Seorang remaja benama Freis Greeya hari memikul takdirnya sebagai penerus dari WIND. Untuk menghentikan pertumpahan darah dan pemberontakan yang dilakukan Para Harimau.
Ini adalah kisah cerita perjalanan Freis Greeya dalam memenuhi takdirnya sebagai seorang WIND, Sang Pengendali Angin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MataKatra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ambisi Sang Harimau
Prolog
Saat ini di lembah besar Foskaita yang bernama Lembah Avri'lada, berkumpul para Elementary Owner yang merupakan penjaga dari Foskaita.
WIND, WATER, FIRE, WARTAWAN, dan NATURE. Mereka semua berkumpul untuk menghentikan Sang Kegelapan, ORIGIN.
Tapi kekuatan ORIGIN terlalu besar, dan para Elementary Owner terdesak. Akhirnya ditengah-tengah pergumulan itu Sangat WIND mengambil langkah kedepan.
Ia menyegel tubuh ORIGIN kedalam penjara Kristal Enichtis yang memenjarakan ORIGIN dalam keabadian.
Tapi kekuatan besar harus dibayar dengan pengorbanan yang besar pula.
Dan kekuatan penyegelan itu harus dibayar dengan nyawa Sang WIND itu sendiri.
Saat itu Sang Kegelapan telah berakhir dalam Penjara Kristal Enichtis.
Tapi, bagaimana dengan nasib Prosdimos... Wilayah yang dijaga oleh Sang WIND.
Semua tidak sepenuhnya berakhir seperti harapan WIND. Karena dibalik kematiannya telah mengintip mata-mata yang dipenuhi oleh kedengkian dan ketamakan...
Mata Para Harimau yang kelaparan!
****
Bulan ke 5, Tahun 1224
Satu tahun setelah kematian WIND.
Saat itu, Harse Greg sedang berjalan menuju altar khusus yang berada di Igrios. Dilihatnya dari kejauhan pemimpinnya, Lott Greg, sedang duduk di kursi utama altar sambil memejamkan matanya. Dia tahu bahwa itu adalah kebiasaaan pemimpinnya saat sedang memikirkan sesuatu.
Harse berjalan menghampiri Lott Greg. Dan berkata sambil menudukkan kepalanya,
“Tuanku, apa yang sedang mengganggu pikiran Anda?"
Lott membuka kedua matanya yang terpejam.
“Ternyata kau Harse. Sudah lamakah kau berada disana?”
“Saya baru saja tiba disini, Tuan. Saat saya sedang berjalan, saya melihat Tuanku sedang memikirkan sesuatu.”
“Kau sungguh-sungguh mengenal diriku, Harse.”
Lott Greg tersenyum kecil dalam kewibawaannya.
“Aku hanya berpikir, waktu begitu cepat berlalu. Begitu cepat. Aku masih mengingat jelas saat kita bermain di hilir Sungai Lokyveranos (terletak di sebelah barat Pemukiman Igrios) dan saat kita berlarian bersama-sama di Danau Okeanostois (danau besar yang terletak di antara Elosy dan Prosdimos).”
“Tentu saya mengingatnya dengan jelas, Tuanku."
Harse mulai mengenang masa mudanya saat ia berlarian bersama Lott Greg.
“Saat itu, Tuanku melompat ke danau untuk menangkap ikan."
Senyum kecil mulai mengembang di wajah Harse.
“Dan, Tuanku hampir tenggelam di danau itu.”
“Hahaha… Kau mengingat bagian itu. "
Lott Greg tertawa riang mengingatnya.
“Tentu… tentu... "
"...aku mengingat dengan baik kejadian itu. Tapi kita ini harimau, Harse. Sudah sewajarnya jika kita ‘tenggelam’.”
“Maafkan saya, Tuanku. Tapi kita adalah harimau…”
Harse melanjutkan perkataanya disertai dengan tawa kecil.
“Tentunya berbeda dengan seekor kucing.”
Lott Greg kembali tertawa mendengar sindiran Harse kepadanya.
