NovelToon NovelToon
LUKA YANG KEMBALI

LUKA YANG KEMBALI

Status: tamat
Genre:Teen Angst / CEO / Action / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Tamat
Popularitas:112
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

SINOPSIS
Laura Christina telah menyimpan perasaan pada Julian Mahardika sejak mereka kuliah—sepuluh tahun yang terasa seperti selamanya. Julian, pria yang membangun tembok tinggi di sekitar hatinya setelah tragedi masa lalu, tidak pernah menyadari cinta diam-diam Laura. Ketika kehidupan membawa mereka kembali bersama dalam proyek berbahaya yang melibatkan konspirasi, pengkhianatan, dan ancaman maut, Laura harus memilih: tetap bersembunyi di balik senyumnya atau mengambil risiko kehilangan segalanya—termasuk nyawanya—untuk pria yang bahkan tidak tahu dia ada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 1: SEPULUH TAHUN YANG TERSIMPAN

#

Hujan gerimis membasahi kaca jendela ballroom Hotel Grand Mahkota malam itu. Laura Christina berdiri di dekat jendela besar, gelas wine di tangannya nyaris tak tersentuh. Musik latar mengalun pelan, tertutup oleh riuh tawa para alumni Universitas Tarumanegara angkatan 2015 yang memenuhi ruangan.

Sepuluh tahun. Satu dekade penuh sejak mereka semua lulus.

Laura mengenakan dress navy sederhana, rambutnya disanggul rapi—profesional seperti biasa. Di sekelilingnya, teman-teman lamanya sibuk bertukar cerita tentang karir, pernikahan, anak-anak. Tapi Laura tidak benar-benar mendengarkan.

Matanya terus mencuri pandang ke arah pintu masuk.

"Kamu yakin dia datang?" bisik Nia Isabelle, sahabatnya sejak semester pertama kuliah. Wanita berambut pendek itu muncul di sampingnya dengan dua gelas wine baru.

Laura tersenyum tipis, mengambil gelas yang ditawarkan Nia. "Aku tidak tahu. Dan seharusnya aku tidak peduli."

"Tapi kamu peduli," ujar Nia lembut. "Sepuluh tahun, Laura. Kamu masih menyimpan perasaan yang sama."

Laura tidak menjawab. Bagaimana bisa dia menjelaskan? Bagaimana bisa dia memberitahu bahwa ada cinta yang tidak pernah pudar, meskipun orang yang dicintainya bahkan tidak tahu dia ada?

Pikirannya melayang kembali ke masa lalu.

***

*Tahun 2012. Lapangan kampus Universitas Tarumanegara.*

*Laura masih mahasiswa baru, canggung dengan seragam orientasinya. Dia berdiri di barisan, gugup menghadapi senior-senior yang tampak menyeramkan.*

*Lalu dia melihatnya.*

*Julian Mahardika. Mahasiswa tingkat tiga Teknik Industri. Tinggi, tegap, dengan tatapan mata tajam yang entah kenapa membuat jantung Laura berdetak tidak beraturan. Julian tidak berteriak seperti senior lainnya. Dia hanya berdiri di sana, mengamati dengan tenang, namun auranya begitu kuat.*

*Saat mata mereka bertemu—meski hanya sekilas—Laura tahu. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama. Pada pria yang bahkan tidak mengenalnya.*

***

Suara pintu ballroom yang terbuka membuyarkan lamunan Laura. Beberapa orang masuk, disambut teriakan gembira dari teman-teman seangkatannya.

Dan di antara mereka, Laura melihatnya.

Julian Mahardika.

Napas Laura tertahan. Sepuluh tahun berlalu, tapi pria itu tidak banyak berubah. Lebih dewasa, tentu saja. Lebih... keras. Jas hitamnya terpasang sempurna di tubuh atletisnya. Rambutnya dipotong rapi, dan tatapannya masih sama tajamnya—bahkan lebih dingin dari yang Laura ingat.

Julian tidak datang sendirian. Dua pria berbadan besar mengikutinya dari belakang, terlihat jelas sebagai pengawal. Beberapa rekan bisnisnya tampak bercakap-cakap dengannya di dekat pintu masuk.

"CEO perusahaan keamanan swasta," gumam Nia. "Aku dengar perusahaannya menangani klien-klien besar. Politisi, konglomerat, bahkan pejabat negara."

