Liam, seorang DJ tampan di sebuah diskotik mewah, terperangkap dalam lingkaran setan. Ia dipaksa menjadi "pria bayaran" oleh Mr. Ricardo, pemilik diskotik yang kejam. Liam terpaksa menerima tip dari para wanita kaya, meski hatinya menolak. Ia berusaha bebas, namun ancaman Mr. Ricardo dan desakan teman-temannya membuatnya terjebak. Suatu malam, Amanda, seorang wanita muda kaya raya yang sering berkunjung ke diskotik tersebut, tertarik pada Liam. Amanda terbiasa mendapatkan apa saja yang diinginkannya dengan uangnya, namun Liam berbeda. Liam tidak tertarik pada uang Amanda, dan ini justru membuat Amanda semakin tertarik padanya. Amanda menawarkan Liam uang sebesar dua miliar rupiah untuk menjadi miliknya. Tawaran ini menjadi titik balik dalam hidup Liam. Apakah Liam akan menerima tawaran Amanda dan bebas dari jeratan Mr. Ricardo? Atau akan ada konflik yang akan terjadi? Akankah cinta mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Fox_wdyrskwt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
༺ ༻ BAB 1 ༺ ༻
...✧༺♥༻✧...
...✧༺♥༻✧...
...✧༺♥༻✧...
Disuatu pagi Kabut tipis menyelimuti perkampungan kumuh di pinggiran kota metropolitan yang ramai. Lampu-lampu neon dari gedung pencakar langit membiaskan cahaya redupnya ke jalanan tanah yang berlubang, menerangi deretan rumah reyot yang berjejer tak beraturan.
Di salah satu rumah kecil yang nyaris ambruk, Liam Alessandro Reyes terbangun dari tidurnya yang tak nyenyak. Liam saat ini Berusia 28 tahun, namun beban hidup seakan telah menua dirinya jauh lebih cepat.
Wajah tampannya yang dikaruniai garis tegas dan mata gelap yang menyimpan sejuta cerita, tak mampu menutupi kesedihan yang terpancar dari sorot matanya, kesedihan dam trauma yang mengantuk dirinya.
Liam hidup sendirian. Kenangan pahit tentang pembantaian keluarganya ketika ia masih kecil menghantuinya di setiap malam.
Bayangan orangtuanya dan adik perempuannya yang masih balita, tergeletak bersimbah darah, masih jelas terukir di benaknya.
Dimana Setelah pembantaian itu, ia dijual oleh bibinya sendiri kepada Mr. Ricardo Silas, pemilik diskotik mewah Inferno.
Sejak usia 15 tahun, Liam menjadi benda atau Alat yang diperjualbelikan, dipaksa untuk menerima tip dari para wanita kaya yang datang ke Inferno. Ia terpaksa menjalani kehidupan yang tak pernah ia inginkan.
Tubuhnya lelah, pikirannya kacau. Aroma alkohol dan keringat masih melekat di pakaiannya yang lusuh. Setiap hari ia menjalani rutinitas yang sama bangun, bersiap, pergi ke Inferno, melayani para tamu, kembali ke rumah kecilnya, dan tertidur dalam kesunyian yang mencekam.
Ia mencoba melupakan masa lalunya, namun bayang-bayang itu selalu mengikutinya. Ia ingin bebas, ingin hidup normal, namun ancaman Mr. Ricardo selalu membayangi.
Mr. Ricardo selalu mengingatkannya akan hutang budi yang tak akan pernah bisa ia lunasi. Hutang budi yang telah menghancurkan hidupnya.
Disuatu pagi Liam menatap cermin kecil yang retak. Wajahnya yang tampan kini tampak pucat dan lelah. Matanya yang dulu berbinar kini redup dan hampa. Namun, di balik kesedihan itu, ada percikan harapan kecil yang masih menyala.
Harapan untuk suatu hari nanti bisa bebas dari jeratan Mr. Ricardo dan membangun kehidupan baru. Harapan itu, sekecil apapun, menjadi satu-satunya yang membuatnya tetap bertahan.
Liam menghela napas panjang, mencoba meredakan gejolak di dalam hatinya. Ia berjalan menuju jendela kecil yang menghadap ke jalanan kumuh. Suara bising dari kota besar terdengar samar-samar, membuatnya merasa semakin terasing.
