NovelToon NovelToon
Hamil Tanpa Suami

Hamil Tanpa Suami

Status: tamat
Genre:Lari Saat Hamil / Hamil di luar nikah / Kehidupan di Kantor / Tamat
Popularitas:339.2k
Nilai: 4.8
Nama Author: tita dewahasta

Lana adalah perawat yang selalu berpindah kota. Kota baru yang dia tinggali (Koja) ternyata membawanya ke dalam kisah cinta yang sulit untuk tergapai.

Syafira, sahabat Lana sejak SMP yang dulu menemaninya melalui masa remaja Lana yang sulit dan menyedihkan, menolongnya lagi untuk mendapat pekerjaan di Koja. Dia mengagumi seorang dokter bernama Nathan.

Setelah Lana masuk ke rumah sakit yang sama, Lana pun jatuh cinta kepada orang yang dikagumi sahabatnya sendiri yaitu Nathan.

Di tengah kisah cintanya, Lana, Nathan, Dion (sahabat Nathan) dan Asa (istri Dion) juga rajin berdonasi untuk menolong para ibu muda yang mengalami kehamilan tidak terencana.

Kemudian, mereka mendirikan dan mengurus bersama sebuah rumah singgah untuk menyelamatkan jiwa-jiwa suci yaitu anak dari kehamilan tidak terencana.

disclaimer:
Nama tokoh, kota, aplikasi dalam novel ini hanyalah fiktif. Jika ada kesamaan, itu hanya kebetulan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tita dewahasta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9.Makan Di Mall

Tidak lama, Nathan juga keluar dari ruangannya.

“Ayo, Bro, pake mobil gue aja ya!” Dion menawarkan tumpangan.

“Emang mau kemana kita?”

“Ke mall.”

Dion menyetir mobilnya, Nathan berada di kursi sebelahnya. Sedangkan Lana di kursi belakang bak ibu bos yang dikawal 2 bodyguard-nya. Tentu saja Lana merasa sangat kaku dan serba salah. Dari pada salah berkata, dia memilih diam tanpa kata.

Nathan sudah tidak tenang sedari tadi. Sedangkan Dion sepertinya sedang menikmati menjadi seorang yang pendiam. Tiga orang itu benar-benar seperti balita yang sedang menjalankan aksi GTM (Gerakan Tutup Mulut). Tak ada mulut terbuka sama sekali.

Mereka masuk ke sebuah mall.

"Kamu mau makan apa, suster Lana?” tanya Dion.

Pertanyaan itu membuat Lana bingung menjawab. Pasalnya, jika ternyata makanan pilihannya mahal, dia takut menyusahkan atau disangka memanfaatkan kesempatan.

“Kalau bingung, gini aja ... makanan kesukaan kamu apa?” Dion memberi solusi.

“Kok makanan kesukaan saya, Dok? Nggak kesukaan Dokter Dion atau Dokter Nathan aja? Saya ngikut.”

“Kesukaan kamu aja! Nathan itu payah kalau disuruh pilih makanan.”

“Saya juga payah, Dok. Saya ngikut aja.”

Ternyata Lana menganut prinsip 'ngikut' atau terserah sehingga tak membantu Dion dalam memilih makanan. Akhirnya si dokter kandungan lah yang memutuskan. “Oke, kita makan fetucinni aja ya."

Mereka berjalan menyusuri mall itu mengikuti langkah Dion. Nathan sekedar mengikuti tanpa banyak komentar. Terlihat banyak gadis-gadis muda memandangi Nathan. Dokter itu memang cukup menarik di kalangan wanita. Penampilan fisiknya masih sangat segar di usianya yang berada di awal 30-an.

Dion pun tidak jauh berbeda. Dia memiliki dagu yang panjang dan karisma di wajahnya. Namun, jika mereka berjalan bersama, Nathan lah yang dilirik pertama. Dion terlihat menawan, tapi figurnya lebih dewasa dengan kacamata minus yang selalu tersemat di wajahnya.

Alat bantu penglihatan itu pun menyangkut secara sempurna di hidung mancungnya. Tidak khawatir akan melorot.

Kesan yang nampak pada diri Dion adalah bapak muda yang cerdas. Sedangkan kesan pada diri Nathan adalah pria matang yang tampan.

Dion memesan 3 porsi fetucinni. “Suster Lana, boleh saya panggil nama aja?”

“Boleh, Dok."

“Waktu kecil kamu sering ke mall, Na?”

Lana menggeleng.

“Tapi pernah kan waktu kecil?”

Lana menggeleng lagi.

“Emangnya di daerah kamu belum ada mall?” tanya Nathan.

“Mall yang paling dekat 1 jam dari tempat saya.”

