NovelToon NovelToon
Dok, Berikan Aku Obat Cintamu!

Dok, Berikan Aku Obat Cintamu!

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / One Night Stand / Anak Genius / Dokter Genius / Menikah Karena Anak
Popularitas:32.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Satu malam naas mengubah hidup Kinara Zhao Ying, dokter muda sekaligus pewaris keluarga taipan Hongkong. Rahasia kehamilan memaksanya meninggalkan Jakarta dan membesarkan anaknya seorang diri.

Enam tahun kemudian, takdir mempertemukannya kembali dengan Arvino Prasetya, CEO muda terkaya yang ternyata adalah pria dari malam itu. Rahasia lama terkuak, cinta diuji, dan pengkhianatan sahabat mengancam segalanya.

Akankah, Arvino mengetahui jika Kinara adalah wanita yang dia cari selama ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

01. One Night Stand

Ballroom Hotel Imperial berkilau dengan lampu kristal. Malam itu, pesta kelulusan Fakultas Kedokteran berlangsung meriah. Semua mata tertuju pada Kinara Zhao Ying, mahasiswi cerdas yang dinobatkan sebagai lulusan terbaik se-Jakarta. Wajah cantiknya berseri, meski ia tahu tak semua orang berbahagia untuknya. Dari jauh, Savira Prameswari, sahabat yang selama ini berpura-pura mendukung, menatapnya penuh iri.

“Selamat ya, Kinar,” ucap Savira dengan senyum manis. Tapi di balik senyum itu, hatinya membara.

“Mari kita lihat apakah kau masih bisa berdiri tegak setelah malam ini.”

Savira telah menyiapkan siasat. Dia menuangkan cairan bening ke dalam gelas Kinara. Ketika Kinara lengah, minuman itu ia sodorkan.

“Untukmu, juara kita malam ini!” katanya.

Kinara meneguk tanpa curiga. Tak lama, kepalanya terasa berat. Musik, cahaya, dan keramaian berubah kabur. Tubuhnya melemah. Savira menyambutnya dengan cepat, seolah peduli.

“Aduh, Kinar, kamu mabuk ya? Aku antar ke kamar ya…” Kinara hanya mengangguk setuju dengan pertanyaan Savira. Dengan langkah tergesa, Savira menyeret Kinara yang nyaris tak sadar menuju kamar hotel yang sudah ia siapkan. Setelah memastikan Kinara terbaring di ranjang, Savira menghubungi seorang pria tua yang sebelumnya memberinya sejumlah uang.

“Wanita yang kau mau … sudah ada di kamar 103,” bisiknya penuh licik.

"Selamat tinggal, Kinara." Savira menepuk pelan wajah Kinara dalam keadaan setengah sadar. Samar-samar Kinara menatap punggung sahabat yang selama ini dia percaya, air mata mengalir tanpa suara isak.

Sementara itu, di lantai atas hotel, Arvino Prasetya baru saja keluar dari ruang rapat. Wajahnya pucat, sejak tadi ia merasa pusing, dadanya berdebar aneh.

"Aduh, Arvino. Biar aku bantu," kata Rhea, yang mendekat. Namun, Zaki langsung mengambil alih tubuh Arvino, karena dia tahu selama ini Arvino berusaha menjaga jarak dengan Rhea.

“Pak, Anda baik-baik saja?” tanya Zaki, asistennya yang selalu setia. Arvino mengangguk samar. Dia tak tahu bahwa minuman yang tadi ia terima di ruang rapat sudah dicampur sesuatu oleh Rhea Anggraini, teman masa kecil sekaligus manajer perusahaannya, yang diam-diam terobsesi padanya.

“Antar saya ke kamar,” pinta Arvino dengan suara berat. Namun baru beberapa langkah di koridor, Zaki mendapat telepon darurat dari ruang pertemuan, itu juga adalah ulah Rhea.

“Pak, ada masalah besar dengan investor. Saya harus turun, apa Anda bisa berjalan sendiri?”

