Sinopsis:
Cerita ini hanyalah sebuah cerita ringan, minim akan konflik. Mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari Bulbul. Gadis kecil berusia 4 tahun yang bernama lengkap Bulan Aneksa Anindira. Gadis ceria dengan segala tingkahnya yang selalu menggemaskan dan bisa membuat orang di sekitar geleng-geleng kepala akibat tingkahnya. Bulbul adalah anak kesayangan kedua orangtua dan juga Abangnya yang bernama Kenzo. Di kisah ini tidak hanya kisah seorang Bulbul saja, tentunya akan ada sepenggal-sepenggal kisah dari Kenzo yang ikut serta dalam cerita ini.
Walaupun hanya sebuah kisah ringan, di dominan dengan kisah akan tawa kebahagian di dalamnya. Akan tetapi, itu hanya awal, tetapi akhir? Belum tentu di akhir akan ada canda tawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yuliani fadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12 cerita di supermarket
Di SMA Pelita Nusantara, yakni tempat dimana seorang Kenzo Adibrata bersekolah. Kebetulan sekarang jam istirahat tengah berlangsung.
Kenzo berjalan dengan santai di koridor menuju kantin hanya untuk sekedar mengisi perutnya, yang sudah koar-koar minta diisi.
"HEH! SUPRI, SUSAN!" panggil Kenzo setengah berteriak melihat kedua temannya tengah berjalan beriringan di hadapannya.
Kenzo terulur menggeplak kepala kedua temannya itu dari belakang. "Lu, berdua kenapa kagak nungguin gue, Sukinem!"
"Lu, yang lama, Marpuah! Cacing di perut gue udah koar-koar minta diisi!" sahut Gibran sambil menendang pelan betis Kenzo, tak lupa tangannya mengusap belakang kepalanya akibat geplakan yang di berikan Kenzo tadi.
"Iye, gue juga, lu sih, ngerjain tugas ulangan gitu aja lama!" Satria menimpali ucapan Gibran.
Kenzo mendengkus, "Lu, kan tau gue kagak ngerti dan belom pasif bahasa enggres! Kenapa lu pada kagak kasih gue contekan, Malih!"
"Ya, gue juga sama, Malih! Gue aja cuman ngitung kancing doang!" sahut Gibran. Ketiganya sambil berjalan beriringan menuju kantin, tempat dimana surga dunia para pelajar.
"Supri, Susan. Lu pada liat tuh cewek?" celetuk Kenzo tiba-tiba bertanya, sambil menepuk-nepuk kedua tangan temannya dan menunjuk cewek yang tengah berjalan dari penjual makanan menuju meja pojok sana.
Geplakan pada kepala Kenzo di berikan oleh Gibran dan Satria. "Supri, supri! Nama gue Gibran! Jojo!"
"Lu, hobi banget ngeganti nama orang yah, nama gue Satria, nyet bukan Susan!" sewot Satria menatap Kenzo dengan bola mata yang melotot.
Kenzo berdecak, kali ini bagian dirinya yang mengelus belakang kepalanya yang terasa lumayan sakit. "Ck! Emang bener, kan nama lo, Supriyanto Gibran Maheswara. Ya, wajar dong gue panggil lu Supri!"
"Lu, juga!" ujar Kenzo menunjuk Satria. "Nama lu, Satria Alsusanto, suka-suka gue dong mau nyebut lo apaan. Lagian nama Susan lebih asoy melehoy daripada Satria!" sambung Kenzo tersenyum dua jari sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Keduanya mendelik tajam ke arah Kenzo. "Fiks, yang namanya KENZO jangan di temenin!" ujar Gibran berjalan beriringan bersama Satria. Meninggalkan Kenzo.
"Udah bro kita makan aja. Kita harus bener-bener sabar temennan sama dedemit!" sahut Satria.
"Iya, bro, bener-bener MENGHADEHKAN emang!" timpal Gibran dan segera duduk di kursi kantin. Diikuti oleh Sartia lalu Kenzo.
Kenzo memberhentikan laju sepeda motornya tepat di dalam garasi rumahnya. Bergegas turun dari motor itu dan segera melangkah memasuki rumah bernuansa putih itu.
Atensinya menatap Bulbul yang tengah duduk bersandar di sofa ruang tamu, pandangan gadis itu menatap fokus pada layar televisi, sambil sesekali tertawa dan berbicara sendiri.
Kenzo menghampirinya menyimpan asal tas sekolahnya terlebih dahulu. Kemudian menjauhkan bokongnya di atas sofa itu. Dan berbaring dengan menekuk kedua kaki jenjangnya.
