Cinta memang tak memandang logika. Cinta tak memandang status. Suami yang ku cintai selama ini, tega menikah dengan wanita lain di belakang ku.
"Maafkan aku Ris! Tapi aku mencintainya. Dan sebenarnya, selama ini aku tak pernah mencintai kamu!"
"Jika memang kamu mencintai dia, maka aku akan ikhlas, Mas. Aku berharap, jika suatu saat hatimu sudah bisa mencintaiku. Maka aku harap, waktu itu tidak terlambat."
Risma harus menerima kenyataan pahit dalam rumah tangganya, saat mengetahui jika suaminya mencintai wanita lain, dan ternyata dia tak pernah ada di hati Pandu, Suaminya.
Akankah Pandu bisa mencintai Risma?
Dan apakah saat cinta itu tumbuh, Risma akan bisa menerima Pandu kembali? Dan hal besar apa yang selama ini Risma sembunyikan dari semua orang, termasuk Pandu?
Simak yuk kisahnya hanya di Novel ini.
JANGAN LUPA TEKAN FAV, LIKE, KOMEN DAN VOTENYA... KARENA ITU SANGAT BERHARGA BUAT AUTHOR🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menyatunya dua hati
"Soal hati." balasnya tanpa ragu, dan seketika tangannya menyambar jari jariku untuk digenggamnya erat, tanpa sadar akupun mengikuti langkahnya menjauh untuk mencari tempat duduk jauh dari teman teman. Kami menikmati malam di bawah temaram lampu taman di ujung restoran, duduk berdua di tempat yang hanya kita berdua yang ada. " Sebentar, aku mau pesan minum, kamu mau apa? kopi?" tawarnya lembut dan aku hanya bisa mengangguk dengan dada yang terus berdegup kencang. 'Cintaku sedang ada di hadapanku, haruskah aku melepasnya lagi?'
Pandu kembali menghampiriku dengan senyuman yang memabukkan di mata ini. Rasanya ingin sekali waktu berhenti saat ini juga, saat aku sedang berdampingan dengannya.
"Ra, kok ngelamun?" tiba tiba pandu sudah duduk di sampingku, hampir tak ada sekat diantara kami, hembusan nafasnya menerpa hangat di wajah ini. Terbuai dengan pesonanya, hingga tanpa sadar mata ini terpejam, menikmati indah dalam hangatnya setiap hembusan nafas yang tercinta. Lembut dan manis, entah sejak kapan, bibir tipisnya sudah menyapu hangat di bibir ini, dan gilanya, bukan menolak justru aku sangat menikmatinya.
"Aku mencintaimu Clara, aku sangat merindukanmu." tanpa ku duga Pandu mengungkapan perasaannya terhadapku, ungkapan cinta dan rindu yang membara. Mencoba menyelami di kedua bola matanya yang sayu, aku menemukan kejujuran rasanya disana. Ya Tuhan, apakah aku akan benar menjadi seorang pelakor di dalam rumah tangganya. Tapi aku juga tak bisa untuk menolak pesonanya, aku benar benar sangat menginginkan laki laki ini. Apa yang harus aku lakukan? .
"Clara, aku merindukanmu." ulangnya kembali. Akupun hanya bisa terpaku menatapnya tanpa kedip. Masih tak percaya, jika dia juga menyimpan perasaan yang sama.
"Bagaimana dengan istrimu?" hanya itu kata yang bisa terucap dari bibirku yang tiba-tiba Kelu dengan sikapnya yang tak pernah kuduga sebelumnya.
"Kamu siap jadi yang kedua?" balasnya tenang dengan senyum yang masih nampak indah di mataku, aku sudah benar benar gila dibuatnya.
"yang kedua? maksudmu kita akan menikah sembunyi sembunyi, apakah seperti itu?"
"Iya, maaf jika aku mencintaimu dengan cara seperti ini. Aku sudah mencari mu selama ini, tapi tidak ada yang tau kamu tinggal dimana, setelah kelulusan kita waktu itu. Akhirnya aku menikah dengan perempuan pilihan ibuku."Aku terpaku dengan apa yang Pandu ungkapkan, dia mencari ku, apakah sudah sejak dulu dia punya rasa yang sama seperti apa yang aku rasakan. Ya Tuhan, seandainya aku tau, aku tidak akan pergi untuk menjauh, agar hatiku tidak merasakan perih setiap kali melihat dia dengan wanita lain.
