NovelToon NovelToon
Si Rubah Licik

Si Rubah Licik

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ws. Glo

Dipandang sebelah mata oleh orang-orang sekitar dan dikhianati suami tercinta. Hanya karena paras dan penampilannya yang tidak menawan.

Hidup ditengah-tengah manusia yang suka menghakimi sesama dan berbuat dusta. Rasa sakit mana lagi yang tidak dapat dia hindarkan?

Itulah mengapa dia memalsukan kematiannya dan menyamarkan identitasnya menjadi sesosok yang lain, demi membalaskan dendamnya!

Saking heroik setiap aksi yang ditunjukkannya lewat identitas barunya, dia sampai dijuluki si rubah licik! Mengapa bisa terjadi? Bagaimana kelanjutan kisahnya? Penasaran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ws. Glo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Prolog: Dikhianati

Selamat datang di novel perdana aku.

Mohon dukungannya dan jangan lupa tinggalkan jejak.

Terimakasih everyone.

...Happy Reading...

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...----------------...

Seorang wanita bertubuh gemuk dengan paras yang biasa, tampak membuka pintu sambil menenteng kantong belanjaan berisi roti-rotian dan buah-buahan, memasuki kediaman megah warisan mending ayah ibunya.

Ia menoleh ke arah rak sepatu dan tersentak kala menemukan bahwa leathers work sang suami tertaruh asal disana.

"Mas? Tumben dia pulang cepat?" Gumam Adinda menyipitkan mata keheranan, setelah tak lama kemudian kembali mengalihkan perhatian ke sepasang high heels berwarna kuning keemasan entah milik siapa.

Adinda membuntangkan mata dan menganga. Perasaannya tak enak. Sebab selain dia dan sang suami yang tinggal mendiami rumahnya ini, hanya seekor kucing saja yang berlalu-larang disekitar mereka setiap hari.

Sudah pasti Adinda merasa ada yang mengganjal dan tidak tak beres. Apalagi disaat suara gelak tawa wanita lain terdengar samar di telinganya, Adinda semakin gundah gulana dan segera bergegas berlari menaiki tangga menuju kamar.

Tak... Tak... Tak.

Alunan cekikikan yang didengarnya kian mendekat. Perasaan Adinda bertambah gelisah. Pelan-pelan ia menempelkan sebelah telinga menguping apa hal yang terjadi didalam kamarnya dan suami.

"Mas, kapan kamu mau nikahin aku? Aku lelah menunggu. Kamu selalu saja mengulur-ulur waktu." Rengek Susi si pelakor yang ternyata merupakan sepupu Adinda. Ia mengalungi tengkuk leher Bram seraya bertingkah manja dan kecentilan.

Adinda ternanap. Walau tak melihat wujud secara langsung, tetapi ia mengenal betul suara perempuan itu. Pikirannya pun berkecamuk. Ia lantas menutup mulutnya rapat-rapat dan lanjut mendengarkan perbincangan tersebut.

"Iya sabar ya sayang. Aku pasti akan menikahimu secepatnya kok. Soalnya aku sedang menyusun strategi bagaimana caranya menyingkirkan Adinda gentong yang wajahnya dipenuhi jerawat itu. Aku tak tahan lagi bila berada disisinya terus. Bisa-bisa remuk semua tulang-tulangku ditimpa olehnya saat tidur, hehehe." Balas Bram menarik tubuh Susi menempel padanya.

"Janji ya?" Sahut Susi menunjukkan jari kelingkingnya seraya berjinjit kaki, memajukan wajah ke Bram.

"Janji. Pokoknya dalam waktu dekat, Adinda wajib dilenyapkan agar harta kekayaannya jadi milik kita berdua! Bwahahahaha." Bram tergelak kegirangan, membayangkan impiannya. Sesudahnya ia mengeratkan rengkuhannya lalu mencium lekat bibir Susi penuh gairah.

Chuuuupp.

