NovelToon NovelToon
Keterikatan Cinta

Keterikatan Cinta

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Romansa-Solidifikasi tingkat sosial / Romansa
Popularitas:837.9k
Nilai: 5
Nama Author: Neen@

Kamisha Naeswari seorang gadis dari Jogja yang sudah lama merantau di Bandung. Setelah selesai kuliah ia bekerja di sebuah EO dan memiliki toko kue yang kecil.

Dalam waktu satu hari hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat karena pengkhianatan kekasih yang sudah dua tahun menjalin hubungan. Setelah itu ia harus merawat seorang bayi yang bukan darah dagingnya di usia yang masih muda.

Takdir memang selalu punya cara yang tak terduga agar selalu tampak mengejutkan. Semula ingin berkelana ke utara tapi malah terbang ke selatan bahkan berpindah dengan sukarela.

Banyak hal yang harus dikorbankan Kamisha termasuk hidupnya, kebebasannya, tapi akan indah pada waktunya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neen@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertanggung Jawab

Malam yang dingin menusuk sampai ke tulang mengiringi kepergian Kamisha ke Jogja. Kesedihan yang begitu mendalam tentang sebuah pengkhianatan ia kubur dalam - dalam. Kenangan - kenangan kebersamaan mereka masih membekas dalam ingatan Kamisha. Tidak dapat dipungkiri dulu Rama selalu memberikan support atas apa yang dia lakukan.

Rama meminta sesuatu yang ia tidak bisa berikan. Memang terkesan kuno tapi hal itu yang selalu ia pertahankan sampai sekarang yaitu kehormatan. Ternyata Rama bukanlah tipikal pria yang bisa menjaga itu semua sampai mereka sah di hadapan tuhan.

Lagu Tentang Rindu dari Virzha menemani perjalanannya menuju Jogja. Sambil membenahi jaket yang ia kenakan, Kamisha berusaha memejamkan mata, tubuh dan pikirannya sangat lelah. Ia masih harus menempuh perjalanan tujuh jam untuk sampai di kampung halamannya.

Pukul lima pagi Kamisha sampai diterminal. Dengan menggunakan ojek ia pulang ke kampung halamannya. Ternyata Jogja beberapa tahun ini sudah mengalami banyak perubahan. Jogja sekarang lebih ramai. Tidak memakan waktu yang lama akhirnya Kamisha sampai di rumah dimana ia dari kecil hingga remaja menjadi naungannya. Sampai hadirnya seorang wanita yang memporak porandakan hidupnya. Entah kenapa luka hati yang ia bawa ke Bandung belum sembuh sampai sekarang. Seharusnya ia sudah bisa menerima kenyataan dan melupakan masa lalu.

"Ini pak uangnya."

"Nggih mbak, maturnuwun (terima kasih)."

Kamisha melangkahkan kakinya dengan berat masuk hingga sampai depan pintu. Belum sampai mengetuk pintu ia di sambut oleh mbok Sri pembantu di rumahnya.

"Ealah ada mbak Kamisha."

"Mbok Sri," gumam Kamisha lirih

"Monggo mbak, ayo masuk dulu."

Mbok Sri membawakan koper milik Kamisha masuk ke dalam rumah. Kondisi rumah masih sama seperti dulu sebelum ia tinggalkan. Yang berubah adalah situasinya. Rumah yang dibangun bapak dan ibunya itu terbuat dari kayu jati. Sangat sederhana tapi terasa hangat di dalamnya. Banyak foto - foto masa kecil mereka yang dulu terpasang, tapi sekarang itu sudah tidak ada.

"Kamisha."

"Bapak," Kamisha menghampiri pak Amir dan mencium tangannya. Pak Amir segera memeluk putri bungsunya itu. "Bapak sehat?" tanya Kamisha.

"Alhamdulillah sehat," pak Amir tersenyum. Matanya tampak berkaca - kaca memandangi wajah Kamisha. "Kamu tambah cantik, nduk. Tambah putih."

"Di Bandung udaranya dingin pak jadi jarang kena panas."

"Ayo masuk ke kamarmu, istirahatlah dulu kamu pasti capek, setelah itu baru kita berbincang - bincang."

pak Amir dan Kamisha masuk ke dalam menuju kamar Kamisha. Pria berusia lebih dari enam puluh tahun itu tampak berusaha kuat. Rambutnya yang sudah memutih, matanya yang cekung dan tubuhnya yang lebih kurus.