Kakinya dengan sengaja digerakan sampai mengenai paha kecil Bulbul, menyubit pinggir paha itu dengan jari kakinya.
"AWWW! IIHH ATIT ABANG!" pekik Bulbul menatap kesal Kenzo, seraya mengusap-ngusap pahanya.
Kenzo terkekeh geli. "Ngapain sih Bul, serius amat. Ampe tuh mata gak ngedip-ngedip."
"Mending ambilin Abang air minum, sana," sambung Kenzo sambil mendorong pelan bahu Bulbul.
Bulbul mengerucutkan bibirnya kesal. "Endak mau, ambil aja cendili!" ketusnya, kemudian beranjak dari duduknya beralih menjadi menempati sofa yang lain dan menduduki bokongnya di sana.
Kenzo merotasikan bola matanya malas. "Ngedul sia!" ujarnya bergumam pelan.
(Males lu!)
"Zo!" panggil Winda, yang kini tengah berjalan menuruni anak tangga untuk mendekat, menghampiri Kenzo.
"Cepet ganti baju! Terus makan!" suruh Winda.
Kenzo mengangguk singkat, sekarang pandangannya tengah terfokus pada jarinya yang berkutat di atas layar ponselnya. "Iya, nanti."
Winda berdecak kesal, "Sekarang!" ujarnya tegas seraya merebut ponsel yang tengah dimainkan anaknya itu.
Kenzo menghela napasnya kasar. "Mau ngapain sih Ma, nanti aja!"
"Sekarang! Nanti kalo udah selesai makan, pergi ke supermarket!" perintah Winda.
"Enggak, mau ngapain sih, Mah!"
"Ke cupelmalket? Mama, Bulbul ikut!" celetuk Bulbul yang sedari tadi tengah asik dengan acara nontonya, seketika menyahuti mendengar pembicaraan keduanya.
Keduanya menatap Bulbul. "Iyah, nanti ikut sama Abang," sahut Winda.
"Cepet Zo!"
"Emang mau beli apa sih! Suruh Papa aja, biar sekalian nanti pulang dari kantor," ucap Kenzo dengan wajah memelasnya.
"Papa lama, pulangnya. Cepat deh, nanti Mama kasi list apa aja yang harus dibeli!"
Kenzo berdecak dan segera bangkit dari duduknya memungut terlebih dahulu tasnya tadi. "Ck! Iya-iya!" ujarnya dan berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.
~~••~~
Bulbul telah stand by duduk di atas motor vespa milik Kenzo. Menunggu remaja itu keluar dari dalam rumah. Gadis itu sudah siap dengan mengenakan helm bermotif hello kitty yang melekat di kepala.
"Abang lama!" sewot Bulbul pada Kenzo yang baru saja keluar dari dalam.
Kenzo merotasikan bola matanya. "Sabar dong!"
Kenzo menaiki si Kucrit, mengenak helm-nya terlebih dahulu dan menyalakan mesin motor itu.
"MAMA, BULBUL PELGI BELANGKAT!" pamitnya berteriak.
"Udah, ayo Bang!" sambungnya memerintah pada Kenzo.
Kenzo hanya berdecak, dan melajukan motornya keluar dari pelataran rumahnya.
~~••~~
"EPUL?!" panggil Bulbul berteriak mendadahkan tangannya, melihat Eful tengah memainkan bola di depan gerbang rumah anak itu.
Eful mendongkak melihat siapa yang memanggil namanya, sambil memeluk bolanya di depan perutnya.
"BUL! MAU KEMANA?!" sahut Eful sama-sama berteriak, melihat Bulbul menaiki motor melewati rumahnya.
"BULBUL MAU PELGI KE CUPELMALKET DULU!" jawab gadis itu sambil menengok ke belakang dimana motor yang Kenzo kendarai telah sedikit jauh dari Eful berdiri.
"DADAH, EPUL!" sambung Bulbul menggerakan lima jari tangannya pada Eful di belakang sana.
"HATI-HATI BUL!" Eful kembali menyahuti.
"Diem Bul, duduk yang bener!" tegur Kenzo, tangannya mendorong perut Bulbul agar duduk, yang berdiri dengan helm yang gadis itu kenakan sedikit menghalangnya mengendarai.
"BANG, TADI DI CEKULAH BALU BULBUL, CELU TAU!" celetuk gadis itu antusias. Matanya tak berhenti melihat kesana-kemari.
"SERU APAAN BOCIL SEMUA!" Kenzo menyahuti omongan Adiknya itu.