Arvino mengangguk. “Pergilah, Aku bisa sendiri.”

Dengan langkah sempoyongan, Arvino berjalan mencari kamarnya. Pandangannya kabur, nomor pintu terlihat ganda. Harusnya kamar 130, tapi ia berhenti di depan kamar 103. Tanpa pikir panjang, ia memutar pintu yang ternyata memang tak dikunci.

Di dalam kamar, Kinara menggeliat resah di atas ranjang. Tubuhnya panas, kepalanya berkunang. Dia setengah sadar, berusaha bangun, namun gagal. Ketika pintu terdengar suara keras setelah di tutup, ia melihat sosok pria tinggi dengan wajah asing masuk. Tatapan mereka bertemu dalam kebingungan dan kabut kesadaran.

“Siapa … kau?” suara Kinara bergetar. Arvino berusaha fokus, tapi tubuhnya seperti kehilangan kendali, nafasnya memburu. “Aku … tidak tahu kenapa bisa di sini. Tolong … aku tak bisa mengendalikan diriku.”

Dia mendekat, mencengkeram lengan Kinara, seolah mencari pegangan agar tidak jatuh.

“Bantu aku … aku berjanji akan bertanggung jawab.”

"Ti ... tidak!" Kinara dengan sisa tenaga menolak, tetapi Arvino tak mau melepaskannya.

Kinara panik, mencoba menolak dengan sisa tenaga.

“Lepaskan aku!” serunya, namun tubuhnya lemah. Arvino membungkam mulut Kinara dengan bibirnya membuat wanita itu ikut hanyut dalam permainan Arvino karena pengaruh obat yang telah menjalar dalam mereka berdua.

Sementara di koridor, Rhea berjalan cepat mencari keberadaan Arvino, tetapi dia tak lagi melihat sosok pria itu.

"Sial! Di mana dia," gumam Rhea, terus mencari keberadaan Arvino, dia mencoba membuka semua pintu tetapi kosong, sebagian terkunci hingga Rhea tak menemukan adanya Arvino.

Jam tiga pagi, sunyi kota masih begitu pekat ketika dering ponsel memecah kesenyapan kamar hotel. Arvino membuka mata dengan kepala berat, sisa mabuk semalam masih menguasai tubuhnya. Nama Zaki muncul di layar.

“Pak Arvino, Kakek Anda dilarikan ke rumah sakit!” suara Zaki terdengar panik di seberang sana, kedua mata Arvino melebar semua. Degup jantung Arvino langsung menghantam dadanya. Dia setengah bangkit, namun gerakannya terhenti ketika menyadari ada sosok perempuan tertidur di sampingnya. Rambut panjang itu menutupi sebagian wajah, tubuh mungilnya membelakangi Arvino. Dia menatapnya lama, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Ingatan samar hanya berkelebat, meninggalkan tanda tanya yang membuatnya gusar.

Jemari Arvino hampir menyentuh bahu gadis itu ketika ponselnya kembali berdering. Kali ini ibunya, dengan suara bergetar, sang ibu memintanya segera datang ke rumah sakit.

Arvino menggertakkan rahang. Ada rasa bersalah yang tak mampu ia jelaskan, seakan ia telah merusak sesuatu yang rapuh. Perlahan ia meraih kalung perak yang selalu ia kenakan, lalu meletakkannya di atas nakas. Sebuah kartu nama ia selipkan di sampingnya, pesan tanpa suara, janji yang hanya bisa ia titipkan lewat benda. Namun langkahnya terhenti sejenak ketika matanya menangkap bercak merah samar di atas ranjang. Nafasnya tercekat, dia menunduk, bergumam lirih,

“Tunggu aku … aku pasti akan kembali mencarimu.”

Tanpa menoleh lagi, ia pun pergi meninggalkan kamar itu. Di luar Zaki telah menunggunya.

