Hubungan rumah tangga Nadin dengan suaminya semakin hari semakin memanas sejak kepindahan mereka ke rumah baru. Nadin mencurigai perlakuan aneh suaminya sejak kedatangan pembantu barunya, belum lagi kejadian-kejadian aneh yang kerap kali ia dapatkan mulai dari dirinya yang sering di ganggu sosok menyeramkan dan rumah yang kerap kali berbau anyir. Tidak ada gelagat aneh yang di tunjukkan pembantunya itu, akan tetapi Nadin menaruh kecurigaan besar terhadap pembantunya.
Kecurigaan Nadin terbukti saat ia tidak sengaja mempergoki suaminya yang tengah bergumul dengan sang pembantu di saat dirinya sedang tidak di rumah. Di tengah keputusannya untuk bercerai ia justru di buat bingung dengan sang suami yang mendadak menjadi sakit-sakitan. Sampai akhirnya semua mendapat titik terang saat Nadin di datangi temannya yang memiliki kelebihan khusus dan menjabarkan semua hal-hal aneh yang sedang di hadapi Nadin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lind Setyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PROLOG
Seorang wanita sedang mengetuk pintu kayu yang sudah sedikit lapuk. Matanya awas melihat sekeliling takut ada yang melihat keberadaannya, tangan kirinya menggenggam tas kain yang ia kalungkan di leher. Lama ia menunggu pintu terbuka sampai akhirnya seorang kakek tua dengan tongkat kayu sebagai tumpuan berdirinya membukakan pintu dan meminta wanita tersebut masuk mengikuti sang tuan rumah.
Tanpa ragu wanita tersebut mengikuti kakek tua yang berjalan pelan menuju sebuah ruangan yang di sisi kiri ruang utama. Wanita itu memperhatikan sekitar ruangan yang hanya di terangi satu buah lampu saja pada masing-masing ruangannya sehingga pencahayaannya hanya remang-remang. Sampailah wanita tersebut pada sebuah ruangan yang jauh lebih gelap dibandingkan dengan ruang tengah tadi, ruangan yang saat ini ia masuki hanya mengandalkan sebuah lampu petromaks saja.
Keberaniannya sedikit menurun saat memasuki ruangan gelap tersebut, perasaannya was-was akan nasibnya nanti. Tapi saat ia mengingat kembali tujuannya datang ke tempat tersebut ia mencoba membuang jauh-jauh perasaan takutnya.
Di tengah ruangan terdapat meja kecil dari kayu dengan satu buah lampu petromaks di ujung kanannya. Dindingnya terpajang keris dan benda-benda aneh yang belum pernah wanita itu lihat sebelumnnya
"Duduklah, " kakek itu menyuruhnya duduk sedangkan ia sendiri berjalan menuju lemari kayu untuk mengambil ubo rampe yang sudah tersusun di sebuah ancak berukuran sedang.
Kakek tua itu duduk bersebrangan dengan wanita tersebut, ancak yang berisi ubo rampe ia letakkan di tengah-tengah meja dan mereka berdua duduk bersila saling berhadap-hadapan.
"Apa kamu sudah membawa barangnya? "
Mendengar pertanyaannya wanita itu langsung mengambil sebuah wadah bening berisi cairan kental berwarna merah kehitaman. Wadah itu ia sodorkan ke arah sang kakek dan langsung diterimanya. Setelah menerima wadah berisi cairan itu sang kakek lantas membuka tutupnya dan meletakkannya di atas meja.
"Ikuti apa yang saya ucapkan, kamu harus menghafalnya dan tidak boleh di tulis. " Kakek itu menatapnya lekat-lekat.
"Baik Kek. " Wanita itu mengangguk menyetujuinya.
Setelah itu sang kakek mengucapkan sebuah mantra berbahasa jawa yang tidak bisa wanita itu pahami akan tetapi ia tetap mengikuti ucapan sang kakek sampai hafal. Butuh waktu sekitar 20 menitan untuk wanita itu bisa menghafalnya. Sampai dirasa sudah hafal kakek itu kembali merapalkan mantra yang tidak bisa di dengar oleh wanita tersebut. Seiring dengan ritual yang sedang kakek itu lakukan tiba-tiba hawa di dalam ruangan itu berubah menjadi pengap dan terasa sesak. Wanita itu mengusap kedua lengannya karena tiba-tiba merasa merinding seluruh badan, sampai sekitar 10 menit sang kakek baru selesai dengan ritualnya.
Wadah berisi darah yang berasal dari menstruasi hari pertama milik wanita itu di taruh bersama dengan ubo rampe lainnya. Kakek tersebut berdiri dan meletakkan ancak itu ke atas meja kayu yang berada di pojok ruangan, di atas meja itu juga sudah terdapat berbagai sajen lainnya.
"Setelah ini kamu harus puasa putih selama 35 hari dan jangan pernah memakan makanan yang terbuat dari ketan dan juga kacang tanah. " Ujar kakek itu yang sudah kembali duduk bersila di hadapan wanita tersebut.
"Apa setelah puasa itu saya sudah bisa menggunkan peletnya Mbah? " Tanya wanita itu.
"Bisa, tapi sebaiknya kamu datang lagi kesini untuk saya pastikan lagi, dan ingat hanya darah di hari pertama saja yang bisa kamu gunakan. Ambil tiga tetes dan campurkan pada kopi hitam lalu kamu bacakan mantra yang sudah kamu hafal tadi. " Ujar kakek itu yang di balas anggukan dari sang wanita.
"Baik terima kasih Mbah. "
Setelah di rasa selesai wanita itu mengeluarkan amplop tebal yang sudah bisa di tebak berisikan segepok uang sebagai bayaran. Setelah itu ia pamit pulang.
Tinggalkan like and comment guys, terima kasih.
Tapi nenek itu siapa? Jangan2 itu berhubungan dengan Naya lagi/Blush/
Hmm... maaf nih, ya. Aku bukan ingin membenarkan karena aku lebih tahu atau gimana. Tapi sebenarnya, ada beberapa dialog yang bisa dipisah, dan membuat antar karakter/tokoh terasa lebih ke memang sedang melakukan percakapan.
Aku tak ada niatan untuk menggurui, tapi ini hanya masukan dariku sebagai pembaca./Pray/
Misalnya, saat awal Nadin masuk, sebenarnya ia bisa diberi gambaran kecil kenapa ia bertanya, "Mas, kamu kenapa?" terus "Masih ada yang sakit?" dan tindakan sebelum benar-benar masuk lalu bertanya. Jadi, tak mendadak bertanya.😅
Semangat ya, thor. Aku tunggu update selanjutnya~/Determined//Smile/
Lagi menjelajah novel horor soalnya, hehe~😅