"Oh sudah pulang kamu?"

"Bulik," gumam Kamisha

"Yang sopan kamu, aku ini sekarang ibumu!"

Kamisha hanya diam. Ia akan tetap memanggilnya bulik karena bukan ibu kandungnya. Ini yang membuatnya malas pulang.

"Lihat itu! anak - anakmu tidak ada yang sopan sama sekali."

"Sabar Yanti, mungkin Misha masih capek. Bandung Jogja bukan jarak yang dekat."

"Itu bukan karena capek pak, tapi memang aku tidak bisa memanggilnya ibu karena dia bukan ibuku. Aku rasa bulik adalah panggilan yang pantas untuknya," Kamisha emosi mendengar perkataan Yanti ibu tirinya.

Masih hangat dalam ingatannya bagaimana wanita itu telah merebut bapaknya hingga membuat ibunya sakit dan akhirnya meninggal.

"Dasar anak kurang ajar!" teriak Yanti.

Oek... oek... oek... suara tangisan bayi menghentikan pertengkaran mereka.

"Lihat itu, gara - gara kamu anak haram itu bangun. Aku capek mengurusnya.."

Anak haram? siapa yang dimaksud batin Kamisha.

Yanti masuk ke dalam kamar dan keluar lagi sambil menggendong seorang bayi laki - laki.

Anak siapa itu? tidak mungkin itu anak bapak pikir Kamisha.

"Yanti kamu harus sabar, keluarga kita baru kena musibah."

"Musibah itu dari anakmu dan itu bukan urusanku."

"Bayi siapa itu pak? kenapa bulik menyebutnya anak haram?"

"Itu anak Kyara, cucunya mbak yu mu.."

"Kyara punya anak?! kapan menikahnya pak?"

"Dia tidak menikah! dasar anak nakal!" sela Yanti. "Kami sudah mau menampungnya tapi justru ia mencoreng nama baik bapakmu!"

Pak Amir hanya menunduk saja.

"Pak, jawab pertanyaanku. Kapan Kyara menikah? bukankah ia masih sekolah."

"Maafkan bapakmu ini Misha, bapak gagal mendidik anak - anak bapak," airmata Amir mulai jatuh. "Kyara hamil di luar nikah."

"Dengan siapa pak?"

"Aku kurang tahu, katanya keponakan dari pak Wijaya yang tinggal di Jakarta. Kyara jatuh cinta padanya hingga akhirnya hamil, tapi pria itu pergi dan tidak mau tanggung jawab." pak Amir menarik napas panjang, suaranya bergetar ketika menceritakan itu semua dan Kamisha tahu betapa berat beban yang di tanggung oleh bapaknya itu. Apa lagi gunjingan tetangga mengingat mereka tinggal di kampung. Ia merasa iba.

"Mbak Ayu bagaimana pak? dan sekarang Kyara dimana?"

"Mbak yu mu saat itu sempat stres tapi akhirnya menerima semuanya dengan iklas. Gunjingan para tetangga ia anggap angin lalu, tapi setelah melahirkan, Kyara pergi dari rumah meninggalkan bayinya tanpa pesan apa - apa."

"Pergi? pergi kemana pak?"

"Bapak juga tidak tahu, katanya mau mencari pria itu di Jakarta."

"Kenapa mbak Ayu tidak mencarinya?"

"Ayu sudah ingin mencarinya tapi seperti yang kamu lihat ia malah masuk penjara."

Kamisha terdiam mendengar cerita bapaknya. Terdapat penyesalan yang mendalam di hatinya, seandainya dulu ia mengesampingkan egonya untuk tidak pergi meninggalkan rumah tentu tidak seperti ini ceritanya.

"Anak - anakmu itu nggak ada yang bener, menyesal aku menikah denganmu."

"Kalau menyesal kenapa bulik tidak menceraikan bapak?!" Kamisha meninggikan nada bicaranya

"Tanya saja bapakmu? apa dia mau meninggalkanku? mau menceraikanku?"

pak Amir hanya menunduk saja. Kamisha yang melihat merasa kasihan dan tidak ingin memperpanjang masalah ini.

