Kim Min-seok siluman rubah tampan berekor sembilan, yang sudah hidup lebih dari 1000 tahun,Kim Min-seok hidup dengan menyembunyikan identitasnya sebagai seekor gumiho,Ia berkepribadian dingin dan juga misterius.
Dirinya menjalin hidupnya dengan kesepian menunggu reinkarnasi dari kekasihnya yang meninggal Beratus-ratus tahun yang lalu.
Kim Min-seok kemudian bertemu dengan Park sung-ah mahasiswi jurusan sejarah, saat itu dirinya menjadi dosen di universitas tersebut.
Mereka terjerat Takdir masa lalu yang mempertemukan mereka, mampukah Kim Min-seok mengubah takdir tragis di masalalu yang terulang kembali di masa depan.
apakah kejadian tragis di masalalu akan kembali terjadi kepada dirinya dan juga kepada park sung-ah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heryy Heryy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
༿BAB༌༚1
...Kim Min-seok siluman rubah tampan berekor sembilan, yang sudah hidup lebih dari 1000 tahun,Kim Min-seok hidup dengan menyembunyikan identitasnya sebagai seekor gumiho,Ia berkepribadian dingin dan juga misterius....
Hari itu udara di Seoul tahun 2025 terasa sejuk meskipun matahari sudah terbit tinggi. Sinar mentari menembus kaca gedung universitas yang modern, memantulkan cahaya ke lantai lobi yang mengkilap.
Di tengah antrean mahasiswa yang sibuk berjalan, seorang pria dengan rambut hitam lurus yang teratur dan wajah yang sempurna seperti patung berdiri dengan sikap rileks.
Matanya yang berwarna coklat tua tampak dingin, seolah-olah tidak terganggu oleh kegaduhan di sekitarnya.
Itu adalah Kim Min-seok.
Seribu tahun lamanya ia telah hidup di bumi ini—sebagai seekor gumiho, siluman rubah dengan sembilan ekor yang tersembunyi di balik wajah manusia yang tampan.
Setiap beberapa puluh tahun, ia harus berpindah kota demi menyembunyikan identitasnya.
Dari kerajaan Goryeo hingga era digital sekarang, ia telah menyaksikan perubahan dunia yang luar biasa, namun hatinya tetap sejuk dan terisolasi. Kali ini, ia memilih menjadi dosen sejarah di salah satu universitas ternama di Seoul—karena apa lagi yang lebih cocok bagi seseorang yang telah hidup melalui ribuan tahun sejarah sendiri?
Min-seok melangkah ke ruangan kelas 307, langkahnya ringan namun penuh kepastian. Saat ia membuka pintu, bunyi obrolan mahasiswa yang ramai tiba-tiba meredup.
Semua mata terarah padanya—beberapa dengan tatapan kagum, sebagian lagi dengan rasa tercengang yang tidak bisa disembunyikan.
Siapa yang bisa tidak terpesona melihat wajah yang sempurna itu, dengan raut wajah yang misterius dan tubuh yang ramping namun berotot?
"Selamat pagi, semuanya. Saya Kim Min-seok, dosen pengganti mata kuliah Sejarah Dunia." katanya dengan suara yang dalam dan merdu, namun tanpa nada kehangatan.
Suara bisikan tercium di antara mahasiswa. "Wah, dosen baru kita ini tampan banget!" "Dia kayak artis aja!" "Males banget mau bolos kelas dari sekarang!"
Min-seok mengusap lehernya perlahan—kebiasaan dia saat melihat situasi yang membuatnya sedikit tidak nyaman.
Ia memindahkan pandangannya ke seluruh ruangan, menggunakan penglihatannya yang tajam untuk memeriksa setiap mahasiswa.
Seperti biasa, ia bisa merasakan energi yang keluar dari tubuh setiap orang—beberapa penuh semangat, sebagian lagi lelah, dan yang lain penuh kecemasan.
Energi manusia selalu mudah terbaca baginya, menjadi salah satu cara dia untuk mengawasi lingkungannya.
Namun, saat pandangannya mencapai sudut ruangan yang paling jauh, ia berhenti. Di sana, seorang mahasiswi dengan rambut coklat cerah yang diikat ke atas duduk dengan kepala menyamping, tubuhnya meliuk-liuk karena tidur nyenyak.
Bahkan dengan pendengarannya yang tajam, ia tidak mendengar bunyi napasnya yang kencang—hanya napas yang lembut dan teratur. Yang lebih aneh, ia tidak merasakan sedikit pun energi dari tubuh mahasiswi itu.