Ia memejamkan mata, membiarkan kenangan pahit kembali menyeruak. Bau anyir darah, tangisan adik perempuannya, dan wajah ayahnya yang bersimbah darah… Semua itu kembali menghantuinya.
Tiba-tiba, suara samar dari radio tua di sudut ruangan menarik perhatiannya. Sebuah lagu mengalun pelan, melodi yang sendu dan menyayat hati. Lagu itu seakan mengerti kesedihan yang tengah ia rasakan.
Liam duduk di kursi usangnya, menatap radio tua itu dengan tatapan kosong. Ia tak ingat kapan terakhir kali ia mendengarkan musik.
Kehidupan di Inferno telah merampas segalanya darinya, termasuk kesenangan sederhana seperti mendengarkan musik.
Setetes air mata jatuh membasahi pipinya yang kasar. Ia menghapusnya dengan kasar, tak ingin menunjukkan kelemahan di hadapan dirinya sendiri. Ia harus kuat. Ia harus bertahan.
Ia harus mencari cara untuk keluar dari kehidupan yang telah menghancurkannya ini. Ia berjanji pada dirinya sendiri, suatu hari nanti ia akan bebas.
Ia akan meninggalkan Inferno dan memulai kehidupan baru, jauh dari bayang-bayang masa lalunya.
Namun, di tengah kesunyian malam itu, sebuah bayangan lain mulai muncul di benaknya. Bayangan seorang wanita muda yang kaya raya, yang selalu datang ke Inferno.
Wanita itu bernama Amanda Valkyrie Alistair yang berusia 25 tahun. Amanda yang selalu memperhatikannya dari kejauhan, dengan tatapan yang sulit ia artikan.
Apakah Amanda adalah malaikat penyelamatnya? Atau justru akan menjadi ancaman baru baginya? Pikiran itu membuatnya semakin gelisah. Ia harus bersiap. Ia harus menghadapi apa pun yang akan terjadi esok hari.
...✧༺♥༻✧...
Bau alkohol dan keringat memenuhi ruangan ganti yang sempit dan pengap itu. Liam duduk di bangku kayu yang sudah lapuk, mencoba mengabaikan rasa mual yang menyerang perutnya.
Ia lelah, badan dan pikirannya sama-sama lelah. Ia ingin sekali melepaskan diri dari kehidupan ini, namun ancaman Mr. Ricardo selalu menghantuinya.
Suara berat dan tegas Mr. Ricardo memecah kesunyian. Pria tua itu berdiri di ambang pintu, wajahnya yang bengis seakan mampu membuat siapa pun gemetar ketakutan.
"Kau pikir kau hanya bermalas-malasan di sini, hah?"
Menatap liam dengan tajam.
"Bagaimana bisa kau mendapatkan uang jika hanya duduk-duduk saja?" suaranya menggelegar, menimbulkan getaran di dada Liam.
Mr. Ricardo melangkah mendekat, bayangannya jatuh di dinding, membuat ruangan semakin terasa sesak. "Sekarang, keluarrrr! " Teriak kan nya menggema di ruangan itu.
"Ada pria kaya di sana." menarik liam keluar dengan paksa.
"Dia ingin pria sepertimu… layani dia!" menunjuk unjuk dada Liam.
"Ajak dia minum, buat dia senang! Dan… jika sudah selesai, berikan hasil uangmu padaku! Jika banyak keuntungan, kau akan mendapat banyak uang! Maka dari itu, bersiaplah!"
Mr. Ricardo menunjuk Liam dengan jari telunjuknya yang kokoh. Ancaman tersirat dalam setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Liam mengangguk patuh, tak berani membantah. Ia tahu, jika ia membantah, akibatnya akan jauh lebih buruk. Ia bangkit dari duduknya, merasakan tubuhnya gemetar.
Ia harus melakukannya lagi. Ia harus melayani pria kaya itu, untuk mendapatkan uang dan menebus hutang yang tak pernah habisnya. Ia menghela nafas panjang, mencoba mengumpulkan sisa-sisa kekuatan yang ada dalam dirinya.
Ia harus bertahan. Ia harus tetap bertahan. Ia berjanji pada dirinya sendiri, suatu hari nanti ia akan bebas dari jeratan ini.
Liam berjalan tertatih menuju ruangan utama diskotik Inferno. Lampu remang-remang dan musik keras membuat kepalanya sedikit pusing. Bau alkohol dan parfum wanita memenuhi ruangan, membuat tenggorokannya terasa kering.