Pukul tujuh pagi, ponsel Kinara bergetar nyaring. Nama rumah sakit yang beberapa minggu ini menunggu kedatangannya muncul di layar. Itu hari pertamanya bekerja, hari yang seharusnya ia sambut dengan bahagia. Tangannya bergerak mencari ponselnya, namun tanpa sengaja malah menjatuhkan kartu nama itu ke lantai.

Namun saat membuka mata, dunianya seakan runtuh. Dia mendapati dirinya berada di ranjang hotel, tubuhnya tanpa busana. Panik segera menghantam, jantungnya berdegup tak karuan, pikiran kacau, ingatan semalam seperti kabur tertelan gelap.

"Astaga, apa yang telah ku lakukan?" bisiknya menggenggam erat selimutnya. Dengan tangan gemetar ia segera meraih pakaian yang berserakan dan mengenakannya, mencoba melupakan mimpi buruk itu, meski rasa takut masih mencengkeram. Saat hendak beranjak, dia melihat sesuatu di atas nakas, Kinara meraihnya dengan tangan bergetar, sebuah kalung perak yang tergeletak di sana.

Benda itu terasa dingin di telapak tangannya, tapi justru membuat dadanya berdebar keras.

'Kalung ini … pasti milik orang itu,' gumam Kinara menggenggam benda perak tersebut.

Ponselnya terus bergetar, panggilan itu dari pihak rumah sakit. Tetapi, Kinara mengabaikannya.

Suasana rumah sakit pagi itu sibuk. Para perawat berlalu-lalang, dokter memeriksa berkas pasien, dan suara alat medis berbaur dengan panggilan dari pengeras suara. Di tengah hiruk pikuk itu, Kinara Zhao Ying melangkah tergesa-gesa. Napasnya masih tersengal, wajahnya pucat, mata sembab bekas tangis yang berusaha ia tutupi dengan sedikit bedak.

Hari pertama bekerja, seharusnya menjadi hari paling berharga, justru terasa seperti mimpi buruk yang tak berkesudahan.

“Dokter Kinara, dimohon ke ruang manajer sekarang juga,” suara dari resepsionis membuat langkahnya terhenti, jantungnya berdetak kencang.

Dengan kepala tertunduk, Kinara mengetuk pintu. Dari dalam terdengar suara tegas.

“Masuk.”

Manajer rumah sakit, pria paruh baya dengan kacamata tebal, menatap Kinara tajam dari balik meja.

“Dokter Kinara, hari ini adalah hari pertama Anda. Tapi Anda datang terlambat hampir satu jam. Apa Anda tahu betapa tidak profesionalnya itu?”

Kinara menunduk semakin dalam, jemarinya saling meremas. “Saya minta maaf, Pak. Tadi ada… kendala di jalan. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Tolong beri saya kesempatan untuk membuktikan diri.”

Manajer menghela napas panjang. “Ingat, reputasi rumah sakit ini dipertaruhkan. Saya tak peduli siapa Anda, semua dokter harus profesional. Saya harap Anda menepati janji.”

Kinara mengangguk cepat. “Iya, Pak. Terima kasih atas pengertiannya.”

Begitu keluar dari ruangan, Kinara menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya. Namun langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok yang sangat ia kenal.

Sahabat yang semalam mengantarnya ke kamar hotel. Sosok yang seharusnya menjadi pelindung, kini justru menjadi bayangan paling menakutkan.

“Savira…” suara Kinara serak, matanya bergetar menahan emosi. “Kenapa? Kenapa kamu tega melakukan itu padaku?”

Savira hanya tersenyum miring, kedua tangannya bersedekap. Tatapannya dingin, penuh kemenangan.

“Akhirnya kamu sadar juga, Kinar. Aku sudah muak melihatmu selalu di atas. Semua orang memuji Kinara si sempurna, Kinara si pintar, Kinara si juara. Sementara aku? Tak pernah ada yang benar-benar memandangku.”

Kinara menggenggam erat tasnya, tubuhnya bergetar.

“Itu bukan alasan untuk menghancurkan hidupku, Savira! Aku percaya sama kamu … aku anggap kamu saudara sendiri!”

