Leona Sarasmitha tiba-tiba terbangun di dunia asing dan merasuki tubuh seorang bangsawan yang tak memiliki sihir?
Leona Arathena Castallio, di kenal sebagai sampah karena tidak memiliki sihir dan diabaikan keluarganya.
Bagaimana kehidupan nya setelah di dunia aneh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Leona membuka matanya dan menatap sekelilingnya yang bewarna serba putih.
'Ini dimana?' Batinnya dalam hati.
"Selamat datang di dimensi milikku, Leona Arathena Castallio." Sapa suara laki-laki.
"Siapa kau?" Dia segera mencari asal suara itu. Saat menoleh ke belakang, matanya membelalak kaget.
Hagoromo Ootsutsuki!
'Tunggu dulu. Bukankah ini dunia fantasi? Kenapa ada dewa Shinobi yang kesasar kemari? Sebenarnya ini dunia apa?!' Leona membatin frustasi.
"Hohoho... Aku kemari atas perintah sang pencipta. Dia menyuruhku untuk memberikanmu chakra. Dia merasa bersalah karena tubuhmu tidak memiliki aliran mana yang membuatmu menderita." Jelasnya singkat seakan bisa membaca pikiran Leona.
Leona mengangguk mengerti. Tubuh ini memang tidak memiliki mana. Namun sepertinya pemilik tubuh sebelumnya memiliki stamina yang sangat kuat.
Hagoromo menjulurkan telapak tangannya dan menyentuh kepala Leona. Seketika Leona merasa tubuhnya ringan dan kuat, perasaan tenang menyelimuti hatinya.
Setelah dirasa cukup, Hagoromo menarik tangannya kembali. Dia memutuskan melatih Leona tentang dasar-dasar ninjutsu dan control chakra.
Leona atau jiwanya yang dulu bernama sama dengannya adalah penggila anime Naruto, jadi dengan cepat mengerti apa yang diajarkan oleh Hagoromo. Dalam waktu singkat dia telah berhasil menguasai control chakra. Dia bahkan dengan mudah berjalan di pohon ataupun di atas air, mempelajari berbagai macam Fuinjutsu, dan menguasai ninjutsu mulai dari rank D hingga rank S.
Leona juga berhasil memiliki kekkei genkai. Dan salah satu kekkei genkai miliknya adalah elemen kristal.
Dalam waktu enam bulan, dia telah memasteri Fuinjutsu dan ninjutsu. Hagoromo tersenyum puas lalu mengajaknya ke dimensi khusus untuk mengasah kemampuannya.
"Bagaimana jika pelayanku tidak menemukanku?" Tanyanya khawatir. Meskipun baru sehari menjalani kehidupannya di dunia antah berantah ini, dia merasa Jim tulus melayaninya.
"Jangan khawatir, lima tahun di dimensi ini sama dengan lima jam di duniamu." Jawab Hagoromo. Leona mengangguk dan segera mengikuti Hagoromo ke dalam dimensi buatannya.
Setelah lima tahun berlalu dan mengikuti berbagai jenis perang, Leona akhirnya berpisah dengan Hagoromo.
"Terimakasih, Sensei." Ucap Leona tulus. Ada kesedihan di hatinya karena berpisah dengan Hagoromo.
"Jangan bersedih, Leona. Takdir telah menunggumu. Ingat, jangan kau menggunakan kekuatanmu untuk hal-hal buruk. Bantulah orang-orang yang membutuhkan bantuanmu, jangan menindas orang yang lemah. Dan jangan menunjukan kekuatanmu pada sembarangan orang." Ucap Hagoromo menasehati.
"Baik, Sensei."
"Kalau begitu, sudah saatnya kau kembali." Seketika tubuh Hagoromo memudar dan menghilang.
Leona mengerjapkan matanya dan menatap sekeliling. Dia telah kembali ke kamar pemilik tubuh ini. Dia merasa seperti menjalani perjalanan panjang.
"Entahlah. Aku akan mencobanya nanti." Ucapnya malas.
💠💠💠💠
Leona sibuk menulis sesuatu di kertas jimat. Sepertinya dia membuat kertas peledak ala anime Naruto yang sering di tonton nya saat kehidupan dulu.
"Akhirnya selesai." Ucap Leona dan menatap kertas itu dengan puas.
