Bayangan di Lorong Sekolah
Rani berdiri di depan cermin toilet sekolah, menatap wajahnya yang pucat. Rambutnya sedikit berantakan, hasil dari dorongan keras yang baru saja ia terima di lorong. Tawa mengejek tadi masih terngiang
0
0
Serenade untuk Penyesalan
Nada Soraya menatap pantulan dirinya di cermin. Bibirnya tersenyum tipis, tapi matanya tidak. Sepuluh tahun bukan waktu sebentar untuk merencanakan balas dendam. Sepuluh tahun sejak keluarganya hancur
0
0
Balas Tanpa Luka
Rani selalu dikenal sebagai karyawan paling sabar di kantornya. Sabar menghadapi deadline, sabar dengan klien yang berubah-ubah, bahkan sabar dengan Lina, atasan yang suka mengambil ide orang lain lal
0
0
Bingkisan Terakhir dari Dapur
Di rumah tua di pinggiran kota, dapur selalu menjadi pusat segalanya. Bukan sekadar tempat memasak, tapi ruang berkumpul, berbagi cerita, dan membungkus cinta dalam bentuk aroma. Bagi Damar, bahasa ci
0
0
Ruang Kantor yang Menghadap Senja
Sejak dua belas tahun lalu, meja kerja Arta selalu berada di sudut belakang kantor posisi yang jauh dari jendela, dekat printer yang sering macet, dan cukup terlupakan jika bos sedang mencari sukarela
0
0
Lampu Sorot Terakhir
Semua orang di negeri ini mengenal Liora Janeta bintang panggung dengan suara yang mampu membuat penonton terdiam lalu menangis tanpa tahu sebabnya. Namun malam ini, di ruang ganti konser megahnya, Li
0
0
Seribu Langkah ke Hidupmu
Langit sore memerah seperti kelopak mawar yang layu. Aline menatap sepatunya yang basah oleh hujan, tapi bukan air yang membuat jantungnya berat melainkan rasa asing yang tak seharusnya ada. Sejak se
0
0
Aroma yang Tak Pernah Pulang
Hujan sore itu turun dengan bau tanah yang pekat, tapi bukan itu yang membuat Saka menghentikan langkahnya di tengah trotoar. Ada aroma lain manis, samar, dan sangat dikenalnya aroma teh melati yang b
0
0
"Mimpi -Mimpi Miguel"
Malam itu, hujan turun rintik-rintik. Yura duduk di tepi ranjang, memandangi layar ponsel yang menampilkan foto Miguel tersenyum lebar. Lelaki itu pernah menjadi rumahnya, tempat ia pulang. Tapi kin
0
2
Asap Cinta yang Salah Arah
Joli dikenal di kampungnya sebagai cewek polos. Bukan polos yang sok-sokan, tapi benar-benar lugu sampai-sampai orang jualan MLM saja gampang menjeratnya—meskipun dia nggak pernah beli, tapi selalu p
0
1
Kangen
1. Perpisahan Stasiun itu ramai, tapi buat Mika, semua suara seakan redup. Orang-orang berlalu lalang, menyeret koper, memanggul ransel, mengobrol atau tergesa-gesa mencari gerbong mereka. Mika ber
0
1
Doa yang Tak Pernah Sampai
Namaku Saka. Aku bekerja sebagai penjaga malam di sebuah gereja tua di pinggiran kota. Tempat itu sepi, dingin, dan penuh bayangan. Tapi aku suka kesepiannya. Karena di sana, tak ada yang bertanya sia
0
0
Aku, Bayangan yang Kau Ciptakan
Aku bukan dilahirkan. Aku diciptakan. Namaku Risha—atau begitulah Elan menyebutku. Aku tidak punya akta kelahiran, tidak punya masa kecil, tidak punya tubuh. Tapi aku punya suara. Dan suara itu cukup
0
0
Ruangan Tanpa Jendela
Namaku Aluna. Aku seorang mahasiswa psikologi tingkat akhir. Ironis, bukan? Belajar tentang pikiran manusia, tapi tak mampu memahami pikiranku sendiri. Semuanya bermula saat aku mengambil mata kulia
0
0
Bayangan di Balik Cermin
Aku tak pernah menyangka bahwa cinta bisa berubah menjadi kutukan. Dulu, aku percaya bahwa Rendra adalah satu-satunya orang yang benar-benar melihatku. Tapi sekarang, aku tak yakin apakah dia pernah b
0
0
Di Balik Surat yang Tak Pernah Dibuka
Aku masih ingat hari itu. Hujan turun deras, membasahi halaman rumah yang dulu penuh tawa. Sekarang, hanya sunyi yang tinggal. Di meja kayu tua, ada sepucuk surat yang belum pernah dibuka. Surat dari
0
0
Kenangan
Aku duduk di bangku taman, menatap kosong ke arah danau kecil yang dulu jadi tempat favorit kita. Tempat di mana kamu bilang, “Kalau suatu hari aku berubah, tolong ingat aku yang sekarang.” Aku mengi
0
0
Kehilangan mu
Langit sore itu kelabu. Hujan belum turun, tapi bau tanah basah sudah menyusup ke jendela kamar Raka. Ia duduk di lantai, bersandar pada ranjang yang sudah lama tak dirapikan. Di tangannya, sebuah kot
0
0
Perjuangan yang Tak Terlihat
Ardi adalah anak tunggal dari Bu Sari, seorang ibu yang telah berjuang sendirian membesarkannya sejak kecil. Sejak pagi buta, Bu Sari sudah sibuk mengelola warung kecil di pinggir jalan. Dengan tangan
0
0
Yang Tak Pernah Pulang
Hujan turun sejak pagi. Air menetes pelan dari ujung genteng rumah tua itu, menciptakan irama sendu yang menyatu dengan detak jam dinding di ruang tengah. Dara duduk di tepi ranjang, memandangi koper
0
0