Laura tahu itu semua. Dia mengikuti setiap perkembangan karir Julian dari jauh. Setiap artikel di media bisnis, setiap penghargaan yang dia terima. Seperti penggemar yang mengikuti bintang idolanya dari kejauhan—pathetis, Laura tahu itu.

"Kamu mau menyapa?" tanya Nia hati-hati.

Laura menggeleng pelan. "Untuk apa? Dia tidak akan mengingatku."

Dan itu adalah kenyataan yang paling menyakitkan. Mereka satu kampus selama empat tahun. Laura bahkan pernah satu mata kuliah dengannya di semester lima. Tapi bagi Julian, Laura hanyalah satu dari ratusan wajah yang pernah dia lihat sekilas.

Laura menyaksikan Julian berinteraksi dengan teman-teman lamanya. Senyumnya tipis, profesional. Tidak pernah mencapai matanya. Ada tembok tinggi yang Julian bangun di sekelilingnya—Laura bisa merasakannya bahkan dari kejauhan.

"Apa yang terjadi padamu, Julian?" bisik Laura pelan, lebih pada dirinya sendiri.

Pria yang pernah dia kenal—atau setidaknya pria yang pernah dia amati dari jauh—memiliki sedikit kehangatan di matanya. Tapi Julian yang berdiri di ballroom malam ini adalah seseorang yang berbeda. Seseorang yang terluka. Seseorang yang menyembunyikan luka itu di balik topeng dingin dan profesional.

Laura ingin tahu apa yang terjadi. Ingin menyembuhkan luka itu. Tapi dia tidak punya hak. Tidak punya kesempatan.

"Aku rasa aku akan pulang," ujar Laura tiba-tiba, meletakkan gelasnya di meja terdekat.

Nia menatapnya dengan prihatin. "Laura..."

"Aku tidak apa-apa," potong Laura dengan senyum—senyum yang sudah dia sempurnakan selama sepuluh tahun. Senyum yang menyembunyikan sakit hati. "Hanya lelah. Besok aku ada presentasi pagi."

Itu bohong. Tapi Nia tidak mendesaknya.

Laura mengambil tas tangannya dan berjalan menuju pintu keluar, melewati kerumunan alumni yang masih bersemangat. Dia tidak menoleh ke belakang. Tidak berani. Takut matanya akan kembali mencari sosok Julian.

Di luar ballroom, udara malam terasa lebih dingin. Laura menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih berpacu.

Sepuluh tahun menyimpan perasaan yang tidak pernah terbalaskan. Sepuluh tahun mencintai dari jauh. Sepuluh tahun berharap suatu hari Julian akan melihatnya—benar-benar melihatnya.

Tapi mungkin sudah waktunya Laura melepaskan harapan itu.

Dia berjalan menuju lift, menekan tombol, dan menunggu. Hujan di luar semakin deras, membasahi jendela-jendela hotel. Di dalam pantulan kaca, Laura melihat bayangannya sendiri—wanita berusia dua puluh delapan tahun yang sukses di karirnya, mandiri, kuat.

Tapi di balik semua itu, masih ada gadis dua puluh tahun yang jatuh cinta pada pandangan pertama dan tidak pernah bisa melupakan pria itu.

Lift tiba dengan bunyi ting pelan. Laura melangkah masuk, menekan tombol lantai parkir basement.

Saat pintu lift mulai menutup, Laura sempat melihat sekilas—Julian berdiri tidak jauh dari pintu ballroom, seolah mencari sesuatu. Atau seseorang.

Tapi itu hanya ilusi. Wishful thinking.

Pintu lift tertutup sempurna, membawa Laura menjauh.

Di dalam kegelapan lift yang turun, Laura membiarkan satu tetes air mata jatuh. Hanya satu. Karena besok dia harus kembali menjadi Laura Christina yang kuat. Direktur Marketing yang tangguh. Wanita yang tidak punya waktu untuk cinta yang tidak pernah terwujud.

Tapi malam ini, di dalam lift yang turun perlahan, Laura membiarkan dirinya merasakan sakit itu. Merasakan beban sepuluh tahun yang dia simpan sendirian.

"Selamat tinggal, Julian," bisiknya pelan di dalam kesendirian.

Karena Laura tahu, ini mungkin terakhir kalinya dia membiarkan dirinya merasakan perasaan itu.

Mungkin sudah waktunya untuk benar-benar melepaskan.

---

#

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!