Susi tersenyum samar dan membalas buas perlakuan selingkuhannya. Ia menunggang naik ke bopongan Bram dan mereka saling mel'umat, meraba hingga bercumbu mesra.

Amarah Adinda yang berada diluar kamar meluap-luap. Tanpa berpikir panjang ia sontak menghempas barang bawaannya hingga berseliweran menyebar kemana-mana. Iapun menggebrak pintu dan menerobos, menciduk Bram bersama selingkuhannya yang kini berada di atas ranjang hendak melaksanakan perzinahan.

"Dasar suami kurang ajar! Berani-beraninya kau bermain dibelakangku!" Sembur Adinda, disusul lemparan tatapan tajam menyoroti Susi.

Deggg.

Adinda tercengang tak menduga, "Su__Susi?!! Kau!!"

Bram dan Susi memperbaiki posisi.

"Sa__Sayang aku bisa jelaskan," Bram secepat kilat membenarkan bajunya, mendekat dan meraih tangan Adinda yang kemudian digenggamnya dengan wajah memelas. "Apa yang kamu lihat tidak seperti yang dikira."

Adinda shock berat. Kemudian menjeling ke Susi yang justru kelihatan santai seraya memain-mainkan helaian rambut, tanpa peduli terhadap apapun yang terjadi.

"Pembohong! Aku tidak percaya padamu!! Dasar tidak tau malu!!" Adinda menepis genggaman Bram diikuti oleh satu tamparan yang kuat.

Plakkk!

Wajah Bram terhempas. Susi terlonjak.

Sementara Adinda terengah-engah akibat ledakan emosinya.

"Katakan! Apa kurangnya aku Mas?! Apa?!" Adinda berderai air mata.

"Semenjak resmi menjadi suamiku segala kekurangan yang kau miliki, aku tutupi!"

"Pekerjaan, mobil, rumah dan kasih sayang pun aku beri!"

"Mengapa kau malah membalas cintaku, dengan cara begini?! Hiks."

Kekecewaan dan kesedihan Adinda mengalir tiada henti, "Aku sungguh salah memilihmu sebagai suami!"

"Aku pengen kita cerai!"

Duaaarrr!!

Bram dan Susi tergemap bersamaan.

Bram yang tidak terima berkata, "sa__sayang? Kamu barusan bilang...."

"Ya! Aku ingin cerai! Cepat kemasi seluruh pakaianmu dan bawa pergi selingkuhanmu darisini! Aku tidak mau melihat kalian lagi." Tegas Adinda mengiblatkan telunjukknya, mengusir Bram dan Susi.

Bram seketima naik pitam. Begitupun Susi.

"Tidak mau! Ini adalah rumahku! Pemberian mertuaku! Aku juga punya hak untuk tetap tinggal ataupun minggat! Kau jangan sembarangan menghardikku wahai perempuan sialan!!" Tolak Bram mentah-mentah.

"Heh mbak! Kau tidak boleh asal-asalan mengambil keputusan ya! Harusnya kau berterimakasih karena mas Bram mau menerimamu yang buruk rupa ini! Coba kalau aku ya yang jadi laki-laki? Cih, mana mau aku dengan wanita gemuk, jelek, dekil, bodoh, tidak tahu apa-apa dan compang-camping sepertimu! Kau cuman menang kaya saja dariku. Selebihnya nol!" Timbrung Susi memasang badan melindungi Bram dan melesatkan kekesalannya.

"Lagipula tanpa bantuan Mas Bram, bisnis keluarga kalian pasti sudah hancur dan bangkrut sekarang!" Tambah Susi kepedean.

Adinda menyengir menahan sakit hati, "oh ya? Kau pikir aku peduli? Heh! Hei para pemimpi! Ingatlah jikalau akulah ahli waris sekaligus pemilik sah rumah beserta harta kekayaan keluargaku yang ada disini. Ditambah, jauh sebelum mengenal Bram akulah yang memegang kendali bisnis keluargaku sendiri tanpa bantuan siapapun. Jadi terserah apa yang kalian katakan, aku tetap takkan gencar apalagi ambil pusing!"

