Jiang Xia Yan merupakan putri bungsu dari seorang jenderal perang pada masa kekaisaran Ming Qi adalah wanita bodoh yang jatuh cinta dengan pangeran kedua Ming Shin yang pada akhirnya mati mengenaskan atas nama cinta.
Bukan hanya mati ditangan suaminya sendiri, Jiang Xia Yan juga menyebabkan Klan Jiang musnah ditangan Ming Shin.
Padahal Jiang Xia Yan sudah berkorban banyak untuk Ming Shin hingga bisa membuat lelaki yang sangat dicintainya itu bisa menjadi kaisar Ming setelah berhasil menggulingkam kekauasaan sang ayah.
Jiang Xia Yan mati dengan dendam yang mendalam....
Pada saat yang sama, ada seorang CEO wanita yang berhati dingin dan kejam bernama Agatha Wein yang juga mati mengenaskan ditangan sekelompok lelaki yang cintanya ditolak dengan kasar olehnya.
Agatha diberi kesempatan hidup didalam raga Jiang Xia Yan....
Mampukah Agatha bertahan hidup & membalaskan dendam Jiang Xia Yan?
Bisakah Agatha menemukan cinta dijaman kuno ini dan membuat hatinya yang dingin menjadi hangat ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMATIAN YANG TRAGIS
Hari ini, siang yang awalnya sangat cerah tiba – tiba saja berubah menjadi gelap. Suara langit bergemuruh dan petir bersautan seolah dewa langit sedang marah.
Kegelapan mulai mencekam bumi, menjebak orang – orang yang berada dibawah langit dengan erat, seakan tak membiarkan siapapun lolos begitu saja.
Aula istana kekaisaran Ming yang dulunya sangat megah sekarang terlihat seperti sangkar besar yang menjebak siapapun yang berada didalamnya sehingga kesulitan untuk bernafas.
Disebuah kamar yang sangat besar dan megah pakaian dan perhiasan terlihat bertebaran dimana – mana seolah – olah bencana besar baru saja terjadi disana.
Disudut ruangan terlihat seorang wanita dengan tubuh lemas berlutut dilantai, seolah dia sudah tak bisa lagi untuk bangkit sambil menatap tajam seseorang yang berdiri dihadapannya.
Wanita muda berusia dua puluh dua tahun tersebut terlihat seperti wanita tua karena wajah dan tubuhnya yang tak terawat dengan baik.
Ada aura permusuhan yang sangat dalam dia keluarkan, sorot matanya terlihat kosong seperti sumur yang telah lama kering.
Namun, sedetik berikutnya, sorot matanya berubah menjadi sangat tajam dengan aura kebencian yang teramat dalam terlihat disana.
“ Kakak, sekarang kondisi kerajaan sudah stabil dan damai. Jadi sudah waktunya bagi kakak untuk menikmati hidup dengan lebih baik….”, ucap selir agung Noywen dengan angkuhnya sambil tersenyum sinis.
Jiang Xia Yan bukan tak tahu apa makna dibalik ucapan selir agung tersebut. Dengan kata lain, wanita ular itu ingin menjelaskan jika dirinya sudah tak diperlukan lagi di dalam istana setelah pengorbanan besar yang selama ini dia berikan untuk kekaisaran Ming.
Bukan hanya dirinya yang secara tidak langsung dibuang, selama dia disandera dinegara tetangga demi terciptanya perdamaian, putrinya telah mengalami sakit yang sangat parah sehingga mengalami kematian yang tragis akibat racun yang terus menggerogoti organ tubuh bagian dalamnya.
Begitu juga dengan sang putra yang merupakan seorang putra mahkota kekaisaran Ming digulingkan secara paksa dan meninggal dalam pengasingan sebagai hukuman yang diberikan oleh sang suami.
Tentu saja semua itu terjadi karena adanya hasutan serta fitnah keji yang dilakukan oleh selir agung Noywen yang ingin anak tunggalnya naik tahta sebagai putra mahkota.
Bukan hanya kedua buah hatinya yang dirampas, keluarga Jiang-nya yang selama ini telah mengorbankan segalanya untuk negara dan kekaisaran juga telah dimusnahkan oleh sang suami hingga tak ada satupun anggota keluarga Jiang yang bisa lolos dari maut tersebut.
Dalam masa waktu tiga tahun pada saat dirinya mengorbankan diri sebagai sandera negara lain untuk negaranya, seluruh klannya telah binasa dan dia juga harus kehilangan kedua buah hati yang sangat disayanginya dengan tragis ditangan lelaki yang sangat dia cintai.
Sungguh miris, itulah yang bisa dikatakan mengenai nasib yang diperoleh oleh Jiang Xia Yan yang merupakan permaisuri kekaisaran Ming.
Jiang Xia Yan sama sekali tak menyangka jika pengorbanannya untuk mendampingi sang suami mulai dari bawah hanya dianggap sebagai lelucon belaka.
Perjuangan dalam suka dan duka selama delapan tahun bersama, melalui cobaan berat dan kesengsaraan serta saling membantu dan menguatkan antara satu dengan yang lainnya nyatanya hanya dianggap angin lalu yang tak berarti bagi Ming Shin.
Membuat rasa cinta Jiang Xia Yan perlahan mulai menghilang dan digantikan dengan rasa benci yang teramat sangat.