"IHH, ABANG CELU TAU! DI CEKULAH TADI BANAK TEMEN MAIN!"
"IYAH, TERSERAH LU, DAH," sahut Kenzo.
Decakan keluar dari bibir Kenzo. "ABANG BILANG DUDUK BUL, JANGAN BERDIRI. HELM KAMU NGALANGIN JALAN!" kenzo kembali menegur. Menyuruh Bulbul agar kembali duduk.
Bulbul menuruti perkataan Kenzo untuk duduk kembali. "ABANG, TADI DI CEKULAH BU GULU AJALIN BULBUL BUAT NANI TAU!" Bulbul kembali berucap.
Kenzo sempat terdiam sesaat mencerna perkataan Bulbul. "NYANYI APAAN?"
Bulbul menyurucutkan bibirnya, dan menggelengkan kepalanya. "BULBUL, ENDAK TAU JUDUL LAGUNA APA! TAPI BULBUL INET CEDIKIT LAGUNA."
"IYAH, GIMANA?!"
"DENGELIN YAH BANG," pinta Bulbul.
"IYAH!"
"EHEMM ... EHEMM ... GUD MOLNING TU YU, GUD MOLNING TU YU, GUD MOLNING TU YU, GUD MOLNING EPLI BADI HO AL YU JAC PAI," Bulbul memulai menyanyinya, kepalanya di gerakan ke kanan-kiri dan dengan susah payah menyebutkan setiap kata dalam lirik lagu itu.
"GUD MOLNI---"
"FFTT---HAHAHAHHA! UDAH BUL CUKUP JANGAN NYANYI LAGI!" ujar Kenzo diiringi tawanya, memotong terlebih dahulu Bulbul yang kembali hendak bernyanyi.
Bulbul berdecak dan mengerucutkan bibirnya kesal dengan tangan di letakan di depan dada.
"Caelah, lagu apaan sih tuh, pake ada gud morning tuyul, gud morning tuyul segala?" tanya Kenzo, bertepatan dengan itu keduanya sampai dan Kenzo segera memarkirkan sepeda motornya di parkiran yang tersedia.
Bulbul kembali mengerucutkan bibirnya. "Ihh, Abang, tu yu, bukan tuluy!"
Kenzo terkekeh mendengar. " Tuyul, Bul, bukan tuluy!"
Bibirnya masih mengerucut kesal, Bulbul menunggu Kenzo selesai membuka ikatan helmnya.
"Yok." Kenzo menuntun tangan Bulbul, dan melangkah bersama memasuki supermarket itu.
"Bang, Mbul pen naik!" pinta Bulbul antusias merekahkan kedua tangannya pada Kenzo yang baru saja mengambil troli, untuk wadah belanjaanya nanti.
Kenzo berdecak, "Ck! Jalan aja kenapa Bul!"
Bulbul mengerucutkan bibirnya kesal. "Endak mau! Bulbul pen naik!"
Kenzo mendengkus, "Iye-iye!" Dan meletakan Bulbul ke dalam troli itu.
Kenzo melihat terlebih dahulu list yang telah di berikan Winda tadi. "Susu Vidorek dua kardus sedeng?" ujar Kenzo membaca catetan itu sambil menggaruk pelan kepalanya. Tanpa berlama-lama ia langsung berjalan mendorong troli itu menuju tempat dimana barbagai macam susu-susuan berada.
"Abang, Bulbul pen cucu kotak!" pinta Bulbul sambil menunjukan dimana berbagai susu kotak berada.
"Iye, entar!"
"Cekalang! Bulbul auc Abang!" rengeknya.
Kenzo berdecak, "Caelah, tahan dulu Bul. Kita cari susu Vidorek dulu!" sahutnya sambil melihat-lihat mencari susu itu.
"Ihh, Abang. Bulbul mau cekalang!" kekehnya sambil menghentak-hentakan pantanya pada troli yang tengah di dudukinya.
"Iyah, entar ngapa!" sewotnya. "Anying, mana sih, susu vidorek-nya kagak ketemu-ketemu dari tadi!" lanjutnya bergumam kesal.
"Cepet! Bulbul mau cotat juga Abang!"
"Entar Bul!"
"Mana sih kok gak ada. Emang ada gitu susu vidorek?" tanya Kenzo entah pada siapa, sambil melihat kembali catetan yang di berikan Winda.
Kenzo menyipitkan matanya dan langsung menepuk jidatnya setelah membaca catatan itu kembali. "Astagfirullah! Vidoran gusti lain vidorek. Pantes dari tadi aing kuralang-kuriling kagak ketemu-ketemu, setan emang!" monolognya dan berdecak kesal.
