Jayden hampir tidak punya harapan untuk menemukan pacar.
Di sekitarnya ada banyak wanita cantik, tapi tidak ada yang benar-benar tertarik pada pria biasa seperti dia. Mereka bahkan tidak memperdulikan keberadaannya. Tapi segalanya berubah ketika dia diberikan sebuah tongkat. Ya, sebuah tongkat logam. Saat membawa tongkat logam itu, dia baru saja mengambil beberapa langkah ketika disambar petir.
Saat dia kehilangan kesadaran, Jayden ingin memukul habis orang sialan yang memberinya tongkat itu, tapi saat dia bangun, ada kejutan menantinya. Dia mendapatkan sistem yang akan membantunya mendapatkan gadis-gadis dan membuatnya lebih kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TOKO MAINAN
Senyum nakal Jayden semakin melebar saat ia berdiri di depan toko mainan seks, pandangannya terpaku pada pajangan berwarna-warni di etalase. Deretan barang yang menggoda itu seolah memanggilnya, membangkitkan rasa ingin tahu dan jiwa petualangnya. Di sampingnya, pipi Lyra memerah dalam rona merah muda yang dalam ketika ia menyadari apa yang menarik perhatian Jayden.
[ Misi: Membawa Lyra ke toko mainan seks
Durasi Waktu: 10 menit
Hadiah: Poin Ero: +100; Uang Tunai: $1000 ]
“Jayden, apa kau serius?” suara Lyra keluar dalam bisikan pelan, campuran antara terkejut dan malu menyelimuti kata-katanya.
Jayden menoleh padanya dengan kilatan main-main di matanya, bibirnya melengkung membentuk senyum nakal. “Kenapa tidak? Ini hanya toko seperti yang lain. Tidak ada yang perlu dipermalukan.”
Bukan karena misi itu, lagipula itu tidak terlalu hebat. Dia hanya ingin masuk dan melihat-lihat saja.
Jayden menatapnya, senyumnya semakin lebar. “Ayo, Lyra! Kau tidak ingin menjelajahi misteri dunia dewasa?” Dia menggerak-gerakkan alisnya dengan menggoda, membuat Lyra terkikik tanpa sadar.
“Aku tidak mau,” Lyra memutar mata dan dengan main-main menepuk lengannya. “Kau benar-benar pembuat masalah.”
Lyra menggigit bibir bawahnya, pandangannya berpindah-pindah antara pajangan yang mencolok dan ekspresi Jayden yang tanpa rasa bersalah. Dia tidak bisa menyangkal rasa penasaran yang muncul di dalam dirinya, tetapi gagasan untuk melangkah ke toko penuh barang intim membuatnya merasa pipinya seperti terbakar.
Sebelum ia sempat memprotes lebih jauh, Jayden dengan lembut menggenggam tangannya dan menariknya masuk ke dalam toko. Dentingan lembut lonceng mengumumkan kedatangan mereka.
Bagian dalam toko itu diterangi oleh cahaya redup, dindingnya dipenuhi berbagai produk menarik yang berkisar dari lingerie menggoda hingga aksesori kamar tidur yang penuh petualangan. Mata Lyra membelalak saat ia menyerap semua barang yang dipajang. Ini adalah dunia yang belum pernah ia jelajahi sebelumnya, dan ia tidak bisa menahan perasaan campur aduk antara rasa ingin tahu dan kesadaran diri.
Jayden mengambil sebuah penggoda bulu di dekat pintu dan mengibaskannya ke arah Lyra, senyumnya semakin lebar.
“Menurutmu ini bisa menambah sedikit keseruan pada malam romantis kita?” godanya, membuat Lyra tertawa terbahak-bahak.
“Jayden, kau benar-benar tidak ada obatnya,” katanya di sela-sela tawa.
Jayden mengangkat bahu dengan santai. “Hei, sedikit petualangan tidak pernah menyakiti siapa pun, kan?”
Pipi Lyra kembali memerah saat ia berusaha agar pandangannya tidak terlalu lama terpaku pada satu barang pun. Jayden tertawa di sampingnya, ikut merasakan campuran kegembiraan dan kegugupannya.
“Wahh, tempat ini seperti taman bermain orang dewasa,” bisik Jayden, menyenggol Lyra dengan sikunya.
Lyra menahan tawa kecil, matanya membesar saat melihat-lihat pajangan. “Ya, aku tidak menyangka akan se… seberwarna ini.”
