Tragedi menimpa Kenanga, dia yang akan ikut suaminya ke kota setelah menikah, justru mengalami kejadian mengerikan.
Kenanga mengalami pelecehan yang di lakukan tujuh orang di sebuah air terjun kampung yang bernama kampung Dara.
Setelah di lecehkan, dia di buang begitu saja ke dalam air terjun dalam keadaan sekarat bersama suaminya yang juga di tusuk di tempat itu, hingga sosoknya terus muncul untuk menuntut balas kepada para pelaku di kampung itu.
Mampukah sosok Kenanga membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal petaka
"Hahaha, hari ini aku sudah mencicipi pengantinmu Dirga, kamu tidak akan bisa melakukan apapun!"
Di balik sebuah pohon besar, seorang perempuan berpakaian pengantin sedang di gilir beberapa orang dan sang suami tergeletak tak berdaya di samping sungai yang di depannya adalah air terjun yang mengalir begitu deras.
"Arrgghh...."
Lenguhan terakhir terdengar dari bibir si lelaki berpakaian serba hitam.
"Enak bos, terima kasih karena sudah mengijinkan kami mencicipi hidangan nikmat ini juga" ungkapnya
"Mereka akan di apakan bos?" tanya anak buahnya yang lain
"Buang mereka ke air terjun itu, jangan sampai menyisakan jejak apapun" jawab sang bos
"Baik bos" jawab mereka
Dua tubuh yang masih berpakaian pengantin itu di gotong, si Perempuan bahkan pakaiannya sudah robek di mana mana karena ulah tujuh orang yang sudah mengambil mahkotanya secara paksa dan si laki laki tak berdaya dengan pisau menancap di perutnya.
Byur. Byur.
Dua tubuh itu terlempar ke bawah air terjun tempat mereka melakukan hal bejad pada dua pengantin yang sudah mereka lukai.
"Kenanga....." Lirih sang lelaki yang mulai terbawa arus muara air terjun itu saat melihat tubuh si pengantin perempuan tenggelam ke dasar air terjun. Air terjun Dara.
Flashback on.
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Kenanga Safitri dengan maskawin yang tersebut di bayar tunai"
"Bagaimana para saksi?"
"Sah" jawab semua orang yang menyaksikan pernikahan itu.
"Silahkan nak Dirga pakaikan maskawinnya pada Kenanga" ucap penghulu.
Lelaki bernama Dirga Prayoga itu segera memakaikan kalung emas yang dia beli di pasar secara mendadak pada Kenanga, dia juga mengecup kening Kenanga dengan penuh kasih sayang karena akhirnya dia bisa menikahi perempuan yang dia cintai sejak lama.
Dirga dan Kenanga memang tinggal di kampung yang sama, kampung Dara. Tapi mereka terpisah jarak karena Dirga bekerja di kota, dan saat itu dia sengaja kembali untuk menikahi kekasih hatinya dan akan membawa Kenanga bersamanya.
"Sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri, bapak do'akan semoga pernikahan kalian ini sakinah mawadah warahmah, jaga Kenanga karena dia sudah tidak memiliki orang tua ataupun sanak saudara lagi" ungkap sang penghulu yang kebetulan juga adalah RT di kampung itu.
"Baik pak, saya pasti akan menjaga Kenanga dengan baik" jawab Dirga menggenggam tangan Kenanga dengan erat.
"Kenanga, kamu juga jadilah seorang istri yang taat pada suamimu, dampingi dia selalu dan tetap bersamanya dalam susah dan senang, jika Dirga menyakitimu, kampung ini selalu terbuka untuk kamu" ungkap RT tersebut
"Baik pak Surya" jawab Kenanga menunduk sopan.
"Selamat ya Dirga, akhirnya kamu menikahi Kenanga juga" ungkap teman Dirga yang bernama Sigit Rajasa.
"Terima kasih git, aku sangat bahagia karena kamu juga bisa hadir di acara pernikahanku ini" ungkap Dirga memeluk Sigit
"Kalian akan langsung ke kota?" tanya Surya
"Iya pak, kami harus mengejar bis malam, kalau menunggu besok, saya tidak bisa karena saya hanya ijin selama satu minggu pada atasan saya" jawab Dirga
"Kalau begitu biar aku antar kalian, sekalian aku juga mau memberikan hadiah pernikahan pada kalian, aku sudah beli motor dari hasil panen kemarin, aku akan berikan padamu sebagai hadiah, kamu bilang kamu selalu pergi naik angkot kan kalau kerja, jadi nanti tidak perlu naik angkot lagi" ungkap Sigit
Sigit Rajasa adalah anak seorang juragan sapi di kampung Dara, ayahnya Wisnu Rajasa memiliki banyak tanah dan sawah juga yang di garap para warga di sana, keluarga Itu terkenal karena kebaikan hatinya dan juga sikap sopan putra semata wayangnya Sigit, yang banyak di kagumi para perempuan di kampung itu.
