"Payungmu hilang, langit pun menghujanimu dengan deras, serta angin yang berhembus juga kencang, yang membuat dirimu basah dan kedinginan"
"Ternyata tidak berhenti sampai disitu saja, hujan yang deras serta angin yang berhembus kencang ikut menenggelamkan dirimu dalam banjir yang menerjang"
"Sampai pada akhirnya kamu menghilang dan yang aku temukan hanyalah luka yang mendalam"
~Erika Aura Yoana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amil Ma'nawi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengetahui
Saat perlajanan pulang, Haura masih diam saja saat berada di boncengan Erika. Erika hanya mencuri curi pandang dari kaca spion motornya. Dan ia akhirnya memberikan diri untuk bertanya.
"Haura,,, kenapa diem aja si? Dari tadi kita berangkat loh, ada apa?"
"Emangnya gak boleh, Haura diem?" Erika memejamkan matanya. Ternyata ucapannya berhasil menyinggung Haura.
Kaan,,, salah ngomong Erika bergerutu di dalam hatinya.
"Enggak gak papa" Setelah itu hening, tak ada percakapan lagi sampai mereka tiba di pekarangan rumah Haura. Erika sedikit terkejut, saat melihat Hayra yang langsung turun dari atas motornya dengan menghentakkan kakinya.
Disana sudah terlihat Alvan yang sudah tersenyum lebar menyambut kedatangan Haura, tetapi lain halnya dengan Haura yang memasang raut wajah yang sulit di artikan.
"Hai, datang-datang kok udah cemberat cemberut, ada apa?" Haura tidak menjawab, namun ia menatapnya dengan tatapan sedih. Mata Haura berkilau karena air matanya, yang mulai bergelinang.
Alvan menahan lengan Haura yang baru saja melewatinya, tanpa mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. Haura segera menepiskan tangan Alvan dengan cukup keras. Kemudian Alvan bertanya dengan mengangkat dagunya, dan Erika menjawab dengan mengangkat kedua bahunya.
Alvan berlari untuk menyusul Haura, sementara Erika, dia bertemu dengan orangtua Alvan yang baru saja tiba. Alvan berhenti tepat di hadapan Haura.
"Dimana oma?" Kini, Air matanya menetes dan meluncur di pipi polos milik Haura.
"Di dapur" Haura berniat untuk melewati Alvan, namun Alvan menghadangnya.
"Kamu kenapa, si?" Karena kesal dengan Alvan yang terus bertanya, Haura pun mendorong tubuhnya sampai mundur beberapa langkah.
"Ada apa, nak?" Tanya Hani yang baru saja melihat pemandangan di hadapannya.
"Gak tau, ma. Haura, aneh. Dia barusan pulang bareng temennya, dan tiba-tiba gitu, Alvan udah tanya tapi gak di jawab" Setelah itu, Hani, papa Alvan, Alvan dan Erika pergi menuju Erika dan omanya berada.
"Dimana?" Oma tidak tahu Haura mengetahui hal itu dari siapa, yang jelas saat ini beliau harus bisa menjawabnya.
"Udah oma kasih tau kan, sayang? Mama sama papa kamu lagi kerja" Haura tertawa kecil, lalu berkata. "Oma bohong kan? Selama ini, oma udah bohongin Haura,,," Punggung Haura bergetar karena tangisnya yang pecah. Kemudian Hani yang mendengar itu langsung berdiri di hadapan Haura dan memegang kedua bahunya.
Tetapi Haura menepis tangan tantenya itu. Dan kini, tatapannya tertuju pada Hani. Tatapan dalam yang amat sangat terlihat menyakitkan. "Kita gak pernah bohongin kamu, sayang. Melainkan-" Haura langsung menyerobot memotong perkataan Hani.
"Melainkan kalian semua mau nyakitin Haura? Gitu? Hha,,, huuft,,, lucu ya, hal sepenting ini, Haura malah tau dari orang lain" Hayra menggeleng kan kepalanya, hatinya begitu sakit dadanya terasa sesak. Haura begitu hancur dengan semua ini, dia tidak menyangka saja dengan semua ini.