"Mbak Ayu terkena masalah apa pak?"

"Penipuan jual beli tanah. Yang bersangkutan tidak mau berdamai jadi membawa masalah ini ke jalur hukum."

"Aku tidak bisa bayar pengacara buat membelanya jadi hanya bisa pasrah saja."

"Besok aku akan ke kantor polisi. Kapan sidangnya pak?"

"Katanya satu minggu lagi, karena sudah ada saksi, bukti dan Ayu juga tidak ada pembelaan apa - apa."

"Mungkin aku tidak bisa mendampingi mbak Ayu ketika sidang pak, karena pekerjaanku di Bandung yang tidak bisa di tinggalkan. Apalagi sekarang cari kerjaan juga sulit."

"Bapak tahu kehidupanmu di Bandung, kau tidak perlu mengikuti persidangan mbakyu mu. Sebenarnya bapak mau minta tolong, kamu istirahat saja dulu. Kita lanjutkan setelah kamu selesai istirahat."

"Sudah bicara terus terang saja, kan cuma dia saja yang tidak pernah perhatian pada kesusahan kita... boro - boro kirim uang, telepon saja tidak pernah."

"Minta tolong apa pak?" tanya Kamisha tanpa menghiraukan ucapan ibu tirinya itu.

"Bapak... bapak ingin kamu merawat bayinya Kyara."

"Aku pak? merawat bayi? tapi aku belum menikah pak, tidak punya pengalaman merawat bayi sebelumnya dan juga aku kerja pak. Siapa yang akan menjaganya." Kamisha diam sejenak kemudian melanjutkan perkataannya.

"Aku tidak bisa pak, bagaimana dengan mbak Rini di Medan?"

"Rini di Medan hidupnya pas - pasan, suaminya kan cuma buruh."

"Jadi bapak mengorbankan aku, mengorbankan kebebasanku untuk merawat bayi ini. Merawat anak itu tidak gampang pak."

"Lihat itu, aku sudah bisa menebak jawabannya pasti akan seperti itu jawabannya. Dasar anak durhaka!"

"Tolonglah bapakmu ini nduk, sekali ini saja. Bapak sudah tua pasti tidak akan sanggup merawat bayi ini." desak Amir.

"Sudah tidak usah memaksanya, kita titipkan bayi ini di panti asuhan. Anggap saja orang tuanya sudah mati."

Kamisha masih terdiam. Ia melihat bayi laki - laki itu yang saat ini sendirian tanpa orang tua. Nasibnya hampir sama dengannya yaitu sendirian karena ditinggalkan.

"Baiklah aku akan merawatnya, pak. Aku akan membawanya ke Bandung, tapi dengan satu syarat."

"Apa itu nduk?"

"Mbok Sri ikut aku ke Bandung. Kalau aku kerja siapa yang akan menemani bayi ini."

"Eeehh jangan seenaknya, ya. Siapa nanti yang akan merawat bapakmu?"

"Bukankah ada bulik. Bulik itu sekarang istri bapak, seharusnya bulik yang merawat bapak."

"Sudah... sudah jangan berdebat lagi! Misha mau merawat bayinya Kyara saja aku sudah senang," jawab pak Amir. "Baiklah nduk jika itu maumu, bawa saja Sri ke Bandung."

"Baiklah pak, besok aku akan kembali ke Bandung. Nanti siang aku akan menjenguk mbak Ayu di penjara."

"Nih, karena sekarang kamu yang mengurusnya," Yanti menyerahkan bayi itu pada Kamisha.

Begitu dalam gendongan Kamisha bayi itu sangat tenang dan tidak rewel seperti tadi. Mungkin persamaan nasib bahwa sama - sama ditinggalkan sendiri oleh orang yang di cintai. Seperti ada suatu keterikatan antara dia dan bayi itu. Kamisha tersenyum menatap bayi tampan itu.

Kita akan hidup bersama dan saling menguatkan. Aku akan memanggilmu Axel yang artinya kedamaian batin Kamisha. Aku akan menjagamu sepenuh jiwaku Axel anakku.

🍁🍁🍁🍁

"Mau bertemu siapa mbak?"

"Ibu Ayu Nandini."

"Sebentar, silahkan isi nama, alamat, nomor telepon dan hubungan ibu dengan tahanan."

