pernahkah kau membayangkan terjebak dalam novel favorit, hanya untuk menyadari bahwa kau adalah tokoh antagonis yang paling tidak berguna, tetapi Thanzi bukan tipe yang pasrah pada takdir apalagi dengan takdir yang di tulis oleh manusia, takdir yang di berikan oleh tuhan saja dia tidak pasrah begitu saja. sebuah kecelakaan konyol yang membuatnya terlempar ke dunia fantasi, dan setelah di pikir-pikir, Thanz memiliki kesempatan untuk mengubah plot cerita dimana para tokoh utama yang terlalu operfower sehingga membawa bencana besar. dia akan memastikan semuanya seimbang meskipun dirinya harus jadi penggangu paling menyebalkan. bisakah satu penjahat figuran ini mengubah jalannya takdir dunia fantasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Xg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesialan Thanzi
Thanzi terengah-engah, bersandar pada batang pohon raksasa, rasa sakit berdenyut dari bahunya yang terluka. Aroma tanah basah dan darah samar memenuhi indranya. Ia telah berhasil lolos dari cengkeraman Shadow Syndicate, berkat gelombang mana yang tiba-tiba terserap ke dalam tubuhnya, memicu dan memperkuat ilusi resonansinya hingga mampu mengelabui pembunuh elit sekalipun.
Jadi ini kemampuannya... tubuh ini bisa menyerap mana dan mengubahnya menjadi... ilusi? Thanzi merenung, menatap tangannya. Ia merasakan aliran energi asing yang hangat di dalam dirinya, berbeda dengan resonansi murninya yang selama ini hanya berupa manipulasi frekuensi. Ini adalah sihir. Sihir yang bisa ia kendalikan, sihir yang lahir dari kekosongan bakatnya.
Sensasi mana yang terserap itu membuatnya semakin kuat dalam menguasai ilusi. Sekarang, ilusi yang ia ciptakan tidak hanya membingungkan indra, tetapi juga terasa lebih nyata, hampir seperti ilusi fisik yang bisa disentuh, ilusi yang jauh lebih besar dan kompleks. Ia bisa merasakan potensi tak terbatas dalam kemampuan baru ini, potensi untuk mengendalikan persepsi dan realitas lawan di tingkat yang lebih dalam.
Sungguh hadiah yang tak terduga dari si Marquess Aerion, Thanzi menyeringai tipis, mengabaikan rasa sakit di bahunya. Dia ingin membunuhku, tapi malah memberiku kekuatan baru. Ini akan mengubah segalanya. Ia tahu, dengan sihir ilusi ini, ia bisa melampaui Michael dan pahlawan lainnya dalam hal kecerdasan dan tipu daya.
Monster yang Tak Ada dalam Cerita
Dengan optimisme baru yang dibalut kehati-hatian, Thanzi kembali melanjutkan perjalanannya menuju Reruntuhan Kuil Bulan. Namun, kebahagiaannya tak berlangsung lama. Baru beberapa saat setelah ia melarikan diri dari Shadow Syndicate dan merasakan kekuatan barunya, ia malah bertemu dengan sebuah monster yang jauh lebih kuat dari monster hutan biasa yang pernah ia hadapi di luar hutan ini.
Monster itu adalah Grakon Hutan, makhluk setinggi dua meter dengan kulit berlumut telum yang keras seperti batu dan cakar tajam yang berkilat kehijauan. Matanya merah menyala, memancarkan aura buas yang mengerikan. Grakon itu meraung, suaranya mengguncang pepohonan.
Thanzi sigap menghunus pedangnya, mencoba menerapkan teknik pedang yang baru diasah. Ia melesat, mencoba mencari celah. Namun, Grakon itu terlalu cepat, cakar-cakarnya mengayun dengan kekuatan dahsyat. Thanzi berhasil menghindar, tetapi ia merasakan angin dari ayunan cakarnya yang nyaris membelah tubuhnya.
