Satu malam yang dia habiskan bersama seorang pria yang baru dikenalnya setelah dia memergoki tunangannya berselingkuh.
Setelah kejadian itu, dia mempunyai dua anak kembar yang lucu bernama Langit dan Bulan. Bertahun tahun hidupnya tenang dan bahagia bersama anak anaknya hingga datanglah Zen Abraham Malik ayah biologis dari si kembar.
Lovely sangat takut jika rahasia yang dia pendam diketahui oleh CEO atau bosnya sendiri Zen. Zen yang tahu pasti akan mengambil anak dari tangannya. Apa yang tidak bisa dilakukan dengan kekuasaan dan uang ditangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Hutabarat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
eps. 10 perkara berbohong
" Berhenti sekarang... aku mau turun..." Lovely berteriak dengan marahnya selama perjalanan mereka. Bukan dirinya yang dia khawatirkan tapi nasib anak anaknya yang menangis mencari dirinya di waktu malam.
" Mau apa kau sebenarnya... "
Zen tetap tidak begeming tatapannya masih menatap lurus ke depan. " Tuan tolonglah lepaskan aku... aku harus pulang ada yang menungguku di rumah." Tangis Lovely mengingat anak anaknya.
" Apakah aku harus memberitahukan padanya perihal anak anakku... bagaimana jika dia menyelidiki siapa anakku itu dan membawanya pergi. "
" Tuan aku mohon lepaskan aku malam ini, aku tak bisa meninggalkan seseorang pada waktu malam... "
Zen malah mengernyitkan dahinya. " *Siapa yang menunggunya malam malam, apakah pacarnya Rudi, atau pria lain?"
" Shits, kenapa harus mengatakan ada yang menungguku lihat wajahnya... pasti dia berfikir aneh aneh*... "
Akhirnya mereka memasuki sebuah hotel bintang lima. Tubuh lovely lemas ketika mobil berhenti di parkiran hotel, hotel yang sama dengan peristiwa 4 tahun yang lalu,membayangkan apa yang akan dia lakukan disana.
Langit, Bulan maafkan ibu belum bisa pulang nak. Zen membuka pintu mobil Lovely
" Mau aku gendong lagi atau mau berjalan sendiri.. " Lovely sudah lemas tak mempunyai tenaga lagi untuk berdebat. Dia berjalan digandeng tangan Zen memasuki lift. Dia bersandar pada dinding lift dan memegang dahinya. Zen berada didepannya tanpa melihatnya. Pintu lift terbuka langsung masuk ke dalam penthouse milik Zen. Pria ini langsung menarik tangan Lovely berjalan hingga sampai ke tempat yang sama. Yah... kamar itu saksi dimana pergumulan yang menyebabkan mahkotanya terengut dan juga yang menyebabkan adanya dua anak manis itu.
Tubuh lovely dihempaskan dengan kasar diatas kasur yang lembut itu. Tubuh Zen merangkak naik ke atas tubuhnya.
" Tuan... apa yang akan kau lakukan. "
" Melakukan yang dulu pernah kita lakukan. "
Katanya dengan wajah diatas wajah Lovely. Lovely menelan salivanya dengan sulit.
"Katakan padaku apa yang kau ingat tentang kamar ini... " Kata Zen serak, sembari menghirup aroma rambut Lovely.
" Aku sudah melupakannya... aku tak ingat lagi"
" Kalau begitu akan kuingatkan. " Zen hendak mencium Lovely, tapi Lovely menggeser posisi kepalanya.
" Kau begitu mudahnya melupakannya Love. " Kata Zen dengan nada tinggi.
" Berapa pria yang sudah menghangatkan tubuhmu itu Lov" Pria ini mulai bangkit dan berdiri lagi.
Lovely sangat terhina dengan ucapan Zen. Tapi rupanya kemarahan Zen akan membuatnya berhenti dari tingkah gilanya.
" Kenapa... kau cemburu? "
" Cih... kau sama dengan wanita jalang."
" Setidaknya aku tidak menjual tubuh seksiku ini. "
" Ho... ho... kau masih sama saja membanggakan tubuhmu itu, apakah kau tak malu untuk mengatakannya Love. "
" Kenapa kau jijik, aku saja bisa menyerahkan diriku pada lelaki yang belum kukenal...kau bisa membayangkan setelahnya kan. " Lovely bersyukur Zen telah menjauh dan jijik terhadap dirinya.Walau harus menghina diri sendiri itu lebih baik dari pada dia kembali jatuh dikubangan lumpur yang sama. Dua anak itu cukup takutnya jika bertambah dua lagi bagaimana hidupnya kedepan. "Langit dan Bulan tolonglah momiemu ini keluar dari jerat ayahmu... "
" Apakah aku bisa pulang sekarang...? " Zen membuka laci nakasnya dan mengambil rokok juga korek. Dia mulai menyalakan rokok itu, dan menghembuskannya ke wajah Lov
" Mandilah dulu dan ganti bajumu, aku tak suka kau memakai baju yang mengekspos seluruh tubuhmu. "
" Kenapa kau bukan suamiku, aku bisa memakai apa yang kusuka. "
" Akan kurobek baju itu jika kau melawan. "
"Kau... percuma berdebat denganmu kau lelaki arrogant yang berbuat sesuka hatinya. "
" Ambil paper bag di atas meja itu, disana ada bajumu. Aku sudah memesannya untukmu tadi. " Zen lalu berjalan membuka pintu kaca yang menghubungkan dengan balkon kamar.
Lovely menuruti ucapan Zen. Dia mandi selama setengah jam. Lalu memakai baju pemberian Zen. Baju dengan ukuran yang pas juga ********** ukuran yang pas. Sejenak wajah Lovely merona membayangkan bagaimana Zen memesan baju dalaman beserta ukurannya yang begitu pas.
Setelah mengeringkan rambut dengan hairdryer di wastafel kamar mandi itu dia lalu keluar. Suara jantungnya masih sama berdegub dengan kencang setiap bertemu dengan Zen.
Dia melangkah keluar dari kamar mandi dan tak menemukan Zen didalam kamarnya. Pandangannya di alihkan ke arah balkon kamar. Disana terlihat kepulan asap rokok, dengan rasa was was Lovely mendekat hanya sampai di pintu balkon.
" Bisakah aku pulang sekarang? " Tak ada jawaban dari Zen. Zen masih asik melihat pemandangan kota dari balkon kamarnya.
" Indahkan pemandangan ini... . lebih indah lagi jika berdiri dengan orang yang kita cintai. "
Lovely tak tahu harus menjawab apa...
" Love pernahkah kau hamil anakku...? "
Lovely bingung untuk menjawabnya. Jika berkata iya dia takut dipisahkan dengan si kembar, jika dia berkata tidak berarti dia berbohong dan bagaimana jika suatu hari Zen mengetahuinya pasti pria ini akan marah besar terhadapnya.
" Lupakan pertanyaan konyol itu. " kata Zen tiba tiba , lalu membalikkan badannya.
" Kau bisa pulang sekarang, di depan ada sopir yang akan mengantarkan ke rumahmu. "
ceritanya bagus, keren banget 👍
semoga sukses selalu