Pengorbanan, kesetiaaan, dan pengabdiannya selama ini Jiang Xia Yan berikan seakan sama sekali tak ada artinya bagi Ming Shin.
Setelah mengatakan hal tersebut, selir Agung Noywen segera menyuruh dayang – dayangnya untuk menganti pakaian Jiang Xia Yan dengan seikat sutra putih yang tadi dibawanya.
Jiang Xia Yan bukanlah orang bodoh, dia tentunya tahu apa makna dari seikat sutra putih yang dibawah selir agung Noywen kepadanya.
“ Cih…apakah ini balasan yang kuterima atas semua pengorbanan yang telah kuberikan selama ini….”, ucap Jiang Xia Yan sinis.
Karena tubuhnya tak mampu dia gerakkan setelah semua tulang kaki dan tangannya dipatahkan maka dia hanya bisa pasrah waktu para dayang selir agung Noywen memasangkan sutra putih tersebut ke tubuhnya.
“ Selama tinggal kakak….berkumpullah bersama keluarga dan kedua anakmu dineraka….”, bisik selir agung Noywen sebelum meninggalkan ruang dengan senyum penuh kemenangan terlihat diwajahnya.
Grrrr…..
Jiang Xia Yan hanya mampu mengeram marah mendengar semua ucapan yang diberikan oleh selir agung Noywen kepadanya.
Tapi apalah daya, dia bahkan tak bisa menggerakkan tangannya untuk menampar mulut berbisa wanita tersebut.
Tak lama kemudian, pintu kamar kembali berderit terbuka dan tampak sepasang sepatu bersulam naga masuk dan melangkah mendekatinya.
Begitu Jiang Xia Yan mendongak, dia bisa melihat sosok lelaki tampan berbalut jubah kebesaran berwarna kuning keemasan yang dulu sangat dicintainya.
Dia adalah kaisar Ming Shin, lelaki tampan yang dulunya sangat dia cintai sebelum lelaki tersebut menghabisi seluruh keluarganya dan dua buah hati yang dicintainya.
Dengan tatapan dingin sang sumi berkata “ mempertimbangkan bahwa kamu telah setia mengikuti Zhen selama delapan tahun terakhir, maka dengan baik hati Zhen akan memberikan kematian yang layak dan tak menyakitkan untukmu. Untuk itu, kamu sudah seharusnya berterima kasih atas kebaikan yang Zhen berikan kepadamu ini….”.
Jiang Xia Yan langsung membeku setelah mendengar ucapan sang suami. Dia berusaha menatap intens lelaki yang ada dihadapannya itu, berusaha untuk mencari kebohongan atas ucapan yang dia berikan.
Namun, Jiang Xia Yan harus menelan kekecewaan yang sangat dalam waktu tak mendapati sedikitpun jejak kebohongan disana.
Suaminya itu ternyata benar – benar serius dengan apa yang baru saja diucapkannya. Lelaki itu ingin membunuhnya dengan mudah dan tanpa rasa sakit setelah semua pengorbanan dan rasa cinta yang diberikan kepadanya, seakan itu sudah menjadi hadiah bagi Jiang Xia Yan.
“ Kenapa ?....kenapa kamu melakukan ini kepadaku ?....”, ucap Jiang Xia Yan dengan perasaan sedih.
Tak menjawab apa yang Jiang Xia Yan tanyakan, lelaki yang sangat dicintainya tersebut justru maju dan mengeluarkan sebotol racun dari balik lengan bajunya dan memberikan kepadanya.
Jiang Xia Yan menatap botol kaca tersebut dengan tatapan tajam penuh kebencian. Kaisar Ming Shin yang melihat istrinya hanya terdiam tanpa bereaksi pun mulai berjalan mendekat.
Dengan tangan kekarnya, dia mencengkeram wajah Jiang Xia Ya dengan kasar dan menegadahkan wajah cantik tersebut keatas agar mulutnya terbuka.
Dengan tatapan dingin yang menusuk. Kaisar Ming Shin segera menuang cairan pekat berwarna gelap tersebut kedalam mulut istrinya.
Jiang Xia Yan tak memiliki tenaga yang cukup untuk memberontak karena sebelumnya dia sudah dilumpuhkan dengan membuatnya tak bisa bergerak lagi karena semua tulang tubuhnya telah patah.
Kaisar Ming Shin menutup mulut dan hidung istrinya untuk memastikan cairan racun tersebut tertelan masuk kedalam tenggorokan Jiang Xia Yan.
Dengan tatapan nyalang dan penuh kebencian, Jiang Xia Yan bersumpah dalam hati jika dia akan membalaskan dendam kepada semua orang yang telah menyakitinya selama ini, terutama kepada lelaki yang dulu sangat dicintainya yang ada dihadapannya sekarang.
Kaisar Ming Shin tersenyum dingin begitu melihat jika sang istri telah menelan racun yang diberikannya itu dan memastikan bahwa Jiang Xia Yan meninggal tanpa sedikitpun mengalami rasa sakit tepat didepan matanya.
Racun tersebut bereaksi dengan sangat cepat. Begitu tertelan masuk, tak lama kemudian kesadaran Jiang Xia Yan berangsur – angsur mulai menghilang dan mati dengan membawa dendam yang sangat dalam.