Bahkan hingga sekarang, Lott tidak begitu pandai dalam berenang.
Harse merasa bahagia bahwa ia memiliki kenangan masa muda yang menyenangkan bersama dengan Pemimpinnya. Baginya, Lott Greg muda yang ia kenal dulu merupakan sosok liar, cerdas, dan tak mengenal rasa takut. Sejak dulu, dia telah memutuskan unntuk mengikuti sosok yang dikaguminya itu. Sampai sekarang pun dia tetap mengagumi dan setia berada di sisi Lott Greg.
Sesaat kemudian, Lott Greg berkata sambil matanya terlihat menerawang jauh kedepan.
“Harse, kau selalu mengikuti.”
Lott Greg melanjutkan pembicaraan sambil memandang lekat-lekat ke pengikutnya.
“Dan, kuharap kau akan terus mengikutiku. Apapun keputusan dan jalan yang akan kupilih.”
“Tentu, Tuanku...”
“Kau benar-benar setia Harse...”
Lott lega mendengar jawaban pengikutnya.
“Aku ingin… Engkau pun tahu apa impian dan cita-citaku. Aku ingin menjadikan ras Half-blood Harimau menjadi penguasa seluruh Prosdimos. Menjadi ras Half-blood yang termasyhur. Kita adalah darah istimewa, kenapa kita harus ‘tunduk’ pada manusia yang tidak memiliki keistimewaan apapun? Kenapa Kita harus membiarkan manusia memimpin kita para ras Half-blood?”
Lott Greg menghela nafas pendek, kemudian melanjutkan.
“Tentunya dulu hal itu tidak mungkin karena keberadaan WIND, dan Kristal Enichtis (kristal yang dapat menampung kekuatan Elementary Owner tertentu dan hanya dapat dipakai oleh Ras Manusia). Tapi sekarang WIND telah tiada dan tentunya kristal itu telah kehilangan kekuatannya. Sekaranglah saat yang tepat bagi kita, Half-blood Harimau, untuk menaklukan dan menguasai seluruh Prosdimos dan meraih kejayaan kita.”
“Saya akan mengikuti apapun itu keputusan Tuanku. Dan, jika itu adalah keputusan Tuanku. Saya akan mempersembahkan diri saya seutuhnya untuk cita-cita dan impian Tuanku.”
Setelah mendengar jawaban dari Harse, Lott menjadi tenang. Kemudian matanya mulai menerawang jauh ke depan. Ke masa depan yang dia impikan. Masa depan dimana Half-blood Harimau menjadi penguasa seluruh Prosdimos.
****
Di dalam istana yang terletak di Ibukota Kerajaan Lef’tigris, Raja Drias Seer sedang berbicara kepada Jenderal Kerajaannya, Thaos Greg, yang merupakan keturunan Ras Half-blood Harimau.
“Thaos, bukankah akhir-akhir ini langit terlihat begitu gelap?”
Perkataan Raja Drias menyadarkan Thaos Greg akan adanya suatu hal yang menjadi kegelisahan hati Raja Drias. Sebenarnya, dia pun gelisah semenjak kematian WIND. Setahun telah berlalu, dan dia mengetahui bahwa Prosdimos terancam berada di ambang kehancuran setelah kematian WIND, yang merupakan penjaga dan pelindung perdamaian di Prosdimos. Dia dapat membayangkan kelompok-kelompok ataupun golongan-golongan yang akan memanfaatkan keadaan ini. Khususnya para Ras Half-blood.
Thaos berusaha memilih kata-kata yang bijak untuk membalas pertanyaan dari Rajanya.
“Kenapa dimata Paduka langit terlihat begitu gelap? Apa yang telah menutupi dan menggelapkan langit tersebut?”
“Kematian WIND...”
Jawab Sang Raja sambil menghela nafas panjang.
“Aku merasa langit akan berubah menjadi gelap…"
kedua mata Raja Drias menatap mata jenderalnya lekat-lekat.
"Manusia telah kehilangan sandarannya, tidak terkecuali diriku. Tidakkah kau berpikir para Half-blood akan memanfaatkan kesempatan ini?”