"Cepet Abang! Bulbul mau cucu cama cotat!"
"Iyeh, berisik amat sih Bul!" sahut Kenzo, setelah menemukan dan menemukan susu vidoran itu, keduanya menuju tempat apa yang di inginkan Bulbul.
"Udah, kan?!" sewot Kenzo pada Bulbul.
Bulbul mengangguk singkat diiringi cengiran khasnya, tak lupa bibirnya masih menggantung pada sedotan susu kotak yang tengah diminumnya.
Kenzo kembali melihat list pada kertas kecil tadi. "Roti Jepang mint bersayap?" gumamnya.
Kenzo kembali berdecak kesal. "Ck! Anjir, apaan sih ini, kaya lagi mos aja, suruh beli makanan pake teka-teki kek gini. Roti Jepang mint bersayap mana ada coba, Maemunah!" sewotnya menghentakan kakinya kesal.
"Roti Jepang mint bersayap yang gimana sih Bul?" tanya pada Bulbul.
Bulbul mengerutkan keningnya tak lupa bibirnya mengerucut sedikit. "Itu loti Bang!" sahutnya tanganya menunjukan pada rak berbagai macam roti.
Kenzo menghampiri rak berbagai roti itu. "Gue baru denger Roti Jepang mint bersayap!" Kenzo menggelengkan kepalanya pelan, pusing rasanya.
"Mana sih Maemunah, rotinya kagak ada yang sayapan, kalo ada sayapan ajaib bener tuh roti. Bisa terbang kesana-kemari, " ujarnya bergumam membungkukan badannya memilih-milih roti itu.
"Rasanya juga kaga ada yang mint, kalo coklat si ada. Lagian kenapa sih nyokap gue lagi ngelindur kali yah!" sewotnya sambil mencari roti bertulisan jepang.
Kenzo mendengkus kesal. "Caelah ngerepotin amat, mana ada coba roti rasa mint, bersayap lagi, emang lu pikir burung apa, pake bersayapa-bersayap segala!" lanjutnya berujar sewot.
"Abang Bulbul Antuk!" celetuk Bulbul, tiba-tiba rasa kantuk menyerang, gadis itu masih setia duduk di troli itu di temani beberapa susu kotak yang tadi diinginkannya.
Kenzo mendongkak dan berdecak kesal. "Heh! Jangan tidur dulu, nanti Abang repot lagi!"
Bulbul mengerucutkan bibirnya kesal menatap Kenzo.
"Ini kali, yeh," Kenzo kembali berujar dan mengambil salah satu roti disana yang bertuliskan dengan huruf jepang.
"Tapi kagak ada sayapan anjir!" ujarnya kembali bermonolog, membolak-balikan bungkus roti itu.
"Yeh bodo amatlah Marpuah, yang penting ada tulisan jepangnya!" sambungnya dan langsung menyimpan sepuluh roti itu pada troli.
~~••~~
Kenzo dan Bulbul masih berada di supermarket keduanya tengah menunggu antrian yang cukup panjang di kasir untuk membayar.
Kenzo berdecak kesal cukup lama ia berdiri, sementara Bulbul yang masih berada di dalam troli yang sedari tadi sudah beberapa kali menguap menahan kantuknya. Namun, Kenzo melarangnya agar tidak kebablasa tidur, bisa repot katanya.
"WOY, YANG DEPAN GERCEP NAPA, GERCEP, GUE UDAH DARI TADI NIH, AKARAN, AKARAN DAH GUE!" sewot Kenzo setengah berteriak pada orang-orang di depannya.
Plak!
Seseorang yang berdiri didepan Kenzo melempar wajahnya menggunakan kresek belanjaan yang cewek itu bawa.
"Diem lo toa, berisik, gak ngira lo teriak di deket telinga gue!" sewot cewek itu menatap Kenzo dengan mata melotot, tak lupa tangannya mengusap-ngusap kupingnya.
Kenzo mengusap-ngusap wajahnya yang terkena geplakkan dari cewek dihadapannya. Keningnya terlihat mengerutkan menatap siapa yang menggeplak wajah tampannya.
"HEH! Lu, lu kan yang buat motor gue mabrak tiang tembok kemaren-kemaren?!" ikut Kenzo ikut bersewot.
Cewek itu menatap sinis Kenzo. "Heh! Apaan, jangan solimi lo, yah. Lo sendiri yang mau nabrak gue, anjir!"
"Lo, lo yang ngalangin jalan gue!"