Jawaban Lana membuat Nathan terkekeh. “Hahah, kasian bener.”

Lana dan Dion memandang Nathan dengan tatapan aneh. Mereka tidak tertawa dan tidak merasa lucu sama sekali. Menyadari tidak ada yang tertawa sepertinya, Nathan pun diam dan salah tingkah.

Kenapa pada serem. Apa udah pada nggak bisa diajak bercanda? (Nathan).

Ponsel Dion berbunyi. Dia berdiri dan berjalan menjauhi meja yang mereka tempati agar lebih bisa mendengar suara sang penelpon di seberang sana.

Setelah selesai berbicara melalui telepon, dia kembali ke meja. “Lana, Nathan, sorry banget. Itu tadi istriku. Aku lupa kalau hari ini ibuku datang ke rumah. Aku pergi duluan ya. Kalian lanjut aja makannya, bill-nya udah aku bayar kok barusan,” ucap Dion, tergesa-gesa.

Dia mengambil jaket dan kunci mobilnya lalu beranjak pergi. “Eh lupa, Bro, tolong anterin Lana ya! Makasih lho.”

“Hey, Dion,” teriak Nathan.

Dion tidak menggubris dan pergi begitu saja.

“Main nyuruh anter orang aja, anter pake apa emangnya?”

“Lhah, iya ya, kita pulangnya gimana?”

“Taksi lah, terpaksa. Tapi ya ke rumah sakit ambil mobil.”

Luar biasa, aku makan berdua aja sama dokter Nathan yang digandrungi banyak orang itu. Mereka sih nggak tahu dalemnya dokter ini kayak gimana. Kalau mereka tahu dokter Nathan yang terhormat ini jahil dan tengil minta ampun, mereka masih ngefans nggak ya? (Lana).

“Dok, kita nggak lagi dikerjain Dokter Dion, kan?”

Nathan menaikkan 2 alisnya, kemudian mengkerut. Dia menaikkan bahunya.

~

Dion masuk ke rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 18.30.

“Kok telat pulangnya, Mas, dari mana?”

Tiba-tiba Dion tertawa terbahak-bahak sembari memeluk istrinya.

“Kenapa ketawa, Mas? Habis ngerjain orang ya kamu?”

Dion tersenyum menahan tawa yang tersisa. ”Lucu banget, sekarang Nathan sama suster baru lagi ada di mall makan bareng. Nathan nggak bawa mobil pula hahah.”

“Astaga, terus gimana nanti mereka pulangnya?”

“Halah, mereka kan udah pada dewasa, naik ojek kek, taksi kek, bis kek, kalau terpaksa ya jalan kaki masih bisa.”

“Mas, Mas, kamu nggak berubah juga. Kirain kamu masih sedih gara-gara kemarin.”

Senyum dan tawa Dion perlahan hilang.

“Oh ya, tadi aku nelpon panti asuhan deket sini. Katanya nggak apa-apa kalau kita main ke sana. Kapan-kapan kita ke sana ya, Mas. Pengen main-main sama anak-anak di sana.”

“Kamu pengen adopsi?”

“Enggak kok. Kalau Mas belum siap adopsi, aku nggak akan adopsi. Tapi kalau main-main aja boleh, kan? Terus kita bisa nyumbang sedikit buat mereka.”

“Oh, lupa, perawat baru yang lagi makan sama Nathan ini masa kecilnya di panti asuhan. Tadinya aku juga mau tanya-tanya soal masa kecilnya waktu di panti. Tapi tadi keburu Feri nelpon. Aku bilang kalau kamu yang nelpon, terus aku tinggalin aja mereka.”

“Berarti dia yatim piatu?”

“Ya nggak tahu sih. Orang ninggalin anak di panti kan nggak musti yatim piatu.”

“Tapi sama aja kayak yatim piatu, toh nggak punya figur bapak ibu. Kenapa kamu ngerjain orang yang dulunya tinggal di panti, Mas? Kita ini lagi usaha pengen punya anak lho, kamu malah ngerjain anak terlantar. Kalau tambah sulit gimana? Kualat!”

Dion terdiam, memikirkan kata-kata Asa istrinya.

~

Nathan dan Lana berjalan menuju keluar mall. Tapi seperti kebanyakan wanita, Lana tertarik untuk mampir di toko-toko dalam mall itu.

"Bentar, Dok, lihat pernak pernik ya! Bentar aja kok."

Nathan tidak menjawab, dia menunggu di luar.

Sudah kuduga, suster baperan ini bakal mampir-mampir shopping. Biar kutebak, bukan shopping beneran, tapi window shopping alias lihat-lihat doang (Nathan).

