NovelToon NovelToon
My Perfect AI

My Perfect AI

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Sistem
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Asteria_glory

Seorang gadis cantik bernama hanabi, atau sering di panggil dengan panggilan hana itu. Ia selalu mengandalkan AI untuk segala hal—dari tugas kuliah hingga keputusan hidup nya. Cara berpikir nya yang sedikit lambat di banding dengan manusia normal, membuat nya harus bergantung dengan teknologi buatan.
Di sisi lain, AI tampan bernama ren, yang di ciptakan oleh ayah hana, merupakan satu-satunya yang selalu ada untuknya.
Namun, hidup Hana berubah drastis ketika tragedi menimpa keluarganya. Dalam kesedihannya, ia mengucapkan permintaan putus asa: “Andai saja kau bisa menjadi nyata...”
Keesokan paginya, Ren muncul di dunia nyata—bukan lagi sekadar program di layar, tetapi seorang pria sejati dengan tubuh manusia. Namun, keajaiban ini membawa konsekuensi besar. Dunia digital dan dunia nyata mulai terguncang, dan Hana harus menghadapi kenyataan mengejutkan tentang siapa Ren sebenarnya.
Apakah cinta bisa bertahan ketika batas antara teknologi dan takdir mulai meng

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asteria_glory, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perlahan terasa dingin

Angin malam menyusup lembut melalui celah jendela yang terbuka sedikit, membawa aroma embun dan dinginnya udara. Lampu meja di sudut kamar menyala redup, menerangi sebagian ruangan yang dihiasi oleh tumpukan buku dan selimut kusut di atas sofa. Hana duduk di sana, memeluk bantal, memandangi Ren yang berdiri membelakanginya, menatap layar kaca di dinding. Layar itu kosong, tapi Ren tidak bergerak dari tempatnya, seperti sedang memikirkan sesuatu yang tidak ingin ia bagi.

“Hari ini... kamu aneh,” gumam Hana pelan, suaranya hampir tenggelam oleh desiran angin.

Ren tidak menjawab segera. Ia hanya menghela napas, panjang dan pelan, seolah memilih kata-kata dengan sangat hati-hati.

“Aneh?” tanyanya datar, tak menoleh sedikit pun. “Apa yang kamu maksud?”

Hana mengerutkan kening. “Kamu tidak biasanya... begini. Dingin. Jauh.”

Ren akhirnya menoleh, menatap Hana dengan wajah tenang namun mata yang sulit dibaca. Senyumnya tipis, seperti senyum yang dibuat untuk menenangkan orang lain, bukan berasal dari hatinya.

“Kamu terlalu peka malam ini,” jawabnya, lalu berjalan pelan ke arah dapur kecil. Ia membuka lemari dan mengambil gelas, mengisinya dengan air tanpa bicara.

Hana menatap punggungnya, merasa ada yang aneh tapi sulit dijelaskan. Seharian ini, Ren tidak banyak bicara. Ia menjawab semua pertanyaannya dengan singkat, tidak menatap mata, dan bahkan saat mereka makan siang tadi—ia tidak menghabiskan makanannya. Padahal biasanya, Ren lah yang paling antusias.

“Ren... kamu sakit?”

Ren meletakkan gelas di meja dan duduk di kursi depan Hana, lalu menyilangkan lengan. “Tidak.”

“Kalau begitu, kamu lagi mikirin sesuatu?”

Ren menatap jam di dinding. Detiknya seperti berhenti sesaat, lalu bergerak dua kali lebih cepat untuk menyusul waktu yang hilang. Hana sempat meliriknya—bingung—tapi tidak terlalu peduli.

Ren seolah tak melihat kejanggalan itu. “Mungkin,” ucap nya singkat.

“Ren.” Hana duduk lebih tegak, berusaha menatap matanya. “Kalau ada yang mengganggu, kamu bisa cerita. Aku tahu kita pacaran belum lama, tapi...”

