Namaku Saka. Aku bekerja sebagai penjaga malam di sebuah gereja tua di pinggiran kota. Tempat itu sepi, dingin, dan penuh bayangan. Tapi aku suka kesepiannya. Karena di sana, tak ada yang bertanya siapa aku, atau kenapa aku selalu menghindari cahaya.
Gereja itu punya satu ruangan yang tak pernah dibuka: ruang pengakuan dosa. Pendeta bilang ruangan itu sudah tak dipakai sejak tragedi lima tahun lalu. Tapi setiap malam, aku mendengar suara dari balik pintunya.
“Ampuni aku, Bapa. Aku sudah membunuhnya.”
Awalnya, aku pikir itu suara hantu. Tapi suatu malam, aku memberanikan diri membuka pintu itu. Di dalamnya, hanya ada kursi tua dan salib kecil. Tapi di dinding, ada ukiran yang tak pernah aku lihat sebelumnya.
“Dosa bukan untuk dihapus. Dosa untuk diingat.”
Aku mulai menyelidiki. Aku bertanya pada pendeta tua yang dulu melayani di sana. Dia hanya berkata, “Ada orang-orang yang datang ke sini bukan untuk bertobat, tapi untuk bersembunyi.”
Suatu malam, seorang perempuan datang. Wajahnya pucat, matanya kosong. Dia berkata, “Aku ingin bicara dengan seseorang. Tapi bukan Tuhan.”
Aku membawanya ke ruang pengakuan. Dia duduk, lalu mulai bicara.
“Namaku Lira. Lima tahun lalu, aku membunuh anakku sendiri.”
Aku terdiam. Tapi dia terus bicara.
“Dia cacat. Orang-orang bilang dia kutukan. Aku percaya. Jadi aku... aku tenggelamkan dia di sungai.”
“Tapi setiap malam, aku dengar suaranya. Dia memanggilku. Dia bilang dia masih di sana.”
Aku tak tahu harus berkata apa. Tapi saat aku menatapnya, aku merasa... aku mengenalnya.
Aku pulang dan membuka kotak tua milik ibuku. Di dalamnya, ada foto lama—seorang perempuan muda menggendong bayi. Di belakang foto, tertulis:
“Lira & Saka. 1998.”
Dunia runtuh.
Twist akhir:
Aku bukan penjaga gereja. Aku adalah anak yang dibuang.
Lira adalah ibuku. Dia pikir aku mati. Tapi seseorang menemukanku di sungai, dan aku dibesarkan tanpa tahu siapa orang tuaku.
Sekarang, aku tahu.
Dan setiap malam, aku duduk di ruang pengakuan. Tapi bukan untuk mendengar dosa orang lain.
Aku menunggu dia datang lagi.
Karena aku ingin dia tahu: aku tidak akan mengampuni.