Sial! Monster ini jauh lebih kuat dari yang kubayangkan! pikir Thanzi, terhuyung mundur. Luka di bahunya kembali berdenyut, dan energi mananya, yang baru saja ia serap dan gunakan untuk melarikan diri, belum terisi penuh. Kekuatan ilusinya memang dahsyat, tetapi ia butuh waktu untuk menyerap mana dan memulihkan diri. Ia tidak bisa menggunakan ilusi kuat secara terus-menerus.
Hampir saja sebuah cakar besar menghantam kepalanya. Thanzi melompat ke samping, tetapi ia kehilangan pijakan dan terjatuh. Grakon itu meraung, siap menghantamnya dengan tinju batu. Thanzi mengulurkan tangan, secara refleks mencoba melancarkan ilusi kuat. Ia berhasil menciptakan ilusi Grakon itu terpeleset, membuat monster itu sedikit ragu dan ayunannya meleset tipis. Celah singkat itu cukup. Thanzi segera berguling dan melarikan diri sekuat tenaga, memanfaatkan akar-akar pohon sebagai penutup, menghilang di balik kabut tebal.
Ia terus berlari, napasnya terengah-engah, jantungnya berdebar kencang di dadanya. Mengapa ada monster sekuat ini di sini?
Rantai Kesialan dan Pertanyaan Takdir
Kesialan Thanzi tidak berhenti sampai di situ. Semakin ia berjalan ke dalam hutan, semakin sering dirinya malah bertemu monster yang begitu kuat. Ia bertemu sekawanan Serigala Bayangan yang berburu dalam kelompok, mengandalkan kecepatan dan koordinasi mereka untuk mengepung mangsa. Thanzi harus menggunakan ilusi terkuatnya untuk memecah formasi mereka dan melarikan diri, nyaris tanpa henti. Kemudian ia bertemu Wraith Pohon, makhluk eterik yang sulit disentuh dan mampu menguras energi kehidupan. Setiap pertemuan adalah pertarungan hidup dan mati, di mana Thanzi harus mengandalkan kecerdikan, kecepatan, dan kemampuan ilusinya yang masih baru untuk melarikan diri.
Ini aneh... ini sangat aneh, pikir Thanzi sambil berlari di antara pepohonan lebat, tubuhnya lelah dan penuh luka goresan. Dalam novel aslinya, Michael dan yang lainnya pergi ke Hutan Terlarang ini. Mereka memang menghadapi beberapa monster, tetapi tidak ada yang sekuat ini, dan tentu saja tidak ada yang seberbahaya ini! Mereka bisa masuk dengan lancar, hanya sedikit kesulitan di bagian terdalam.
Thanzi mengerutkan kening. Apakah karena ia adalah "villain" sehingga dunia ini secara otomatis meningkatkan kesulitan baginya? Atau karena ia telah mengacaukan alur cerita dengan mengalahkan Michael di ujian final? Ia tidak tahu kesiapan apa yang dirinya dapatkan. Ia telah berlatih keras, memperoleh sihir, tetapi tetap saja ia terus-menerus dihadapkan pada bahaya yang melampaui ekspektasinya.
Ia tidak bisa beristirahat dengan tenang. Setiap kali ia mencoba berhenti untuk memulihkan diri, resonansinya akan merasakan aura monster atau jebakan baru yang mendekat. Setiap kali ia berpikir ia sudah aman, sebuah bahaya tak terduga muncul.
Ini bukan hanya misi yang berbahaya, pikir Thanzi, pedih di luka bahunya semakin terasa. Ini adalah ujian yang tidak adil. Seolah-olah takdir sendiri sedang mencoba menyingkirkanku. Namun, sebuah tekad membara muncul di matanya. Aku tidak akan menyerah. Aku tidak akan membiarkan takdir ini mengalahkanku. Aku akan terus maju, bahkan jika aku harus melawan seluruh hutan terkutuk ini.
Kesialan Thanzi di Hutan Terlarang baru saja dimulai. Ia menyadari bahwa perjalanannya akan jauh lebih berat dan penuh bahaya dari yang ia bayangkan sebelumnya.