"Ya ampun Sigit, itu tidak perlu, aku bahkan menyiapkan acara ini dengan sederhana dan mendadak, aku tidak mau orang menganggap aku memanfaatkan kamu" ungkap Dirga merasa tak enak hati.
"Tidak sama sekali, aku tulus, kita sudah berteman sejak kecil kan, dan aku juga sering mengusili Kenanga dulu saat sering ikut Mbah Putri ke rumah, dan kamu sering membuat dia menangis" jawab Sigit
"Terima kasih, kamu memang sahabatku yang paling baik" ungkap Dirga kembali memeluk Sigit
"Terima kasih mas Sigit" ucap Kenanga dengan suara lembutnya.
"Sama sama, sekarang ayo berangkat mumpung masih siang, terminal jauh soalnya" jawab Sigit
Sigit memberikan salam tempel pada para saksi dan juga penghulu yang akan pamit pulang, rumah Dirga itu memang di tinggali Kenanga sejak orang tuanya meninggal, dan Dirga pergi merantau untuk mengumpulkan uang agar bisa menikahinya, tapi sekarang rumah itu akan di biarkan kosong karena Kenanga akan ikut Dirga ke kota.
"Nanti bi Surti yang membersihkan rumah kamu dua hari sekali supaya tetap terawat" ucap Sigit saat mereka sudah di dalam mobil
"Tidak perlu mas, Kenanga sudah minta Bi Yeyen untuk menempati rumah itu, bi Yeyen katanya akan tinggal di sana dan mas Dirga juga sudah tahu" jawab Kenanga
"Usia kamu masih delapan belas tahun tapi kamu begitu dewasa Kenanga, aku selalu kagum padamu" ungkap Sigit.
"Iya, dan kita sudah tua" ungkap Dirga
"Kamu mungkin yang tua, aku masih dua puluh lima tahun" jawab Sigit tertawa
"Dia lima tambah tiga, kita hampir kepala tiga Sigit, kapan kamu menyusul?" tanya Dirga
"Setelah ini aku akan menikahi anak juragan Tama, Zainab, dia katanya sudah bersedia jadi istriku ,kamu tahu sendiri kan, aku hanya bisa menikah kalau di jodohkan" jawab Sigit
"Benar sekali, juragan Wisnu tidak mungkin menikahkan kamu dengan perempuan biasa saja" jawab Dirga.
Tatapan Sigit langsung tertuju pada Kenanga yang hanya menunduk sejak masuk ke dalam mobil Sigit. Mereka tahu apa yang ada di dalam hati mereka masing masing karena Sigit sempat mengungkapkan rasa sukanya pada Kenanga, tapi Kenanga menolaknya dengan sopan karena dia sadar diri dan dia juga telah jatuh cinta pada Dirga lebih dulu.
Brak.
"Astaga, apa itu!" kaget Sigit saat tiba tiba saja mobilnya menghantam sesuatu.
Sigit keluar dari dalam mobil begitupun dengan Dirga, mereka melihat ke arah depan dan mendapati seorang lelaki berpakaian hitam tergeletak di sana dengan tangannya yang terluka. Karena panik Sigit langsung menolong orang itu dan memasukkannya ke dalam mobil di bantu Dirga.
"Mas, mas tidak apa apa kan? Kenapa mas ada di tempat sepi seperti ini?" tanya Sigit
"Saya sedang mencari kayu bakar, maaf saya juga tadi menyebrang tidak lihat lihat, saya mengejar anjing saya yang lari ke dalam hutan" jawabnya
"Kita bawa kemana? Kembali ke kampung ini sudah lumayan jauh, kalau kita tidak kembali juga mas ini mungkin akan terlambat di tangani" ucap Sigit
"Kita kembali saja, tidak apa apa aku terlambat kerja satu hari, nanti aku akan bilang atasanku kalau tidak ada bis yang datang ke terminal kampung Dara" jawab Dirga
"Kamu tidak keberatan kan Ken?" tanya Dirga
"Tidak sama sekali mas" jawab Kenanga
Sigit melajukan mobilnya kembali untuk memutar arah, tapi tepat di area air terjun Dara, orang yang tadinya terbaring lemah di samping Kenanga langsung menodongkan pisau ke leher Kenanga dan meminta mobil di hentikan.