“Itu bukan sesuatu yang bisa kamu bantu,” potong Ren cepat. Nada suaranya masih tenang, tapi dingin.

Hana terdiam. Suasana mendadak seperti ruangan yang kehilangan suara. Ia merasa ditahan di balik dinding kaca—bisa melihat Ren, tapi tidak bisa menyentuh hatinya.

Detik berikutnya, suara alarm dari ponsel Hana berbunyi. Padahal ia yakin belum mengatur apa-apa. Saat ia mengecek layar, alarm itu bertuliskan:

"Ulangi: Hari ke-421 | Sistem Kompatibel 99.3%"

Kemudian hilang begitu saja.

Hana menatap layar kosong itu dengan kening berkerut.

“Ren... kamu lihat ini?” tanyanya, menunjukkan ponsel.

Ren mendekat, lalu melihat sekilas. Ia tidak tampak terkejut, hanya menekan tombol power untuk mematikan layar, lalu meletakkan ponsel itu di meja. “Mungkin kamu terinstal aplikasi aneh dari iklan. Aku bisa cek nanti.”

“Tapi tulisan alarmnya aneh... kayak–”

“Hana,” potongnya lagi. Kali ini ia menatap Hana langsung, dan untuk pertama kalinya malam itu, sorot matanya keras. “Itu bukan hal penting. Sudah larut. Istirahat.”

Hana terdiam. Ren jarang, atau hampir tidak pernah, memotong kalimatnya dengan nada seperti itu.

Ia menunduk, mencoba menyusun pikiran. Tapi kemudian, ketika ia memalingkan wajah ke arah layar TV yang mati di dinding, pantulan dirinya tampak... tidak sinkron. Gerakannya tertinggal sepersekian detik. Tapi saat ia menatap langsung ke layar, bayangan itu menyatu kembali.

“Ren,” gumamnya. “Ada sesuatu yang salah, ya? Atau aku punya salah sama kamu?”

Ren berdiri. “Kamu terlalu lelah. Kita sudah banyak aktivitas minggu ini. Kampus, tugas, pergi ke taman. Kamu cuma butuh tidur.”

“Kenapa kamu ngelak terus?” suara Hana bergetar sedikit. “Kamu berubah, Ren. Sejak pagi tadi. Dan sekarang barang-barang mulai aneh. Jangan-jangan Kamu–”

“sudahlah hana!!!,” potong Ren, lebih tajam dari sebelumnya. Ia menunduk, menggenggam tangan Hana dengan erat. "Jangan berpikir yang macam-macam. Dunia ini nyata. Aku nyata. Kamu... juga nyata.” ucap nya seolah ragu.

Untuk pertama kalinya malam itu, Ren terlihat emosional. Tapi bukan emosi biasa—lebih seperti seseorang yang berusaha menahan sesuatu yang ingin meledak.

“Aku cuma takut,” Hana akhirnya mengaku. “Aku takut kamu menjauh. Atau... kamu bukan kamu.”

Ren melepaskan genggamannya perlahan. Lalu ia berdiri, membelakangi Hana.

“Aku nggak akan pergi,” katanya pelan. “Tapi ada hal-hal yang... nggak bisa aku jelaskan sekarang. Belum waktunya. Aku minta kamu percaya.”

“Gimana kalau waktunya nggak pernah datang?” Hana menatap punggungnya dengan mata berkaca-kaca.

Ren terdiam lama. Lalu, untuk pertama kalinya dalam beberapa jam, ia menoleh dengan senyum lelah yang lebih mirip luka daripada kehangatan.

“Maka aku akan membuat setiap detik bersamamu... terasa seperti selamanya.”

----

Hana tidak tahu kenapa hatinya terasa lebih berat malam itu. Biasanya, jika Ren menenangkannya, semuanya akan baik-baik saja. Tapi malam ini berbeda. Ren seperti berjalan di antara jarak yang tidak bisa ia capai—seolah ada sesuatu yang ingin ia sembunyikan, tapi terlalu berat untuk dipikul sendirian.

