bakal putus dan jadian sama kamu" Ujar Cheva meyakinkan.

"Ihh jadi kamu ada niat balikan kalau misalnya cantikan dia?" tanya Agatha dengan ketus.

Cheva menahan nafas mengahadapi tingkah Agatha yang benar-benar... sudahlah mengalah lebih baik.

"Sayang udah ya, aku gak mau kita bahas siapapun. Hanya kita, dan yang perlu kamu tau kamu yang aku mau. Kamu satu-satunya yang aku sayang, cintai dan akan selamanya sama aku" Jelas Cheva sembari mencium punggung tangan Agatha dengan dalam.

Agatha merona mendengar perkataan kekasihnya ditambah kecupan yang pria itu berikan. Wajahnya menoleh ke samping menghindar dari tatapan Cheva. Ia tersenyum malu.

Next .......