Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sepertinya itulah pribahasa yang cocok menggambarkan seorang gadis cantik bernama Emila. Setelah hubungannya kandas karena kehadiran orang kedua, kini ia harus merasakan menjadi yang kedua pula untuk seorang pria yang sudah beristri karena mengandung anak dari pria itu setelah melewati malam panas dan ia dinyatakan mengandung.
Penawaran pernikahan sebagai bentuk tanggung jawab dari pria yang sudah menanamkan benih di rahimnya membuat Emila tak bisa menolak karena tidak ingin membuat ibunya malu dan akhirnya mendapatkan perlakuan buruk dari orang sekitarnya.
Bagaimana nasib Emila selanjutnya setelah menikah menjadi yang kedua sedangkan istri pertama pria tersebut tidak mengetahui pernikahan diam-diam mereka? Apakah istri pertama pria itu akan bersikap baik pada Emila atau justru sebaliknya setelah kebenaran itu terungkap mengingat istri pertama dari pria itu dinyatakan sulit memiliki seorang anak?
Yuk ikuti kisah Emila dan Arkana di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah dari anakku
"Apa?!" Bu Asma nampak sangat terkejut mendengarnya. Kedua tangannya yang ia gunakan untuk memegang pundak Emila pun akhrinya terlepas begitu saja. "Ka-kau..." Bu Asma tak sanggup melanjutkan perkataannya.
"Maafkan Mila, Ma..." Mila menangis tersedu-sedu. Tubuhnya pun merosot di atas lantai dan memegang kedua kaki ibunya. "Maafkan anakmu yang sudah membuat dosa ini, Ma..." pintanya lagi.
"Mila apa yang kau lakukan!" Bu Asma memegang kedua pundak Emila meminta Emila untuk bangkit. Namun Emila tetap menahan dirinya bersujud di kaki ibunya. Ia masih ingin meminta maaf pada wanita yang sudah melahirkannya itu.
"Mila..." kini suara Bu Asma terdengar merendah.
"Mila hamil, Mah..." ucap Emila melanjutkan perkataan yang sulit keluar dari mulut ibunya.
"Tidak... kau jangan bercanda Emila!" Ucap Bu Asma tak percaya.
Emila menggelengkan kepalanya. "Maafkan Mila, Ma..." hanya kata itu yang terus terucap dari mulutnya.
Bu Asma meminta Emila untuk bangkit dengan sedikit paksaan. Akhirnya putrinya itu mau bangkit dan kini sudah duduk di posisi semula. "Katakan jika itu semua tidak benar, Mila. Kau tidak mungkin hamil!" Titah Bu Asma diikuti gelengan di akhir perkataannya.
"Tapi itu semua benar, Ma. Mila hamil." Dengan tangan bergetar Emila menunjuk dua buah tespek yang tergeletak di atas lantai.
Bu Asma melihat ke arah yang Emila tunjuk. Ia pun bangkit dari duduknya lalu mengambil tespek tersebut. "Kau benar-benar hamil?" Bu Asma pun akhirnya menangis. Sungguh ia tidak percaya dengan fakta yang ia dengar saat ini.
Emila mengangguk pelan.
"Tapi bagaimana bisa, Mila?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Bu Asma. Tentu saja Bu Asma masih berusaha tak percaya karena ia tahu selama tinggal di Riau putrinya sama sekali tidak memiliki teman dekat pria. Bukan hanya itu saja, putrinya bahkan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersamanya jika tidak bekerja.
Emila menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Rasanya begitu sulit menceritakan apa yang terjadi kepadanya beberapa waktu lalu.
"Mila ayo katakan pada Mama bagaimana ini semua bisa terjadi!" Titahnya dengan raut wajah kecewa yang tidak bisa disembunyikan. "Ayo katakan pada Mama siapa ayah dari anak itu?" Lanjutnya lagi karena Emila hanya diam saja.
Emila tertunduk. Apa ia harus menceritakan apa yang terjadi pada ibunya? Tapi apakah setelah menceritakan pada ibunya, ibunya itu bisa percaya kepadanya? Emila masih nampak ragu.
"Mila... ayo ceritakan pada Mama, Nak... Mama berjanji tidak akan membencimu... Mama akan menerima anak ini dengan baik." Ucap Bu Asma lembut. Ia tidak mau membuat anaknya takut hingga tidak mau menceritakan kebenaran kepadanya.
Kepala Emila yang tertunduk pun akhirnya terangkat. Ditatapnya wajah wanita yang sudah melahirkannya itu dengan sedih. Ia dapat melihat dengan jelas kekecewaan yang tersembunyi di balik senyuman yang ibunya berikan saat ini.
Dengan pelan tapi pasti Emila pun akhirnya mau menceritakan apa yang terjadi kepadanya satu bulan yang lalu dengan jelas dan terperinci. Bu Asma sama sekali tidak bersuara saat putrinya bercerita. Hanya ekspresi wajah terkejut dan tak percaya yang ia perlihatkan pada putrinya itu. Hingga di akhir cerita, Bu Asma pun menangis dengan keras lalu membawa Emila ke dalam peluknnya.
"Jadi anak ini adalah anak Tuan Arkana? Anak dari Bu Selvy?" Tanya Bu Asma.
***