Thaos berusaha membalasnya dengan hati-hati.
“Hamba tidak berani menjawab pertanyaan Paduka. Terdapat begitu banyak keraguan dan kegelisahan akan masa depan sejak kepergian WIND. Ketakutan mulai terlihat di mata rakyat di seluruh penjuru Prosdimos. Tapi hamba berjanji, jikalau memang terjadi sesuatu, hamba akan mempertaruhkan seluruh jiwa dan raga untuk menjaga dan melindungi perdamaian Kerajaan Lef’tigris.”
Mendengar jawaban tegas dari Thaos Greg, Raja Drias Seer tersenyum dengan lembut.
“Aku tentu percaya kepadamu, Thaos. Aku yakin kau akan melakukannya.”
Raja Drias sedikit membenahi posisi duduknya.
“Hanya saja keberadaan WIND seperti sebuah penyeimbang antara manusia dan Half-blood. Hilangnya WIND membuat timbangan terjungkal di satu sisi. Dan manusia telah kehilangan harapannya, masa depannya. Kematian WIND telah memberi lubang yang dalam pada sebuah harapan. Sebuah harapan akan masa depan. Dan…"
Raja Drias yang mulai terlihat gentar dan takut menatap mata Thaos dalam-dalam.
“...mendatangkan kematian!”
Beberapa menit kemudian Raja Drias mulai menghela nafas panjang, menenangkan diri. Lalu melanjutkan perkataannya.
“Mungkin Aku hanya terlalu berpikir yang tidak-tidak. Lupakan saja perkataanku barusan, Thaos. Aku berharap, semua hanya sebuah firasat yang pada akhirnya akan hilang di terpa oleh angin musim semi.”
Thaos Greg mendengarkan perkataan Raja Drias Seer sambil menundukkan kepala. Diapun dihantui oleh ketakutan yang sama. Terlebih ketakutan akan klannya sendiri, Ras Half-blood Harimau, tentang keberadaan Lott Greg, Pemimpin Igrios (pemukiman khusus Half-blood Harimau)
****
Sekeluarnya dari istana raja, Thaos Greg memerintah salah satu prajuritnya untuk memanggil komandan setianya, Seith. Beberapa menit kemudian Seith datang ke hadapannya.
“Tuan Thaos!"
Seith menghadap kepadanya sambil menundukkan kepala.
Thaos mengacungkan tangan kanannya memberikan isyarat untuk berhenti menundukkan kepala.
“Seith, apa kau menemukan hal yang janggal?”
“Sampai sekarang belum, Tuanku. Belum ada pergerakan apapun yang terlihat di Igrios.”
Thaos mendengar laporan komandannya sambil merenung dan berpikir.
“Bagaimana dengan keseharian dari Lott Greg? Apa ada keanehan yang terlihat?”
“Tidak ada hal yang mencurigakan Tuanku. Keseharian Lott Greg diisi dengan berburu di hutan sebelah barat Igrios dan melatih para ‘Half-blood Harimau’ muda. Sampai sekarang, yang berdasarkan pengamatan saya, belum ada pergerakan tertentu yang terlihat mencurigakan.”
Thaos Greg memandang Seith cukup lama.
“Baiklah, terus awasi Igrios dan laporkan setiap perkembangannya.”
“Baik, Tuanku.”
Saat komandannya berjalan menjauh, Thaos Greg diliputi oleh kecemasan dan kegelisahan. Dia mencoba untuk berpikir tenang, dan membuang jauh-jauh pikiran bahwa klannya akan melakukan kudeta.
*****
“Belenggu ini semakin sesak termakan waktu,
Cakar dan taring ini semakin tumpul... rapuh...
Jeruji ini begitu hampa meredam teriak,
Tapi semua telah berakhir,
Akan kuremukkan belengu ini,
Kuasah pula cakar dan taring di batuan kasar,
Sebab runtuh sudah jeruji tua yang memenjara jiwa,
Sang takdir telah mencuat dibalik selimut mimpi.”
😂
😂