"Dimana aku harus mencobanya?" Leona mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Paviliun ini akan hancur jika dia menempelkan kertas peledak buatannya disini dan itu akan membuat keributan. Lalu dia melirik ke luar paviliun dan melihat sebuah pohon yang letaknya cukup jauh dari sana.
Dia segera melompat ke jendela dan segera menuju ke sebuah pohon lalu menempelkan kertas peledak buatannya.
'Kita lihat, apakah ini berfungsi?' Gumamnya dalam hati lalu merapalkan segel tangan dan...
'BLAARR'
Sebuah ledakan tercipta dengan kuat hingga membuat Leona terlempar beberapa meter. Leona menatap pohon malang itu yang perlahan mulai miring dan tumbang.
Suara pohon tumbang menarik perhatian beberapa ksatria yang berada tak jauh dari sana. Mereka segera berbondong-bondong ke asal suara dan mendapati Leona terduduk sambil menatap pohon yang tumbang itu.
"Nona, Anda tidak apa-apa?" Tanya Jim sambil menghampiri Leona. Saat memasuki kamar Leona, dia melihat majikan nya melompat dari jendela dan segera menuju sebuah pohon sebelum terlempar beberapa meter akibat sebuah ledakan. Terlihat gadis itu mengalami lecet dan luka di beberapa tempat.
"Ahahaha... Percobaanku berhasil, Jim!" Bukannya menyahut, Leona malah memekik senang yang membuat Jim menepuk jidatnya. Dia segera berdiri sambil menepuk celananya yang sedikit kotor.
"Maaf Tuan ksatria. Saya hanya mencoba membuat sesuatu dan tidak sengaja membuat keributan." Ucap Leona sopan saat menyadari beberapa ksatria berkerumun tak jauh dari nya.
"Anda tidak apa-apa, Nona?" Tanya seorang ksatria laki-laki. Wajahnya cukup tampan meski usianya tak lagi muda. Dia adalah Arthur, pemimpin ksatria Castallio. Dalam ingatan Leona asli, Arthur adalah satu-satunya orang yang peduli dengan Leona asli meskipun dia sering bersikap tegas dengan tingkah Leona yang suka seenaknya.
"Saya baik-baik saja, Sir. Maaf telah mengganggu kalian." Ucap Leona sambil tersenyum ramah membuat beberapa laki-laki di sana merona.
"Kalau begitu saya undur dulu, Sir." Ucap Leona sambil menyeret Jim, meninggalkan para ksatria yang terbengong-bengong menatap kepergian mereka.
"Apakah dia Nona Leona yang dikabarkan tak memiliki sihir dan kejam itu?"
"Dia bahkan bersikap sopan pada kita."
"Mungkin rumor hanyalah rumor. Ayo kita lanjutkan latihan kita."
Arthur menatap kepergian Leona dengan seulas senyum tipis terpatri di wajahnya saat melihat perubahan Leona.
"Kau sudah berubah, Nona."
💠💠💠💠
Leona mengambil sebuah gunting dan memotong rambutnya dengan model emo panjang (Bayangin gaya rambut Uchiha Madara, namun rambut Leona ikal dan sepanjang pinggang).
Setelah melihat hasil cukurannya, dia tersenyum puas. Sekarang dia tidak lagi kesulitan menata rambutnya yang ikal panjang.
Dia segera membereskan rambutnya yang berserakan lalu kembali membuat beberapa formasi Fuinjutsu hingga suara ketukan kembali terdengar.
'Tok' 'Tok' 'Tok'
"Masuk!"
Seorang pria paruh baya berpakaian ala pelayan memasuki kamar Leona. Leona meliriknya sekilas. Dalam ingatan Leona, dia adalah kepala pelayan yang baik hati. Dia telah merawat Leona sejak kecil hingga sekarang.
"Paman Lucas. Ada apa?" Sapanya ramah.
"Saya yang rendahan ini tidak pantas di panggil seperti itu, Nona." Ujar Lucas sopan.
Leona memutar matanya malas. Di dunia ini orang-orang di hormati berdasarkan kekuatan dan kasta. Benar-benar merepotkan.
"Ada apa?" Tanya Leona sambil menyelesaikan formula Fuinjutsu nya.