Saat mereka melangkah lebih jauh ke dalam toko, mereka melihat seorang gadis pramuniaga dengan kepribadian yang ceria berdiri di balik meja kasir. Dia memiliki rambut berwarna cerah dan pakaian yang hanya bisa digambarkan sebagai edgy.
Dia mengenakan tank top hitam ketat dengan slogan nakal berwarna pink neon bertuliskan “Flirt Like You Mean It.” Leher bajunya yang rendah memperlihatkan sedikit tato berwarna-warni yang mengintip dari tulang selangkanya, menambah daya tarik edgy-nya.
Rambutnya, perpaduan warna dari biru elektrik hingga pink cerah, ditata dalam sanggul berantakan di atas kepalanya, ditahan oleh berbagai jepit dan klip unik. Beberapa helai rambut neon yang ditempatkan dengan cermat membingkai wajahnya, menonjolkan fitur wajahnya dengan cara yang unik dan playful.
Di lehernya, ia mengenakan rantai perak tebal dengan liontin berbentuk borgol mini, menambahkan sentuhan nakal pada penampilannya. Telinganya dihiasi campuran anting stud, hoop, dan gantung.
Busana edgy pramuniaga itu dilengkapi dengan celana pendek denim hitam berpinggang tinggi. Celana itu ketat dan terbuat dari denim hitam robek yang membalut lekuk tubuhnya dengan pas. Namun yang paling menarik perhatian adalah stocking jaring hijau neon yang ia kenakan di bawahnya, terlihat dari robekan-robekan strategis pada celana itu.
“Hai semuanya! Selamat datang di Pleasure Haven!” sapa pramuniaga itu dengan senyum ceria. “Mau memanaskan kehidupan cinta kalian?”
Pipi Lyra berubah menjadi rona merah yang lebih dalam, dan Jayden berdeham, mencoba mempertahankan ekspresi tenang. “Uh, ya… tidak juga… Kami hanya berpikir untuk, kau tahu, melihat-lihat apa yang ada.”
Pramuniaga itu bersandar di meja kasir, memberi mereka tatapan geli. “Baiklah, kalian akan mendapatkan banyak kejutan disini. Kami punya semuanya — vibrator, dildo, mainan anal, cambuk, lilin, lilin cair, lingerie seksi, kau mau apa? Aku punya semuanya.”
Jayden dan Lyra saling berpandangan cepat, mata mereka membesar dengan campuran geli melihat keberanian gadis itu. Dia tampak tidak lebih dari delapan belas tahun, tetapi terlihat jauh lebih berpengalaman dibandingkan Jayden dan Lyra.
“Um, kami hanya melihat-lihat saja, terima kasih,” Lyra berhasil berkata, suaranya sedikit bergetar.
Pramuniaga itu mengangkat alis, kilatan nakal di matanya. “Tentu saja, santai saja. Dan hei, kalau kalian membutuhkan bantuan, tinggal panggil aku. Aku di sini untuk mewujudkan fantasi terliar kalian.”
Jayden terbatuk, berusaha menahan tawanya. “Terima kasih, kami akan mengingatnya. Aku bahkan mungkin akan mengundangmu untuk menambah keseruan,” kata Jayden sambil mengedipkan mata ke arah gadis itu, membuatnya terkikik. Namun ketika ia menoleh ke arah Lyra, dia sedang melemparkan tatapan tajam padanya.
Jayden kembali berdeham, mencoba mengalihkan pembicaraan. “Jadi, uh, apa yang sedang populer di toko ini?”
Pramuniaga itu menyeringai, condong ke depan seolah berbagi rahasia. “Yah, biar kuberitahu, butt plug belakangan ini laku keras. Orang-orang jadi cukup penasaran, tahu?”
Mata Lyra membesar, dan Jayden tidak bisa menahan tawa melihat reaksinya. Lyra meliriknya dengan tatapan main-main sebelum kembali menoleh ke pramuniaga.
“Um, benarkah? Butt plug?” tanya Lyra.
Saat Jayden melihat Lyra penasaran dengan butt plug, dia tidak terlalu terkejut. Dia tahu dari informasi yang diberikan sistem bahwa Lyra ingin mencoba anal. Dia sempat mencoba membujuknya untuk melakukan seks anal ketika mereka berdua kehilangan keperawanan, tetapi dia sangat pemalu soal itu. Jadi mereka melanjutkan ke ronde kedua, namun tanpa anal.