Seolah-olah dia hanyalah bayangan, atau sesuatu yang tidak berwujud.
Nama di mejanya tertera: Park Sung-ah.
Min-seok mengerutkan alisnya. Ini pertama kalinya dalam ribuan tahun hidupnya, ia bertemu seseorang yang energi tubuhnya tidak bisa dia rasakan. Namun, dia tidak ingin mengganggu jadwal kelas hanya karena hal yang aneh itu.
Ia melihat mahasiswi perempuan yang duduk di sebelah Sung-ah—seorang gadis dengan rambut hitam pendek yang kaget melihat tatapan dosennya.
"Anda di sebelah kanan Park Sung-ah. Silakan bangunkan dia," katanya dengan nada yang tegas.
Gadis itu terkejut, lalu dengan hati-hati menepuk bahu Sung-ah. "Sung-ah, bangun... Dosen udah datang loh."
Sung-ah menggerakkan kepalanya perlahan, mata memerahnya terbuka dengan lambat. Dia menggosok mata dan melihat sekeliling, seolah-olah tidak tahu di mana dia berada.
Saat pandangannya bertemu dengan Min-seok, dia sedikit kaget, lalu menundukkan kepala dengan mata sayu.
"Park Sung-ah. Maju ke depan," perintah Min-seok.
Sung-ah berdiri dengan lambat, langkahnya lemah. Ia berdiri di depan kelas, wajahnya memerah karena malu. Seluruh mahasiswa melihatnya, beberapa dengan tatapan kasihan, sebagian lagi dengan senyum lebar.
"Saya baru saja menjelaskan tentang peristiwa yang mengakhiri Perang Dunia Kedua. Jelaskan kembali poin-poin utama yang saya sampaikan," katanya.
Sung-ah terdiam. Bibirnya tergerak seolah ingin berbicara, namun tidak ada suara yang keluar. Ia hanya menundukkan kepala lebih rendah, mata memandang lantai.
Min-seok melihatnya dengan tatapan yang tidak berubah—dingin dan tidak berdaya rasa. "Anda tidak mendengarkan apa-apa, bukan? Keluar dari kelas saya. Datang ke ruang dosen saya setelah jam kuliah selesai."
Sung-ah mengangkat kepala sejenak, mata nya terisi air mata yang hampir menetes, lalu dia berjalan keluar dari ruangan tanpa berkata apa-apa.
Bunyi pintu yang ditutup perlahan membuat suasana kelas menjadi sepi sebentar, sebelum Min-seok melanjutkan pembelajarannya seolah-olah tidak ada yang terjadi.
Setelah jam kuliah selesai, Min-seok mengemas buku dan catatannya, pikirannya masih terganggu oleh Park Sung-ah.
Mengapa dia tidak bisa merasakan energi dari tubuh gadis itu? Apakah dia juga seorang siluman seperti dirinya? Tapi tidak—siluman juga memiliki energi yang khas, yang bisa dia rasakan. Atau apakah dia sesuatu yang lain?
Ia melangkah keluar dari ruangan, dan melihat Sung-ah berdiri di koridor, menundukkan kepala. Saat melihatnya, Sung-ah segera mendekat dengan langkah yang tergesa-gesa.
"Dosen Kim, maaf ya... Saya tidak sengaja tidur di kelas. Tadi malam saya harus mengerjakan tugas dari mata kuliah lain sampai larut malam, jadi saya lelah banget," katanya dengan suara yang lemah dan penuh permintaan maaf.
Min-seok melihatnya dengan cermat, mencoba sekali lagi merasakan energi dari tubuhnya. Tetap saja—tidak ada apa-apa. Hanya keheningan yang luar biasa, seolah-olah dia berada di ruangan kosong.
"Itu bukan alasan untuk tidur di kelas saya," jawabnya dengan nada yang masih tegas, namun di dalam hatinya, rasa penasaran semakin membesar. "Berikutnya jangan ulangi lagi."
"Saya janji, dosen. Terima kasih sudah mau maafkan saya," katanya dengan senyum lemah, lalu berjalan pergi meninggalkan Min-seok sendirian di koridor.
Min-seok menatap ke arah yang dituju Sung-ah, mata nya terkejut dan penuh pertanyaan. Selama ribuan tahun, ia telah melihat banyak hal yang aneh di dunia ini—namun hal ini adalah yang paling membingungkan. Mengapa dia tidak bisa merasakan energi dari Park Sung-ah?.