"Mungkin, di matamu aku laki-laki brengsek, yang sering bergonta ganti wanita. Kalau boleh jujur, aku hanya iseng dengan mereka, berharap kamu memperlihatkan rasa cemburu dan bahkan protes dengan tingkahku, tapi justru kamu menghilang begitu saja. Soni menghajar ku waktu itu, katanya kamu sering menangis hanya karena aku kencan dengan perempuan lain. Maafkan aku Ra." sambung Pandu panjang lebar, mengatakan sejujurnya tentang apa yang dia rasakan padaku. Seperti mimpi, sulit di percaya. Cinta bersambut disaat dia sudah menikah dengan wanita lain. Haruskah aku egois, memilih hatiku dan mengabaikan hati istrinya.
"Kenapa kejujuran mu sangat terlambat ndu? aku kecewa. Bahkan aku hampir gila karena patah hati olehmu." sahutku kesal dan tangan ini memukul dadanya yang bidang, Pandu hanya tersenyum dan merengkuhku dalam pelukannya. Hangat dan begitu menenangkan. Begini kah rasanya, berada dalam dekapan orang yang kita cintai. Aku sudah benar benar kehilangan akal, cintaku pada Pandu sudah membuatku hilang kendali.
"Kita menikah, aku tidak ingin lagi kehilanganmu Ra." ucap pandu lirih.
"Menikah? bagaimana kalau istrimu tidak terima dan kamu bukankah seorang...." tangan pandu menutup mulut ini untuk tidak meneruskan bicara. "Kita menikah secara siri, tapi dengan ijin keluargaku, aku akan pulang seminggu sekali. Karena saat ini aku sedang dinas di kota gadis. Kamu tidak keberatan kan? Aku sangat mencintaimu Clara."
"Apa kamu yakin Pandu, apakah sudah kamu pikirkan resikonya dari keputusanmu ini? Aku tidak mau nanti kamu terkena masalah." jawabku sendu, meskipun hati melonjak bahagia, karena laki laki yang selama ini ku jaga cintanya juga punya rasa yang sama. Kami saling mencintai dalam diam.
"Sangat yakin, besok aku akan menemui keluargamu dengan orang tuaku, siapkan dirimu. Aku akan langsung memintamu untuk menjadi istriku. Carilah rumah yang menurutmu nyaman dan aman, aku akan membelikannya sebagai mas kawin pernikahan kita." menatap lekat manik mata indah laki laki pujaan hatiku, begitu romantis dan lembutnya dia memperlakukanku. Maafkan aku mbak, siapapun kamu, tolong maafkan aku, aku sangat mencintai suamimu yang juga akan menjadi suamiku. Biarlah aku egois, karena aku tidak sanggup lagi jika harus jauh darinya, semua itu sangat menyiksaku.
Kembali bibir indahnya menyapu bibirku dengan lembut, kami terbuai dengan perasaan cinta yang selama ini hanya bisa tersimpan, saling memagut dalam temaram lampu taman. Rasanya ingin melakukan lebih tapi akal ini masih berfungsi dengan sehat, sebentar lagi semua akan menjadi halal, aku harus bisa menahan diri untuk tidak terbuai dalam deru nafsu yang membara.
"Pandu, aku tidak sanggup. Tolong hentikan." lirihku dalam dekapannya.
"kita akan melakukan, jika kamu menginginkannya, sekarang." tatapnya mulai sayu, nafsu sudah menguasai kami.
"jangan, aku takut." jawabku ragu, karena hati sangat menginginkannya.
"Baiklah, besok kita akan menikah, dan kita akan melakukan sepuasnya." aku tertunduk, berusaha menormalkan detak jantung yang sudah tidak beraturan. "Trimakasih." sahutku lirih dan lagi lagi Pandu mendaratkan bibirnya memagut lembut bibir ini. Entahlah aku sangat menikmatinya bahkan tak ingin berhenti.
"Aku akan mengantarmu pulang Ra." Pandu melepaskan ciumannya, dan menatapku penuh rindu. "aku takut tak bisa menahan diri kalau terus berdekatan denganmu begini." sambungnya yang diiringi senyuman jahilnya.
"Aku naik montor tadi, gimana dengan montorku kalau kamu mengantarkan aku pulang."
"yasudah, aku akan mengawal kamu dari belakang, memastikan calon istriku pulang dengan selamat."
" Baiklah." rasanya hati ini sangat bahagia, sebentar lagi aku akan menjadi istri pria yang selama ini ku agungkan dalam setiap doaku, meskipun harus menjadi istri kedua. Mungkin inilah takdir cintaku, harus mencintai dengan cara yang berbeda. Semoga hubungan kami baik baik saja, meskipun aku tau, cara kami tidak baik baik saja untuk istrinya. Maafkan aku mbak, cintaku terlalu besar pada suamimu.