‘Yah, aku akan mendapatkannya darimu, cepat atau lambat,’ Jayden menyeringai.
Di sisi lain, pramuniaga itu mengangguk, seringainya semakin lebar. “Oh, tentu saja! Mereka serbaguna, bisa dipakai sendiri atau menggunakannya bersama pasangan, dan tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran. Kami bahkan punya yang dihiasi permata kecil yang lucu.”
Lyra menggigit bibirnya, melirik ke arah Jayden, ingin mengatakan sesuatu.
“Hmmm… Menarik,” Jayden mengangkat alis ke arahnya, matanya menari penuh hiburan. “Kau sedang merasa ingin bertualang, sayang?”
Lyra sebenarnya ingin mengangguk, tetapi ketika mendengar dia menggodanya, Lyra memutar mata, pipinya masih memerah. “Ah, diamlah. Kita hanya melihat-lihat.”
Pramuniaga itu condong mendekat dengan sikap konspiratif, menurunkan suaranya menjadi bisikan dramatis. “Yah, kalau kalian mau mencobanya, ingat saja, pelumas adalah sahabat terbaikmu.”
Dan Jayden pun meledak tertawa, Lyra juga tak bisa menahan tawa kecil. “Terima kasih atas sarannya. Biarkan kami melihat-lihat dulu.”
Pramuniaga itu mengedipkan mata, sikap cerianya menular. “Kapan saja, pasangan manis. Nikmati ‘penjelajahan’ kalian!”
Jayden dan Lyra berjalan menyusuri deretan pajangan menggoda di dalam toko mainan seks, rasa ingin tahu mereka terusik oleh banyaknya produk yang berkisar dari yang lucu hingga provokatif. Rak-rak itu memamerkan beragam lingerie, dildo, vibrator, dan barang lain yang membuat mereka berdua merasa terhibur sekaligus penasaran.
“Siapa sangka ada begitu banyak variasi di tempat seperti ini?” komentar Jayden, nadanya campuran antara takjub dan terhibur.
Lyra tertawa pelan, pipinya kembali memerah saat ia melihat sekeliling. “Aku tahu. Rasanya seperti dunia kemungkinan yang benar-benar baru. Tapi karena kau sudah menyeretku ke sini, apa kau mau mengatakan kalau ini pertama kalinya untukmu? Ayo, jangan berbohong padaku,” tanya Lyra.
“Yah, itu memang kebenarannya. Ini memang pertama kalinya aku ke sini,” Jayden mengangguk.
“Lalu apa yang membawamu kesini?” tanya Lyra penasaran.
“Sejujurnya, aku kesini karenamu,” Jayden menyeringai nakal ke arah Lyra.
“Aku? Kenapa?” Lyra bingung.
“Kau terlihat seperti seseorang yang ingin pantatnya dibor,” Jayden condong mendekat dan berbisik, “Aku hanya sedang mempersiapkan diri untuk pengeborannya.”
“Kau bodoh, idiot, mesum, Jayden,” Lyra terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Jayden. Dia mengangkat tangannya untuk memukul Jayden, tetapi Jayden dengan cepat berlari menjauh.
Lyra mengejar Jayden saat mereka berdua masuk lebih dalam ke toko. Jayden memutuskan untuk sedikit memancing, berharap bisa menikmati pemandangan di depannya.
Tak lama kemudian, mereka berada di bagian lingerie. Mata mereka membesar melihat lingerie dengan desain menggoda dan warna-warna cerah. Mereka saling bertukar pandang geli sambil menjelajahi rak-rak, sesekali menunjuk barang yang menarik perhatian mereka.
“Lihat itu,” komentar Jayden dengan seringai, membuat Lyra dengan main-main menyikut lengannya.
“Hei, Lyra, bayangkan kau mengejutkanku dengan salah satu dari ini,” godanya, suaranya bernada main-main saat ia mengangkat sebuah lingerie merah yang seksi.
Lyra menepuknya dengan main-main, rasa malunya berubah menjadi tawa. “Oh, hentikan! Kita hanya melihat-lihat saja lalu pergi. Aku tidak akan membeli apapun, kita hanya di sini untuk memuaskan rasa penasaranmu.”