Cewek itu meledek perkataan Kenzo dengan menggerak-gerakan dan mencebikkan bibirnya. "Lo aja yang bawa motornya gak ngira-ngira!"
"Hilih, lo yang jalan gak pake mata! Udah tau itu jalan buat motor lewat!"
Cewek itu mendelik sinis. "Heh lo ogeb, dimana-mana jalan tuh pake kaki gak ada orang jalan pake mata!"
"Mas, Mbak?" panggil Mbak kasir itu pada Kenzo dan cewek itu.
"Apa!" jawab keduanya menatap Mbak kasir itu.
Mbak kasir itu tersentak kaget, mengerjapkan matanya pelan. "Ma-maaf, siapa yang mau bayar duluan?"
"Saya Mbak, saya!" ujar Kenzo mengambil troli dan mendorongnya.
"Heh! Apaan sih, lo ogeb, gue duluan. Gue yang ngantri depan lo, jadi lo harus sadar. Lo belakangan!" sewot cewek itu, atau panggil aja Zeline. Menarik baju bagian belakang yang Kenzo kenakan.
"Saya duluan Mbak!" sambung Zeline.
"Lo, yah. Si Mbaknya kan nanya siapa yang mau duluan? Yang nyaut duluan gue, kan. Yaudah gue duluan!" jelas Kenzo dan kembali melangkah mendorong troli itu.
"Eh, eh, eh!" Untuk kedua kalinya Zeline menarik belakang baju kenzo.
"Apaan, enggak, dimana-mana cewek dulu baru cowok!"
"Elah, ribet amat sih lo. Gak liat apa ni Adek tercinta gue matanya udah lima wat kaya gini!" tutur Kenzo sambil menunjukan Bulbul yang sudah menyandarkan tubuhnya pada troli itu tak lupa uapan terus keluar dari mulutnya.
Zeline menatap sebentar Bulbul yang berada di troli. "Ya--ya, ya bodo amat! Itukan Adek lo!" sahut Zeline dan berjalan melewati kenzo untuk membayar terlebih dahulu.
Kenzo menatap malas Zeline, tangannya berkecak pinggang, membiarkan Zelina membayarnya terlebih dahulu dan menunggu cewek itu selesai.
"Berapa Mbak?"
"Totalnya semua 50 ribu, Mbak," jawab kasir itu.
Zeline merogoh kantong celananya berniat mengambil dompetnya, namun--- entah kemana dompetnya, tiba-tiba hilang.
Zeline tersenyum canggung pada kasir itu, dan beralih pada cesing ponselnya, biasanya disitulah terselip uang. "Bentar, Mbak."
Namun, tiba-tiba dengan tidak sopannya Kenzo menyemburkan tawanya.
"Ffffttt---hahahah! Anjir sialan gue ketawa!" Kenzo yang sedari tadi menyimak apa yang terjadi pada Zeline.
Kenzo kedikit mendekat. "Rasain lo, makannya kalo mau belanja itu bawa uang, gini, kan jadinya kalo gak bawa," ujar Kenzo dan melanjutkan tawanya.
Zeline menatap sinis Kenzo. "Diem lo!"
"Gimana Mbak, jadi gak?" tanya kasair itu.
"Maaf Mbak saya gak---"
Kenzo telah memberhentikan tawanya, berdecak dan memotong perkataan Zeline. "Ck! Karena gue baek dan tidak sombong, noh gue bayarin! Gue tuh udah cakep baek lagi!" Kenzo memberikan uang senominal yang di sebutkan kasir tadi. "Emang lu beli apa, seh?" sambung Kenzo lalu mengangkat kantong plastik sedang itu.
Entah kenapa ia rasanya ingin tertawa lagi. Namun, sebisa mungkin Kenzo menahan tawanya agar tidak kembali meledak. "Oh, softex. Santai-santai duid gue gak akan abis cuman buat beli softek doang mah."
"Apa sih!" Zeline kembali merebut plastik itu dari tangan Kenzo. "Gak usah! Maaf Mbak saya gak jadi."
Kenzo terkekeh, "Caelah yakin gak jadi? Terus, lo mau pake apaan entar, yakali lo pake tangan kaya gini--" ujar Kenzo sambil mengadahkan kedua tangannya.
Zeline menatap sini Kenzo dengan wajah yang terlihat sudah memerah menahan malu. Dan tangannya terulur menyentil bibir kenzo. "Malu-maluin gue lo!" Zeline tersenyum canggung pada Mbak kasir dan beberapa orang yang berada di belakang Kenzo yang pastinya mendengar perkataan cowok itu.
~~••~~