Noda Menjadi Yang Ke 2
Emila menatap kedua benda persegi panjang yang menunjukkan hasil garis dua dengan tubuh gemetar dan kedua bola mata berkaca-kaca. "Bagaimana ini?" Tanyanya terbata sambil menggenggam kedua benda persegi panjang itu. "Apa yang harus aku katakan pada Mama? Mama pasti sangat kecewa!" Wanita itu nampak semakin bingung. Bulir-bulir air mata semakin berjatuhan membasahi pipi.
Ditatapnya sebuah foto yang terpajang di dinding kamarnya. Itu adalah foto ibunya dan dirinya di saat ia masih kecil. "Mama... maafkan Mila." Ucapnya.
Tubuh wanita itu merosot begitu saja ke atas lantai. Ditekuknya kedua kakinya dan dijatuhkannya wajahnya di atas kedua lutut. "Bagimana ini? Bagaimana? Apa yang harus aku katakan pada Mama? Apa aku harus jujur? Mama pasti akan kecewa bahkan marah kepadaku." Wanita itu terlihat kacau.
Hari ini ia memilih tidak bekerja seperti biasanya karena sejak beberapa hari yang lalu tubuhnya terasa sangat lemas apa lagi setelah memuntahkan makanan yang ada di dalam perutnya tadi pagi. Bibirnya yang nampak pucat pun kini bergetar diiringi isak tangisnya.
Tok
Tok
Tok
"Mila?" Terdengar suara ibunya memanggil namanya dari luar kamar.
Emila semakin bingung. Apa yang harus ia jawab nanti jika ibunya melihat dirinya yang sedang menangis saat ini.
"Emila, buka pintunya, Nak. Mama sudah pulang dari warung membelikan obat untukmu." Suara wanita paruh baya itu kembali terdengar memanggil nama Emila.
Emila tidak ingin membuat ibunya terlalu lama menunggu di depan pintu. Dengan tubuh yang terasa sangat lemas ia bangkit lalu melangkah dengan tertatih ke arah pintu.
Ceklek
Pintu kamar terbuka. Bu Asma dibuat terkejut melihat wajah anaknya yang nampak semakin pucat dan basah. "Mila? Kau menangis?" Wajah Bu Asma nampak panik.
Emila tak dapat membendung air matanya hingga kembali mengalir deras membasi pipi. "Ma..." Emila menabrak tubuh Bu Asma dan memeluknya erat. "Maafkan Mila, Ma..." ucapnya terbata dan pelan hingga Bu Asma tak dapat mendengar dengan jelas perkataan putrinya.
"Emila, ada apa ini, Nak? Kenapa kau menangis?" Tanyanya. Sungguh ia sangat khawatir dengan kondisi putrinya saat ini.
Tak terdengar suara jawaban dari mulut Emila. Yang terdengar hanyalah suara isakan tangis yang terdengar begitu menyayat hati.
Bu Asma tentu semakin dibuat cemas. Dibimbingnya tubuh Emila masuk ke dalam kamar dan didudukkannya Emila di tepi ranjang. "Mila... ayo ceritakan pada Mama ada apa ini? Kenapa kau menangis? Apa tubuhmu terasa semakin sakit?" Tanya Bu Asma.
Emila masih tak menjawab. Ditatapnya dengan perasaan bersalah wajah wanita yang sudah melahirkannya ke dunia.
"Mila..." wajah Bu Asma nampak memohon agar putrinya menjawab pertanyaannya.
"Ma-maafkan Mila, Ma..." ucapnya terbata. Kedua bahunya pun mulai bergetar diikuti isakan tangisnya yang semakin keras.
"Maafkan untuk apa, Mila? Kau tidak membuat kesalahan." Jawab Bu Asma. Masih saja dibuat bingung dengan sikap putrinya saat ini.
Emila menggelengkan kepalanya. Ibunya salah. Ia sudah membuat sebuah kesalahan besar dan kesalahan yang sudah ia perbuat itu membuatnya hamil saat ini. "Mila bersalah, Ma... Mila bersalah." Ucapnya masih terbata.
Bu Asma memegang kedua pundak Emila dan meminta Emila untuk menatap kepadanya. "Kesalahan apa yang sudah kau perbuat, Nak? Katakan pada Mama." Pintanya.
"Mi-mila hamil, Mah..." hanya kata itu yang keluar dari mulutnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 276 Episodes
Comments
Ira
ok
2024-06-18
0
Capricorn 🦄
keren
2024-04-08
0
Anonymous
keren
2024-03-29
0