"Anda di undang makan malam oleh tuan Duke, Nona." Ucap Lucas sopan. Dalam ingatan pemilik tubuh asli ini, sangat jarang Duke Castallio mengundangnya untuk makan malam.
"Antar aku kesana, Paman."
Lucas menghela nafasnya. Namun hatinya sedikit tersentuh karena Leona memanggilnya paman meskipun dia hanyalah seorang kepala pelayan. Sangat jarang bangsawan yang bersikap ramah pada pelayan maupun pekerja di kediaman mereka.
Leona segera merapikan gulungannya dan beranjak mendekati Lucas.
"Pimpin jalan."
Lucas segera berjalan mendahului Leona. Sepanjang perjalanan, matanya tak henti-hentinya menjelajahi keindahan kediaman Castallio.
Mereka tiba di ruang makan yang terlihat mewah dan elegan. Di sana terlihat seorang pria paruh baya berpakaian khas seorang Duke, wajahnya terlihat tampan meskipun usianya tak lagi muda dengan mata hijau dan rambut hitam. Dalam ingatan Leona, dia adalah Duke Calvian Ethan Castallio sekaligus ayah kandung pemilik tubuh ini. Di sebelahnya terlihat seorang pemuda berwajah lumayan tampan dengan mata merah dan rambut cokelat. Dia adalah Emillio Ethan Castallio sekaligus kakak dari pemilik tubuh ini.
Dan di sebelah nya terlihat seorang gadis cantik dengan rambut cokelat madu dengan mata hijau yang sebaya dengan dirinya, kira-kira berusia enam belas tahun. Tebakannya dia adalah gadis yang di bawa oleh Duke ke kediaman ini.
Leona menatap gadis itu dengan tatapan menilai. Terlihat gurat ketakutan dan mata berkaca-kaca. Leona memperhatikan seksama, ternyata dia diam-diam mencubit pahanya sendiri.
"Ku harap kau tidak membuat keributan kali ini, Leona." Ucap Duke dengan nada tak suka.
Leona mendengus. "Tidak akan."
Mereka mulai makan malam dengan tenang. Leona memakan makanannya dengan fikiran yang traveling entah kemana. Otaknya mulai di penuhi berbagai hal gila yang wajib di coba.
Dia telah menetap di tubuh ini selama seminggu. Dia merasa bosan berdiam diri di kamar dan ingin membuat sesuatu untuk di jual.
Sementara Duke Calvian dan Emillio diam-diam melirik Leona yang terlihat berfikir. Tidak seperti biasanya, dia yang selalu membuat keributan kini terlihat tenang, begitu pula dengan gadis berambut cokelat itu.
Leona telah selesai makan malam. Dia mengambil pisau pemotong daging dan meraba-raba teksturnya dengan pipi memerah membuat Jim yang berada di sana berdeham.
Setelah kepala nonanya terbentur, dia lebih sering memainkan benda tajam yang membuatnya ketar ketir.
"Nona, jangan bermain dengan pisau itu." Tegur Jim setengah membisik.
"Iya, aku tau, Jim." Balas Leona santai lalu meletakkannya kembali. Leona mengambil segelas air dan meminumnya sekali teguk. Dia benar-benar bosan dan lelah.
"Nona, ingat etiket kebangsawanan di meja makan." Lagi-lagi Jim menegur Leona yang tidak ada sopannya itu.
"Aku tau, Jim. Aku hanya bosan."
Calvian, Emillio dan seorang perempuan berambut cokelat itu menatap interaksi mereka sekilas dan kembali menyantap makanannya.
Duke Calvian telah selesai makan dan berbincang-bincang dengan mereka, lebih tepatnya dengan Emillio dan perempuan berambut cokelat itu yang bernama Iris Ethan Castallio. Mereka seakan lupa dengan keberadaan Leona.
Jim dan beberapa pelayan menatap Leona dengan prihatin. Sudah menjadi hal umum jika Leona sendiri sering diabaikan dan di banding-bandingkan karena tidak memiliki sihir.
"Saya sudah selesai, saya permisi." Ucap Leona dan segera berlalu begitu saja meninggalkan mereka yang sibuk bercengkrama.
Entah kenapa dadanya terasa sesak melihat pemandangan itu. Mungkinkah ini perasaan Leona yang asli?