"Apakah aku dapat memaafkan kesalahannya?"
Seorang wanita cantik bernama Alice, harus berurusan dengan seorang CEO MANGO Corporate, setelah ayahnya mendekam di dalam penjara, karena mobil yang dikendarainya menabrak seorang nenek lanjut usia, yang ternyata adalah nenek dari seorang CEO arogan dan sangat kaya raya di kota London yang bernama Raymond Weil.
Setelah Alice berhasil mengeluarkan ayahnya dari penjara, timbul niat Raymond untuk menikahi Alice, pernikahan yang bisa menjadi alat untuk mendapatkan 50% saham MANGO Corporate milik Nicholas Weil. Raymond sengaja memilih Alice, karena tidak ingin menikahi wanita yang dapat mengekangnya dengan sebuah ikatan pernikahan. Alice yang tak punya pilihan lain karena takut dengan ancaman Raymond pun menerima pinangan pria arogan itu, walau dengan terpaksa.
Pernikahan akhirnya berlangsung dan yang ditakuti Alice benar-benar menjadi kenyataan, perselingkuhan yang terjadi di depan mata kepalanya sendiri, mem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Pradita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Patricia Datang
Selamat membaca!
Raymond telah sampai di rumahnya yang super megah.
Mobil memasuki gerbang yang di bukakan oleh Chris, dengan membungkukkan tubuhnya Chris menyapa Raymond yang memasuki halaman rumah.
Setelah memarkirkan mobilnya sembarangan Raymond keluar dengan membanting pintu mobil tanda ia begitu kesal dengan apa yang menimpanya hari ini.
Raymond masuk ke dalam rumah dengan matanya yang merah. Langkahnya terhenti saat ia melihat di teras rumahnya, Patricia sudah terduduk menunggu kepulangannya.
Patricia Aquetta adalah model cantik yang berusia 27 tahun. Ia sudah berpacaran dengan Raymond selama 4 tahun, namun hubungannya yang sudah berlangsung lama, masih belum mendapat lampu hijau dari Neneknya Raymond yang sangat tidak setuju dengan Patricia. Penolakan itu membuat Nicolas Weil ikut tidak merestui hubungan Raymond dengan Patricia.
Patricia langsung berlari kecil menghampiri Raymond. Namun ia dibuat sedikit kaget melihat mata Raymond memerah seperti habis menangis.
"Kamu kenapa Ray?" tanya Patricia seraya mengaitkan tangannya di leher Raymond.
"Nenekku meninggal," jawab Raymond lirih namun masih terdengar arogan.
"Artinya sudah tidak ada lagi yang akan mengganggu hubungan kita," gumam Patricia dengan memicing senyum kecil di wajahnya.
Sekejap Patricia langsung merubah raut wajahnya menjadi begitu sedih, tanda ia ikut merasa kehilangan akan berita yang Raymond sampaikan.
"Kamu yang sabar ya sayang, masih ada aku yang tidak akan pernah meninggalkanmu," seloroh Patricia berusaha memenangkan hati Raymond.
Patricia berjinjit mendekatkan wajahnya, hingga kedua hidung mereka saling beradu. Saat bibir mereka saling memagut mesra, tiba-tiba suara yang keras terdengar mengacaukan keintiman mereka yang saat itu sudah menjadi tontonan Chris dari tempatnya berjaga.
"Patricia! Sudah jangan ganggu Raymond dulu, biarkan dia masuk, ada yang ingin aku bicarakan dengan Raymond," celutuk Nicholas mengganggu kemesraan Anaknya.
"Sudah, sebentar! Aku juga harus membicarakan masalah Nenekku, kamu tunggu saja di kamarku," ujar Raymond seraya menepikan tubuh Patricia agar jalannya terbuka untuk menyusul Ayahnya yang tadi memanggilnya.