Ia melihat Mr. Ricardo sudah berada di meja VIP, berbincang dengan seorang pria paruh baya yang berpakaian mahal. Pria itu tampak sedang mabuk, tertawa terbahak-bahak tanpa sebab.
Dengan langkah gontai, Liam mendekati meja VIP itu. Jantungnya berdebar kencang, merasakan campuran rasa takut dan jijik.
Ia harus melayani pria ini, melakukan apa pun yang pria itu inginkan. Ia harus menahan rasa mual yang kembali menyerang perutnya. Ia harus kuat. Ia harus bertahan.
"Selamat malam, Tuan," ucap Liam dengan suara serak, mencoba bersikap profesional.
Pria itu menatapnya dengan mata setengah tertutup, tersenyum sinis.
"Duduklah, Nak," kata pria itu dengan suara berat dan mabuk.
"Minumlah bersamaku." pria kaya itu mencoba membelai rambut liam dan dengan cepat Liam menghindar.
Liam duduk di kursi yang disediakan, merasakan tatapan pria itu yang tak lepas darinya. Pria itu terus menuangkan minuman keras ke gelasnya, lalu menyuruh Liam minum bersamanya.
"Maaf tuan, sepertinya anda sudah tak mampu lagi minum" liam berusaha untuk membuat pria itu berhenti minum.
"eh...mengapa hm... aku masih ingin" tatapan pria yang mengoda liam dan mengusap pahanya.
Liam terpaksa menuruti perintah itu, meski perutnya sudah mulai mual. Ia merasakan rasa jijik yang semakin kuat, namun ia harus menahannya. Ia harus bertahan. Ia harus mendapatkan uang itu.
Sepanjang malam, Liam melayani pria kaya itu. Ia dipaksa untuk minum, mendengarkan cerita-cerita tak penting, dan melakukan segala sesuatu yang diinginkan pria itu.
Liam menahan rasa mual dan jijiknya, hanya untuk mendapatkan uang yang cukup untuk membayar hutang pada Mr. Ricardo. Ia berharap malam ini akan cepat berakhir.
...✧༺♥༻✧...
Tubuh Liam terasa remuk. Setelah melayani pria kaya itu, rasa mual dan kelelahan semakin menjadi-jadi. Ia berjalan tertatih menuju ruangan sempitnya, ingin segera beristirahat.
Namun, belum sempat ia duduk, Mr. Ricardo sudah kembali menghampirinya.
"Kau pikir sudah selesai sampai di situ saja?...." teriak Mr. Ricardo, suaranya menggelegar.
"Malam ini kau harus menjadi DJ! ...."
"Aku sudah melihatmu bermalas-malasan sepanjang malam! Kau pikir kau bisa mendapatkan uang dengan hanya duduk-duduk saja?!"
Liam hanya bisa menunduk, tak berani membantah. Ia sudah sangat lelah, tubuhnya terasa remuk, namun ia tak bisa menolak perintah Mr. Ricardo. Ia tahu akibatnya akan jauh lebih buruk jika ia membantah.
Melihat Liam yang tampak tak berdaya, Mr. Ricardo mengeluarkan senjata andalannya: sebuah sabuk kulit tebal dengan gesper besar dan berat. Liam sedikit gemetar, merasakan ancaman yang tersirat dalam gerakan Mr. Ricardo.
Dengan suara bergetar, Liam memohon, "Mr. Ricardo… beri aku lima menit…"
"setelah itu aku janji...aku... aku akan segera tampil…"
Mr. Ricardo menatap Liam dengan tatapan tajam. "Lima menit? Baiklah," katanya dengan nada mengancam.
"Tapi… ingat! Kau tahu kan apa yang akan kulakukan jika kau berontak?!" Ia memanggil salah satu anak buahnya, Rico. "Sudah kubilang, turuti saja perintahku!"
Rico mengangguk, menunjukkan kesetiaannya pada Mr. Ricardo. Liam hanya bisa menghela nafas panjang, mencoba mengumpulkan sisa-sisa tenaganya.
Ia harus tampil. Ia harus bertahan. Ia harus melewati malam ini. Ia harus terus bertahan, meski hatinya sudah tak kuat lagi.
...✧༺♥༻✧...
...Bersambung......
terima kasih sudah mampir karyaku yaaa