Tawa kecil lolos dari bibir Savira, penuh ejekan.

“Justru karena itu aku benci padamu. Dan semalam … hanyalah permulaan, Kinar. Anggap saja hadiah perpisahan dari ‘sahabat terbaikmu."

"Apakah pria tua semalam cukup menyenangkan kamu? Sepertinya iya," Cibir Savira melihat tanda merah di leher Kinara.

Plak!

Kinara menampar Savira.

"Aku akan mengingat semua perlakuan kamu ini,"

Savira, tersenyum. Senyum licik itu membuat darah Kinara membeku. Ada rasa sakit yang lebih dalam daripada luka fisik dan pengkhianatan.

Kinara menatap Savira dengan mata berkaca-kaca, lalu berbalik meninggalkannya. Dalam hati, ia berjanji tak akan pernah lagi membiarkan dirinya diinjak-injak.

1
IbuNa RaKean
knp ga ada pengumuman c tuh d RS kalo Savira bukan tunangan arvino lagi🤭biar ga merajalela trs tuh Mak Lampir..
tp lbih bgus skr lgsg d pecat
sryharty
dasar ma lampir
udah salah belaga playing victim lagi
Ucio
Lambat Vino,tapi boleh la tambh tamparan nya lagi
Teh Euis Tea
dasar ular betina jahat bgt
Ddek Aish
akhirnya terbebas dari ulat bulu
Kimo Miko
woi...... babi ngepet gak salah ? justru kamu yang seolah olah jadi korban waktu itu padahal kamu yang menjerumuskan kinara , kau buat kinara gak sadar. dasssaaarrr parahhh!!!
Kimo Miko: 🤭🤭🤭🤭🤭🤭😁
total 2 replies
ken darsihk
Eehhh Savira di sini yng jahat lo ya , koq membalikkan fakta seperti nya lo yng paling tersakiti 😠😠😠
Lusi Hariyani
sebelum y km yg merebut posisi kinara hei savira malah skrg seolah2 km yg terluka dasar pelakor g th diri
Ucio
Wah ular berbisah mulai menebar racunny
sum mia
yeesss....lega , kakek Prasetyo sadar dan Kinara segera bawa ke KUA .
Zaki.... segera urus semua berkas pernikahan Arvino dan Kinara .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Lisa: Yee akhirnya Arvino segera menikahi Kinara..Kakek juga sadar kembali
total 1 replies
sum mia
yes....untung Arvino datang tepat waktu .
dan Arvino harus pantau terus Kinara dan Ethan di manapun mereka berada . karena Savira dan Andrian selalu mengikuti mereka dan mencari celah untuk menghasut Kinara .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Wiwi Sukaesih
akhrny bs nafas lega ..Kinara sudah tau siapa Daddy Ethan
up LG Thor 😍
Citra
keren vino 👍 langsung digas kan aja jgn nunggu2 lg
ken darsihk
Yesss lah keputusan yng tepat Arvino dan harus di ingat , kamu harus menjaga mereka dari si uler keket Savira dan Andrian
ken darsihk
Pagi author ❤❤
Aisyah Alfatih: pagi kak 💕
total 1 replies
Kimo Miko
maannntaaaffff..... langsung ngaciiirrrrr...... ke kua ya. zakiiiiii..... segera berangkat urus semuanya besok stau hari ini ijab qobul👍🤭😁
Eva Karmita
lanjut thoooorr...🔥💪🥰
Esther Lestari
segera nikahi Kirana dan jangan biarkan ulat bulu Savira menganggu nya Vino
IbuNa RaKean
brrti ethan tuh cucu buyut ny Prasetya ya thorr,ayah ny vino sudah meninggal ya🤔
Aisyah Alfatih: cicitnya kak 😁
total 1 replies
Kimo Miko
wah .... vino... kamu so sweet banget... tak malu untuk mempublikasikan siapa kinara dan ethan.... 👍👍👍👍👍🤭🤭🤭😍😍😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!