Kamisha segera menulis datanya sesuai permintaan penjaga pos polisi. Setelah selesai ia mengikuti petugas untuk bertemu dengan kakaknya.

"Kamisha, kamu datang."

"Ya mbak. Bagaimana kabarnya?"

"Aku baik - baik saja di sini, kamu tambah cantik Sha."

Kamisha memandang kakaknya yang tampak letih dengan tatapan mata yang sayu membuatnya yakin bahwa banyak sekali beban yang ia rasakan.

"Terima kasih mbak. Kapan sidangnya di mulai?"

"Satu minggu lagi. Oya kamu sudah pulang ke rumah."

"Sudah, dan besuk aku sudah pulang," Kamisha diam. "Mbak, anak Kyara besuk aku bawa juga ke Bandung."

"Jadi bapak sudah menceritakan semuanya padamu?"

"Sudah mbak."

"Maafkan mbak mu ini Sha, selalu merepotkanmu. Aku tidak tahu lagi harus meminta bantuan siapa lagi, daripada cucuku harus ditaruh ke panti asuhan."

"Tidak apa - apa mbak aku juga tidak tega setelah melihat kondisi Axel dari kecil sudah ditinggalkan."

"Siapa Axel?"

Kamisha tersenyum. "Cucu mbak Ayu aku beri nama Axel boleh, kan?"

"Terserah kamu Sha, kamu sudah mau merawatnya saja mbak sudah bersyukur."

"Mbak sudah dengar kabar tentang Kyara?"

"Belum, entahlah bagaimana kabar anakku. Aku sudah gagal menjadi orang tua Sha, oleh sebab itu aku merasa lebih tenang jika cucuku ikut denganmu."

"Mbak, aku pamit dulu. Aku perlu membeli beberapa barang untuk Axel sebelum aku bawa ke Bandung."

"Iya terima kasih banyak Sha."

Kamisha memberi sedikit uang untuk Ayu di penjara nanti. Setelah itu pergi meninggalkan kantor polisi.

Sebelum pulang ke rumah Kamisha mampir ke pusat perbelanjaan. Ia membeli beberapa barang untuk Axel. Baju, selimut, susu, pampers dan keperluan bayi yang lain.

"Misha! Kamisha kan?" panggil seorang pria. "Masih ingat aku?"

"Hmm," Kamisha mencoba mengingat - ingat. "Oh Agung kan, anaknya pak lurah."

"Iya.. iya betul. Sudah lama pulang ke Jogja?"

"Baru tadi pagi sampai, besok aku sudah pulang lagi."

"Loh cuma sebentar?"

"Iya nggak enak ijin terlalu lama. Bisa - bisa aku dipecat nanti," jelas Kamisha sambil tersenyum

"Kamu sudah menikah Sha?"

"Belum, kamu sendiri?"

Agung hanya diam dan memperhatikan Kamisha dengan tatapan aneh. "Aku bulan depan?"

"Oya, wah selamat ya."

"Kamu belum nikah tapi sudah punya anak Sha?"

"Oh iya tidak apa - apa kan di jaman sekarang," jawab Kamisha enteng.

"Beruntung dulu aku tidak jadi menyatakan perasaanku padamu."

"Apa hubungannya dengan aku punya anak?"

"Ada, karena sekarang aku tahu kamu bukan wanita baik - baik. Punya anak tapi tidak punya suami."

"Gung kamu dolannya kurang jauh. Jadi selalu berpikiran sempit kayak begini, orang bisa saja punya anak walau belum menikah. Adopsi mungkin."

"Oh.. iya.. iya.." ucap Agung sambil tersenyum malu, ia menyadari kebodohannya.

"Sekarang aku justru berterima kasih padamu, karena dulu mengurungkan niatmu untuk menyatakan perasaanmu padaku."

"Maksudmu?"

"Yah, aku tidak perlu buang - buang tenaga untuk menolakmu," Kamisha tersenyum memandang Agung yang tampak sedikit emosi. "Aku pergi dulu ya, anakku sudah menunggu."

Kamisha segera menuju kasir untuk melakukan pembayaran dan kembali ke rumah.

Di rumah Yanti sudah menunggu dengan tidak sabar.

"Kemana saja sih kamu? bayimu nangis terus."