Lana pun keluar.

“Beli apa?”

“Nggak kok, lihat-lihat doang."

Beneran woy, sialan. (Nathan).

“Mampir sini bentar ya, Dok! Mau lihat sepatu.”

Nathan menunggu di luar lagi. Sekitar 10 menit kemudian Lana keluar.

“Mana sepatunya?”

“Nggak jadi beli, heels-nya ketinggian."

Nathan melihat jam tangannya, dia sengaja melakukan gerakan itu di depan Lana agar sang suster mengerti mereka harus segera pulang.

“Toko buku ....”

“Eitss ....” Nathan menarik baju Lana. Ternyata isyarat Nathan melihat jam tangan tadi sama sekali tidak bekerja pada wanita yang matanya sedang hijau melihat barang-barang di mall. “Kalau kamu nggak beli apa-apa, mendingan kita pergi aja! Capek, mau pulang.”

“Yang ini beli kok, bener deh. Dokter ikut masuk aja sekalian, ini kan toko buku. Dokter nggak bakal dikira mau beli sepatu high heel.”

Nathan pun masuk. Dia sebenarnya hobi membaca. Namun, akhir-akhir ini jarang membeli buku baru. Kebetulan toko itu sedang memberikan diskon yang banyak. Lana mengambil 2 novel tebal, dan 1 novel sedikit tipis. Nathan mengambil satu novel dari penulis idolanya, John Grisham.

“Suka John Grisham juga, Dok?”

“Iya, kamu tahu John Grisham?”

“Tahu dong, buku itu saya punya. The Broker.”

“Masak? Siapa tokohnya?”

“Ehm, duh siapa ya. Saya udah lama bacanya. Sebentar saya inget-inget.”

Bingung kan kamu, ketahuan kan kamu cuma pengen kelihatan keren. Ngomong aja kalau kamu nggak ngerti isi buku ini. Nggak mungkin kamu tahu, paling-paling buku yang kamu baca itu resep nggaet laki. (Nathan).

to be continued...

Jogja, February 9th 2021

1
Ledy Gumay
Lumayan
desember
wkwkwk
desember
🤣🤣🤭
Henym
Luar biasa
Selu Andyka
bagus
Fitriyani
mnrt q d situlah letak kesalahan Dion,mnrt q mmbela istri bukan brrti harus melawan ibu kn..
🌹🪴eiv🪴🌹
keren ceritanya
terimakasih untuk tulisan indah mu thor 💜💜
🌹🪴eiv🪴🌹
daniel bengek deh 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
🌹🪴eiv🪴🌹
ngekek nganti loro weteng ya ampyun
🌹🪴eiv🪴🌹
eh busyet,,lebar banget ,,
Seruling Emas
Aku lbh suka yg tema ini ketimbang yg lain.. Topiknya kereeennn.. Sekalian buat nambah ilmu menulis. Makasih referensinya kk author
Seruling Emas: Kakak blom ulas novel keduaku Angel K05.. please ulas temanya.. krn puebi pastilah kacau balau.. tolong sarannya..🙏
Tita Dewahasta: sebenernya sy jg ga begitu bisa nulis romance. 3 novel yg di noveltoon jadi dibumbuin romance biar ada yg baca😂.
total 5 replies
Seri Rahmawati
ketwa ja aq ny, mmbca bagian novel ini..udh kbyang ja cra kesl ma bertgkar ny smua karakter...😂😂🤲aalhmdllh jd nkh jg,,sblum ank ny lhir..tp klo udh lhir,,nkh lg biar afdol..
Farhah Ali basebe
penjelasan Othor memang benar kalau hamil harus di USG karena saya pernah mengalami hamil 4 bulan tp gak ada janin gak taunya d kandungan saya ada virus dan d usia 4 bulan janin/kandungan Kosong, jadi tuk calon Ibu yg lagi hamil cek kehamilan dan USG itu perlu.
zeanii_zhikazu
dan ini sakit juga hehehe..
zeanii_zhikazu
jujurly lbh sakit dijahitnya drpd nglahirinnya..tp masyaAlloh nikmaaaattt..
zeanii_zhikazu
sahabat sejatibya gini klo ngomong ga disaring tp aneh nya ga ada rasa sakit hati..
zeanii_zhikazu
jd keinget jaman jadi anak kost hahahaha
alin juwita
g suka ni...punya sahabat ok sih tp apa hrs masa depan konsekuensi nya...ni mah sama aja kl rmh tangga tp damai tdknya ditentukan sm recokan org meski org terdekat sekalipun...
Nophe Yansyah
nathan, nathan kok bsa gtu yak hahah
Khayra
ceritanya bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!