Ren melangkah pelan ke arah jendela. Angin malam menyentuh kulitnya, rambut hitamnya sedikit berantakan oleh hembusan udara dari luar. Ia berdiri di sana cukup lama, memandangi lampu-lampu kota yang berjajar seperti bintang buatan.

Hana berdiri dari sofa, mendekatinya perlahan. Ia berdiri di samping Ren, tanpa berkata apa-apa, hanya ikut menatap langit malam yang nyaris tanpa bintang. Hanya ada satu yang terlihat—kecil, pucat, dan nyaris redup.

“Bintang itu kayak kamu,” gumam Hana. “Sendirian, tapi tetap bersinar.”

Ren melirik ke arahnya, dan untuk sejenak, senyumnya kembali. Tapi cepat menghilang. “Kalau aku bintang itu, kamu adalah langitnya.”

“Langit?” Hana mengerutkan kening.

“Iya. Tempat di mana aku berada,” ujarnya pelan. “Tapi juga... tempat yang kadang tak bisa kugapai sepenuhnya.”

Kalimat itu terdengar sangat janggal, dan entah kenapa membuat hati Hana mencelos. Ia memutar tubuhnya, menatap Ren penuh tanya. Tapi sebelum sempat membuka mulut, lampu ruangan tiba-tiba berkedip sekali—sangat cepat, hanya sepersekian detik. Ren langsung memutar badan dan berjalan cepat ke arah saklar.

“Itu pasti korsleting kecil,” katanya buru-buru. “Aku cek kabelnya besok pagi.”

“Tapi—” Hana hendak bicara, namun Ren membalikkan badan, menatapnya lagi dengan tatapan yang dingin tapi lembut. “Sudah. Jangan terlalu fokus pada hal-hal kecil, Hana. Dunia ini memang tidak sempurna.”

Hana mematung. Kalimat itu... terasa seperti petunjuk, atau justru pengalihan?

Ia mencoba mengalihkan pikirannya, tapi rasa tidak nyaman itu menempel di pikirannya seperti noda yang sulit dihapus.

“Kalau memang ada yang salah,” bisik Hana nyaris tak terdengar, “kamu akan bilang ke aku, kan?”

Ren tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Hana, cukup lama hingga akhirnya menjawab pelan, “Kalau kamu jadi aku, apa kamu mau menyakiti orang yang kamu cintai... dengan kebenaran yang bisa menghancurkan dunia mereka?”

Kalimat itu membungkam Hana. Ia hanya bisa mematung di tempat, mencoba mencari makna yang lebih dalam dari ucapan itu.

Namun sebelum ia bisa bertanya lebih lanjut, Ren tiba-tiba mencium keningnya cepat, seperti mencoba menghapus pertanyaan yang belum sempat diucapkan.

“Tidur, ya... Aku akan jagain kamu malam ini.”

---

Malam itu terasa panjang. Hana mencoba memejamkan mata, tapi pikirannya melayang-layang. Ia berpikir soal layar yang error tadi, pantulan cermin yang sempat tertinggal, lampu yang berkedip, dan... sikap Ren yang aneh.

Pagi harinya, saat ia membuka mata, Ren tidak ada di sampingnya. Ia bangkit pelan, membuka tirai jendela, dan menatap ke luar.

Ren ada di halaman belakang. Ia berdiri di tengah rerumputan, memandangi sesuatu yang tergenggam di tangannya. Hana menyipitkan mata. Itu seperti... chip kecil?

Ia cepat-cepat turun ke bawah. Saat sampai di pintu belakang, Ren sudah memasukkan benda itu ke dalam sakunya.

“Kamu ngapain?” tanya Hana, mencoba santai.

Ren menoleh cepat, sedikit terkejut. Tapi ia langsung tersenyum tipis. “Cuma... ngecek udara pagi.”