"Dan kau Susi! Berhentilah berlagak! Kau kan cuma anak kuli! Dan ibumu seorang wanita malam. Sadar dan mengacalah sedikit. Untukmu Mas Bram, kurang-kurangi mengkhayalnya. Jangan pernah lupakan jika kau bukan siapa-siapa tanpa mengenal Adinda dan keluarga Alexander." Ucap Adinda yang makin mendidihkan darah Bram khususnya Susi.

"ADINDA!! DASAR WANITA SIALAN! LEBIH BAIK KAU MATI SAJA!! "

Bram yang dikuasai kemurkaan, langsung menendang kuat pinggul Adinda sampai terjungkal.

Bughhh!!

Adinda memekau kesakitan dan terpental menghantam dinding.

"Aku sampai di titik sekarang bukan karena kau melainkan usahaku yang berhasil mengelabuimu!"

"Aku tidak mencintaimu! Aku lebih tertarik pada hartamu! Itulah mengapa aku mati-matian mendekatimu!"

Bram yang kurang puas, menghampiri tubuh tergeletak Adinda dan meninju-ninjunya brutal.

Bugh.. Bugh... Bugh.

"Lenyaplah dari dunia wahai wanita jelek!! Aku muak melihatmu yang bagaikan sapi sembelih!!" Celoteh Bram terus menggempur Adinda habis-habisan.

"Akk! Ampun mas!" Adinda memohon-memohon tetapi Bram tidak menggubrisnya.

Malahan, "mengapa kau malah diam disana? Cepat ambil pisau, tali dan karung!"

Bram memerintahkan hal nyeleneh ke Susi yang tengah gemetar menahan takutnya terhadap perbuatan sang selingkuhan.

"Cepat!! Kau mau kaya tidak?!!"

Bram membentak, menyadarkan Susi. Sedangkan tangan Bram beralih mencekik leher Adinda yang meronta-ronta hampir kehabisan nafas.

Secepat kilat, Susi berlalu mengambil barang-barang yang dibutuhkan Bram.

Selang beberapa menit, ia muncul membawa benda-benda tersebut dan menyodorkannya dengan ekspresi terheran-heran karena Adinda sudah tak bergerak, "Mas? Jangan bilang kalau mbak Adinda....,"

"Ya. Sepertinya dia telah mati." Ujar Bram menatap dingin ke karung goni, "Kita harus memindahkannya darisini."

Sejam berselang.

Bruughhhh.

Sebuah karung bergelicir ke jurang tepatnya dekat jembatan yang sepi pengendara. Dimana dari atasnya terlihat sosok Bram dan Susi.

"Mas, kamu yakin kita tidak bakal kenapa-napa?" Susi bertanya penuh kecemasan kepada Bram yang menatap jenuh ke arah jurang.

Bram merangkulnya sembari mengujarkan, "kamu tidak perlu khawatir. Semua baik-baik saja. Sebentar lagi kita akan bahagia. Sebab sudah tak ada lagi yang menghalangi kita."

...****************...

...****************...

Mohon dukungannya para readers tercinta~❤️

Jangan lupa like, coment, gift and vote sebanyak-banyaknya~❤️

Terimakasiwww~❤️

1
Fitria Dewi
yeyyyyyy happy ending 🥳👍👍👍👍👍👍
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: Huuu, makasih loh udah nemenin sampe akhir🤧 Terhuruuu akutu
total 1 replies
Fitria Dewi
Hendrik cpetan Dateng kasihan ayuma 🥺
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: 🥺🥺🥺🥺🥺😭
total 1 replies
Fitria Dewi
lanjut tor semangat 💪🥳
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: Maacihhh
total 1 replies
Resi Maulana
Luar biasa
••} 𝒩𝑒𝓃𝑔 𝗪𝗲𝘀°𝐆𝐋𝐎☆: Makasih kak🙂🙂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!