“Kita lihat saja nanti,” Jayden menggelengkan kepalanya, pandangannya beralih ke rak-rak perlengkapan bondage dan BDSM di dekatnya. “Dan lihat semua borgol dan alat ikat ini. Orang-orang benar-benar suka bereksperimen.”
“Memang begitu,” Lyra mengangguk sambil melihat borgol berbulu berwarna pink, fia tampak terpaku menatapnya.
Jayden mengangkat alis, sorot main-main di matanya. “Kenapa? Sedang memikirkan untuk mencoba hal baru? Apa pun itu, aku mau jadi polisi.”
Lyra tertawa kecil, pipinya kembali memerah. “Oh, diamlah! Kau dan pikiran kotormu. Ayo lanjut jalan.”
“Kenapa jadi malu begitu?” gumam Jayden pelan.
Pandangan Lyra beralih ke pajangan vibrator dengan desain cantik, beberapa berbentuk ramping dan lainnya tampak lebih inovatif. “Wow, mereka benar-benar membawa inovasi ke level lain di sini.”
Jayden mengangguk setuju, matanya menyapu berbagai pilihan sebelum berhenti pada sebuah vibrator kelinci yang tampak menarik. “Sepertinya mereka punya sesuatu untuk setiap selera.”
Saat mereka terus berkeliling toko, begitu banyak skenario berputar di kepala Jayden. ‘Sial… aku benar-benar akan menikmatinya,’ pikir Jayden sambil menatap barang-barang di depannya. Bahkan jika mereka tidak membeli banyak hari ini, Jayden berniat membeli setidaknya satu dari setiap jenis barang di sini.
“Ini multifungsi. Aku bisa menggunakannya untuk pijat yang menenangkan,” saran Jayden dengan seringai, matanya berkilau nakal. “Bagaimana dengamu?”
“Jangan menggodaku…” wajah Lyra terasa panas sekarang. Rasa malu yang ia rasakan di dalam toko ini lebih besar dari apa pun yang pernah ia alami selama bertahun-tahun.
Saat mereka terus melangkah, akhirnya mereka berdiri di depan pajangan butt plug. Pipi Lyra berubah menjadi merah yang lebih dalam saat pandangannya terpaku pada berbagai ukuran dan bentuk.
[ Misi: Membelikan Lyra sebuah butt plug
Durasi Waktu: 24 jam
Hadiah: Poin Ero: +10000; Uang Tunai: $25000]
Jayden melihat misi itu dan tidak bisa menahan diri untuk mengernyit. Dalam kasus Lyra, pilihannya sekarang hampir tidak ada. Dan untuk misi, mereka tidak memberinya satu hal yang ia inginkan, seperti EXP. Dia hanya kekurangan 100 poin EXP untuk naik level. ‘Kenapa hal itu begitu sulit? Itu menyebalkan.’
Namun apa pun keadaannya, Dia tetap harus menyelesaikan misi ini, setidaknya demi uangnya.
Jayden dengan main-main menyenggol Lyra yang sedang menatap butt plug dengan saksama. “Merasa gatal, Lyra?”
Lyra memutar mata dengan senyum malu. “Aku hanya melihat-lihat saja.”
“Kau tahu, karena au pemula, kenapa tidak mulai dengan yang kecil dan lucu?” Jayden mengambil sebuah butt plug kecil yang baik untuk pemula dan menelitinya dengan saksama. Lalu ia menoleh ke Lyra, suaranya perpaduan antara serius dan main-main. “Aku dengar ini bisa dipakai untuk kenikmatan sekaligus sebagai persiapan untuk permainan anal.”
Saat melihat Jayden menjelaskannya dengan serius, Lyra mendengarkannya dengan penuh perhatian. Dia ingin mengangguk mendengar kata-katanya, tetapi ketika melihat seringai di wajahnya, ia hampir saja menarik rambutnya.
“Aku tidak akan membelinya,” Lyra menolak dengan tegas.
“Dan aku tidak akan membelinya,” Jayden condong mendekat dan berbisik di telinganya, “Itu kata-katamu.”
“Kalau begitu sudah diputuskan,” Jayden segera menjauh dan melangkah ke arah gadis di meja kasir. “Kami akan membeli yang ini.”
“…” Lyra berdiri terpaku di tempatnya.
Siapa pun yang membaca bab ini pasti cukup tertarik dengan ceritanya. Jadi kenapa tidak meluangkan satu menit untuk meninggalkan ulasan?