"Mas!" pekik Kenanga ketakutan
"Turun sekarang juga!" bentaknya
"Apa mau kamu! Lepaskan Istriku!" tanyanya Dirga
"Hahaha.. Apa mauku, kamu akan melihatnya sebentar lagi!" jawab orang itu sinis.
Sigit terpaksa menghentikan mobilnya, dia tidak mau Kenanga kenapa napa dan menjadi korban orang jahat itu. Dia juga meminta Dirga untuk waspada dan mencari celah menyelamatkan Kenanga dari orang itu.
Bugh.
"Sigit!" pekik Dirga saat tengkuk Sigit di pukul seseorang dari arah belakang sampai pingsan.
"Mas Sigit! Mas Dirga tolong aku mas!" teriak Kenanga
Kenanga di bawa ke belakang pohon besar yang ada tepat di atas air terjun Dara, ternyata di sana sudah menunggu beberapa orang yang akan memegangi Kenanga agar dia tidak berontak.
"Kenanga, lepaskan Istriku!" bentak Dirga mencoba melawan dengan menyerang orang yang memukul Sigit.
Bugh. Bugh.
"Aakhhh mas Dirga!" terdengar teriakan Kenanga dari balik pohon besar tempat dia di seret.
"Hahahah... Akhirnya aku bisa menikmati tubu* indah mu ini"
"Kenanga!"
Belum sempat Dirga menolong Kenanga, satu tusukan sudah di terima Dirga di perutnya, bahkan pukulan dari beberapa orang juga terus menghantam tubuhnya, dalam ketidakberdayaan itulah dia melihat mulut Kenanga di bekap seseorang yang sudah mulai menjamahnya, Kenanga bahkan terus meronta-ronta tapi tenaganya kalah jauh dengan orang yang sudah mengambil kehormatannya di depan matanya sendiri.
"Argghhh.... Terima kasih sayang"
Suara itu terdengar setelah setengah jam Dirga di pukuli dan tidak berdaya untuk bergerak lagi, Kenanga bahkan sudah tidak bersuara karena tubuhnya sudah tak bisa melawan juga. Matanya sudah kosong menatap suaminya dengan air mata yang terus mengalir dan terlihat kesedihan mendalam dalam sorot mata itu.
"Maafkan aku Kenanga" lirih Dirga
"Bos , sudah puas?" tanya seorang anak buahnya
"Hmmm... kalau kalian mau, pakai saja, aku sudah tidak menginginkan dia lagi" jawabnya
Dirga membelalakkan matanya, bukan hanya karena istrinya akan di jamah lagi oleh orang lain tapi juga karena dia mengenali suara orang yang memakai topeng itu.
"Om Wisnu... Wisnu Rajasa" gumam Dirga
Dia adalah Wisnu Rajasa, ayah dari Sigit yang juga menaruh hati pada kecantikan Kenanga yang terkenal lugu tapi juga tidak pernah tebar pesona pada lelaki manapun. Dia kecewa saat Kenanga ijin untuk tidak bekerja lagi di rumahnya bahkan menolak untuk jadi istri kedua Wisnu karena ternyata Sigit juga menyukai Kenanga.
"Istrimu benar benar menjaga mahkotanya, terima kasih karena sudah mengijinkan aku mencicipinya lebih dulu" sinis Wisnu menggendong tubuh Sigit ke dalam mobil miliknya yang tersembunyi di balik semak semak tempat itu.
Wisnu sudah merencanakan semuanya dengan matang, dia akan menjebak Dirga dan Kenanga yang naik angkot, tapi ternyata Dirga di antar Sigit, jadilah Wisnu mengatur rencana ulang dan membuat Sigit pingsan terlebih dahulu agar dia tidak tahu bagaimana bejatnya ayahnya itu.
Flashback off
"Selamat tinggal Kenanga, kamu memang begitu indah, bahkan aku ingin menikmati mu lagi, tapi sayang kamu akan pergi, jadi lebih baik kamu tetap di sini meski tak akan di temukan siapapun" gumam Wisnu menatap air terjun yang ada di bawahnya.
"Juragan, den Sigit mau kita apakan?" tanya seorang anak buahnya.
"Bawa pulang dan katakan kalau dia di antar Dirga yang langsung berangkat ke Jakarta karena ada angkot yang mengantar mereka" jawab Wisnu masih menatap muara air terjun yang langsung mengarah ke sungai di bawah dengan aliran air yang deras.
"Baik juragan"
kenanga tutut blasa mu aq mah hayok
menarik di awal bab