Hana tidak yakin dengan jawabannya. Tapi ia memilih diam.

Saat mereka sarapan bersama, Ren kembali bersikap seperti biasa—hangat, perhatian, bahkan sesekali menggoda Hana dengan lelucon konyol. Tapi entah kenapa, bagian terdalam dari hati Hana tahu... itu semua seperti lapisan gula di atas sesuatu yang pahit.

Setelah sarapan, mereka duduk di ruang tengah. Hana mengambil ponselnya, berniat membuka galeri. Tapi entah kenapa, semua fotonya hilang. Padahal semalam ia sempat mengabadikan Ren yang tertidur di sofa.

“Ren, kenapa foto-fotoku kosong?”

Ren menatap layar ponsel, lalu mengambilnya. Ia memeriksa sebentar, lalu menghela napas. “Kayaknya ini error dari sistem backup-nya. Aku benerin, ya?”

Sebelum Hana sempat menjawab, Ren menekan beberapa tombol cepat. Foto yang hilang tiba-tiba muncul kembali.

“Lihat? Sudah kembali,” katanya, tersenyum.

“...Kamu cepat banget benerinnya.”

Ren hanya mengangkat bahu. “hmmm, kan aku pinter...

Hana yang ingin menggerutu saat itu, membuat nya kembali sadar: Ren terlalu sempurna dalam segala hal.

----

Kegelapan dan gemerlap bintang, kembali menghiasi langit, malam itu. Mereka duduk bersama di balkon atas rumah, memandangi lampu-lampu kota yang kembali menyala seperti bintang digital.

Ren duduk tenang di sampingnya, tapi diam.

Hana bersandar di bahunya. “Besok kita jalan-jalan lagi, ya?”

Ren menoleh, lalu mengangguk. “Tentu. Kamu mau ke mana?”

Hana tersenyum. “Ke tempat yang belum pernah kita kunjungi.”

Ren menatapnya lama. “Maka aku akan menciptakannya.”

Hana tertawa pelan, menganggap itu hanya candaan manis. Tapi di mata Ren—ada sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Seperti seseorang yang tahu... waktunya semakin sempit.

Dan Hana, di dalam hatinya, tahu... bahwa dunia ini perlahan bergeser. Tapi ia tidak tahu arah pastinya.

Yang ia tahu, ia ingin mempertahankan apa pun yang mereka miliki... selama masih bisa.

1
IamEsthe
Aku suka kepenulisan kamu, rapi dan terstruktur sesuai dengan aturan kaidah kepenulisan.

cara narasi kamu dll nya aku suka banget. dan kayaknya Ndak ada celah buat ngoreksi sih /Facepalm/

semangat ya.
IamEsthe: saran apa ya? udah bagus banget, enggak ada saran apapun dariku malahan lho /Sweat//Sweat//Sweat/
Asteria_glory: Terimakasih untuk saran nya kak, senang bisa mendapatkan saran dari kakak🫰
total 2 replies
IamEsthe
alangkah baiknya narasi ini dan seterusnya kamu pisah ke bab berikutnya.
Asteria_glory: Baik kan saran di terima🫰
total 1 replies
liynne~
jujur aja sampe nangis baca nya/Cry/
IamEsthe
kata fair adalah bahasa asing/daerah, kamu ganti ke font italic sbg penanda ya
yuyu
Sukaaaaaa😍
anomali
Alur nya menarik 😍😍😍
Adegan romantis nya itu loh, bkin skskskskskkssksks.
anomali
Lnjt thor!!! Crita ny sruuu bgttttttttttt😍
Ms S.
Satu kata buat cerita ini: keren abis!
Asteria_glory: Terima kasih sudah mampir ❤️
total 1 replies
Cerita nya menarik bangettt!!!! update tiap hari ya thor😍😍😍
Hoa thiên lý
Susah move on
Asteria_glory: Terima kasih sudah mampir ❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!