Patricia merelakan Raymond yang pergi berlalu meninggalkannya, ia lalu masuk namun dengan arah yang berbeda dengan Raymond, untuk menuju kamar Raymond.
"Dasar tua bangka, selalu saja mengganggu waktuku saat sedang bersama Raymond," geram Patricia yang saat ini harus menahan gejolaknya.
Raymond sudah duduk di ruang keluarga bersama Nicholas Ayahnya.
"Aku sangat sedih dengan kematian Ibuku," tutur Nicholas terlihat wajahnya mulai merah padam, matanya terlihat sembab, namun air matanya tampak tertahan di depan Anaknya.
"Aku sudah memenjarakan orang itu yang sudah menabrak Nenek," geram Raymond mengingat kejadian itu.
"Bagaimana ceritanya bisa seperti itu?" tanya Nicholas penasaran dengan apa yang menimpa Ibunya.
"Aku tidak mendengar ceritanya, tapi kau tahulah Dad, namanya orang bersalah pasti selalu saja mengelak dari kesalahannya dengan mengarang cerita untuk membenarkannya," tutur Raymond kesal sambil mengepalkan tangannya, lalu menghentakannya ke tepi sofa yang ia duduki.
"Sudah biarkan hukum yang berjalan, sebaiknya kita mulai menerima kenyataan dan belajar mengikhlaskan," tutur Nicholas menasihati Raymond agar tidak menaruh dendam yang berlebihan, walau memang si penabrak salah, namun Nicholas tahu, tidak ada pengendara mobil yang dengan sengaja, menabrakkan kendaraannya kepada pejalan kaki.
Raymond tidak pernah menentang perintah Ayahnya, ia hanya bisa mengangguk tanpa menjawab apa yang Nicholas katakan.
"Kamu boleh ikhlas Ayah, tapi aku tidak akan melepas kehidupan keluarganya," gumam Raymond geram sambil memikirkan rencana yang tepat.
Melihat sorot mata yang begitu tajam dari mata Raymond. Nicholas dapat membaca jika Raymond seperti mempunyai rencana.
"Jangan sampai rencana yang kamu pikirkan, malah akan menyulitkanmu," ucap Nicholas menasihati Raymond.
Raymond terkekeh mendengarnya. Ia tak menyangka Ayahnya dapat membaca pikirannya. Raymond hanya dapat diam mencerna nasihat Ayahnya.
🍁🍁🍁
1 Minggu kemudian.
Sebuah rumah yang sederhana.
"Mom, sudah 1 Minggu, tidak ada Ayah suasana di rumah seperti terasa hampa ya," keluh Alice kepada Ibunya.
"Mommy juga merasa begitu, Ayahmu tidak ada setengah dunia Mommy gelap," ungkap Norin mengatakan yang sejujurnya sambil terus menatap fotonya dengan Benny Adrian Suaminya.
"Mom, jangan menangis. Ketika kamu lemah, aku bisa lebih rapuh, Mom," kata Alice sambil mengolesi rotinya dengan selai strawberry.
Norin menyeka air matanya, ia kembali menebar senyum untuk anak pertamanya, walau senyumnya itu tampak kurang merekah.
"Alice, Adikmu akan pulang besok dari Jerman, sementara ia akan cuti kuliahnya, dia akan bantu-bantu kamu di restoran, tolong buatlah dia agar mempunyai kesibukan dan jangan ceritakan Ayahmu saat ini masuk penjara karena Ainsley tidak tahu," tutur Norin panjang lebar menceritakan kepada Alice, agar Alice mengerti.
Dengan senyum Alice menjawab permintaan Norin, tanda ia sudah mengerti dengan apa yang Norin sampaikan.
Alice pun telah selesai menyantap sarapan paginya, ia lalu menghampiri Norin untuk mencium kedua pipi lalu kening Norin sebelum ia pergi ke restoran.
Sesampainya di restoran Alice langsung turun dan masuk ke dalam restorannya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00.