"Axel bulik, namanya Axel. Dia menangis terus karena bulik tidak iklas menggendongnya. Bayi itu peka perasaannya." setelah membasuh tangan dan kakinya. Kamisha segera berganti baju dan mengambil Axel dari gendongan Yanti.

Ternyata setelah dalam gendongan Kamisha, Axel tampak tenang. Kamisha menuju ke dapur menemui mbok Sri.

"Mbok, bapak sudah ngendikan (bicara) sama mbok Sri?"

"Sampun (sudah) mbak, soal saya ikut ke Bandung kan?"

"Mbok Sri sudah berkemas?"

"Sampun mbak, pakaian yang saya bawa cuma sedikit."

"Ya sudah, besok pagi kita berangkat subuh ya mbok, biar nanti sampai di Bandung siang hari."

"Nggih (ya) mbak."

"Hmm mbok aku mau tanya."

"Soal nopo (apa) mbak?"

"Soal orang yang menghamili Kyara?"

"Sssttt... jangan keras - keras mbak, nanti kalau bapak dengar saya bisa kena marah."

"Maksudnya gimana sih mbok, saya nggak mengerti?"

Mbok Sri menarik tangan Kamisha untuk bicara di luar. "Jadi gini mbak, bapak itu pernah menemui pria yang menghamili mbak Kyara bahkan meminta pertanggung jawaban, tapi keluarga pak Wijaya kan keluarga paling kaya di sini, mereka malah menghajar bapak."

"Bapak di hajar mbok?"

"Iya mbak, mungkin karena membuat keributan di sana. Bapak ngamuk dan memecahkan barang - barang di rumah pak wijaya. Tapi ternyata pria itu juga sudah tidak ada di sana, katanya kuliah ke luar negeri."

"Heh orang kaya memang terkadang bertindak semena - mena."

"Iya mbak, makanya itu bapak berpesan agar anak - anaknya tidak tahu kalau ia sampai di hajar."

"Ya sudah mbok, terima kasih ceritanya. Sepertinya percuma juga kalau sekarang aku datang ke rumah pak Wijaya. Pria pengecut itu lari dari tanggung jawab. Bersyukur Axel tidak di rawat oleh orang seperti itu."

"Jangan mbak, nanti kalau terjadi apa - apa saya yang kena marah."

"Kalau begitu aku masuk dulu ya mbok. Axel sudah tidur."

"Ya mbak."

Kamisha masuk ke dalam, ia meletakkan Axel di tempat tidur miliknya. Rencananya ia akan membeli box bayi kalau sudah sampai di Bandung.

Kamisha rebahan di sebelah Axel. Sepertinya aku harus bekerja lebih keras lagi untukmu. Awalnya aku takut jika tidak sanggup merawatmu, tapi sekarang aku menerima kehadiranmu. Aku yakin ini sudah seperti takdir yang tertulis di dalam perjalanan hidupku batin Kamisha. Ia tertidur di samping Axel karena besok mereka akan berangkat ke Bandung. Meninggalkan Jogja yang penuh dengan kenangan itu.

🍁🍁🍁🍁

1
Anonymous
i
yang ramli
Luar biasa
Jana
mau launching Xander junior inih
Jana
/Facepalm//Facepalm/
Jana
gimana rasanya klepon isi keju mozzarella 😁😁
Ratu Yuliana
Luar biasa
Jana
jangan jd playboy ya Axel 😂😁
Allenn
Matteo
Allenn
Bali
Allenn
Xander
Allenn
Misha
Nurul Siti Aisyah: kak kenapa setiap baca satu episode selalu iklan aja?
total 1 replies
sri Hartati_
mana rumah mu mb misha TK susul. Kulo saking sragen hehe
Aik Unique
Luar biasa
Sri Widjiastuti
duhh kok bisa sihh
Sri Widjiastuti
😁😁
Sri Widjiastuti
heleh2
Sri Widjiastuti
heleh2.... misha2 mosok g paham??
Sri Widjiastuti
tuh kan bikin susah sendiri
Sri Widjiastuti
hadeeh g mikir sdh dibantu heny... gimana nasib heny? pdhal kyara, heni, tina bertengkar didepan mata misha tuh
Sri Widjiastuti
duh gila ini mama, dikasih obat ya??
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!