Alice segera mengganti papan yang bertuliskan close dengan open, tanda bahwa restoran sudah siap untuk menerima kunjungan.
3 jam kemudian.
Sudah 3 jam Alice menunggu tanpa ada satu pengunjung pun yang datang untuk berkunjung ke restorannya. Alice menjadi curiga karena sejak Adrian masuk penjara, keadaan restoran berubah drastis, dari segi pendapatan dan jumlah pengunjung begitu merosot penurunannya.
Alice terlihat sedih dengan apa yang sedang dihadapinya, namun ia tak dapat berbuat apa-apa saat ini. Alice hanya mampu menunggu sambil menyeka air mata yang sedikit menetes membasahi pipinya.
"Aku harus kuat, tidak boleh lemah. Saat ini Mommy mengandalkanku, jika aku lemah kepada siapa lagi, Mommy bergantung," gumam Alice yang mulai tersenyum kecil untuk mengusir kesedihannya.
Terlihat mobil mewah berhenti di depan restoran, namun agak sedikit maju ke depan.
Di dalam mobil terlihat Elliot duduk di kursi depan bersama Albert, sementara Raymond, duduk santai di kursi belakang sambil memicingkan senyumnya melihat restoran yang saat ini begitu sepi bahkan tidak ada satupun pengunjung yang datang.
"Tuan, kira-kira mau sampai kapan kita melakukan ini?" tanya Elliot yang sangat hati-hati bertanya takut menyinggung Raymond.
Mendengar pertanyaan Elliot, Raymond langsung menghentakkan tangannya ke arah pintu mobil dengan kesal.
"Pertanyaan macam apa itu Elliot?" bentak Raymond yang memekakkan telinga Albert dan Elliot, membuat Albert langsung teringat saat ia harus berjalan kaki sejauh 8 km, Albert hanya terdiam menatap wajah Elliot yang kini sudah terlihat pucat.
"Maaf Tuan, jika Tuan tidak berkenan menjawabnya, Tuan tidak perlu menjawabnya, sekali lagi saya minta maaf," ucap Elliot dengan suara pelan, sambil membungkukkan tubuh dan menundukkan kepalanya serta meletakkan tangannya di dada sebagai bentuk rasa hormatnya kepada Raymond.
Raymond hanya terdiam tak menjawab pertanyaan Elliot, ia masih terus menatap ke arah restoran Adrian.
"Kalian pasti hanya bisa bertahan selama 1 bulan, setelah itu kalian pasti akan mengalami krisis," ucap Raymond terkekeh merayakan kemenangannya.
Setelah puas menyaksikan semua rencananya berhasil, ia memberi perintah kepada Albert untuk melajukan mobilnya.
Mobil pun berlalu dengan cepat, membelah jalanan London yang terlihat sangat renggang kala itu.
🍁🍁🍁
Bersambung✍️
Beri dukungan kalian terus ya, dengan like dan komentar kalian. Terima kasih ikuti terus kelanjutannya ya. 🤗😘😊
PEBINOR terlalu diperlakukan lembut oleh para novelis
ingat thor novel adalah cerminan pola pikirmu, jadi jika didalam novel mu saja kau begitu lembut memperlakukan para PEBINOR berarti karaktermu begitu
jadi simple jika wanita ingin suaminya tegas pada wanita lain makan sebagai wanita juga tegas pada pria lain, simple kan
dan satu lagi disini kelihatan sekali kelicikan PEBINOR dan penghianat persaudaraan richard, dia berkali2 melakukan trik licik dan menjijikan untuk mendapat simPATI alice labil, dia sok pahlawan, pura2 hanya anggap adik, sok baik, dibalik semua itu ada kelicikan untuk mendapat simPATI dan merebut istri saudaranya
sadar wanita karena PEBINOR lebih licik dari pada pelakor, jangan jadi wanita jablay yang kebaperan dengan kebaikan pria lain