"Haura sakit tante!" Haura menunjuk dadanya yang terasa sesak. Haura ingin membentak, tapi tidak bisa. Nada bicaranya lebih ke sakit dan sesak.
"Kenapa harus sembunyikan hal ini dari Haura? Hiks. Haura punya salah apa? Hiks" Alvan pun maju dan bergabung bersama mamanya juga Haura.
"Jangan dengerin perkataan orang lain, Hora-" Saat ini Haura sedang tidak ingin mendengar perkataan dari semua orang yang ada disana.
"Terus Haura harus dengerin siapa? Harus dengerin pembohong kaya kalian? Hha, hal sebesar ini? Bisa-bisanya ya? Haura tau dari orang lain" Haura menghapus air matanya sampai tak tersisa sampai, meskipun air mata terus mengalir dari matanya.
"Sekarang Haura harus pulang kemana? Haura harus cerita ke siapa? Sedangkan oma, tante, om dan Alvan dan bahkan Erika, kalian udah bohongin Haura,,," Haura menutup wajahnya denga kedua telapak tangannya sambil menunduk.
Sementara itu, Erika masih memikirkan siapa orang yang sudah memberi tahu Haura tentang hal ini.
Siapa yang udah ngomong tentang hal ini sama Haura? Perasaan gak ada lagi yang tau tentang hal ini selain keluarga ini dan keluarga ku. Atau?,,, Erika terus berkelahi tentang pertanyaan pertanyaan yang muncul di benaknya.
"Hora, denger-" Lagi-lagi Haura memotong perkataan Alvan.
"Cukup! Ya? Haura udah cukup dengerin kalian, bahkan kebohongan kalian. Haura sakit Avan, Haura hancur,,," Alvan menarik Haura kedalam pelukannya, namun ia tidak bisa menahan tenaga Haura yang sangat kuat, Hayra mendorong tubuh Alvan sampai terjatuh. Lalu Haura berlari menuju keluar rumah, di susul oleh Erika yang mengejarnya.
Haura menaiki motornya yang terparkir di halaman rumah. "Hau, Haura. Jangan pergi, ya? Plis" Erika menahan bagian depan motor Haura agar tidak pergi, tetapi Haura membunyikan klaksonnya selama mungkin, sampai Erika menyingkir dari hadapan motornya.
"Hau, Hauraa!!!" Erika berlari mengejar motor Haura yang sudah melesat pergi. Kemudian Alvan keluar dari rumah dan memanggil Erika yang tengah menangis.
"Erika! Cepet susul!" Dengan cepat Erika berlari menuju motornya, tetapi ada satu hal yang terjadi. "Kak Alvan, motornya gak mau nyala" Erika sedikit kesal dengan motornya yang tak kunjung menyala, Alvan pun kembali turun dari atas motornya dan menghampiri Erika.
"Aduh, kenapa gak mau nyala si, ni motor" Alvan sudah mencobanya beberapakali, tapi tak kunjung hidup. Kemudian, matanya tertuju pada satu hal yang membuat motornya tak ingin hidup.
"Ya ampun, standarnya Erika,,,,, dah nih dah nyala ayo cepet" Dengan cepat mereka menyusul Haura yang sudah pergi jauh, tapi mereka akan mengusahakannya untuk bisa menyusul.
Saat sudah sekitar pergi satu kilo meter dari rumah, Alvan dan Erika menghentikan motornya, karena di depan sana terlihat ada kerumunan orang dan juga beberapa orang polisi. Karena akses jalan tertutup, Alvan pun turun dari motornya, dan berapa terkejutnya ia saat mendapati motor Haura yang sudah tidak membentuk motor.
Motornya ringsek karena tergilas truk besar, karena motor Haura sempat menjadi ganjal dari ban truk tersebut. Alvan menerobos masuk kedalam kerumunan tersebut, ia melihat satu jasad perempuan yang sudah berlumuran darah di tubuhnya.
"HAURAAAA!!!" Alvan berteriak sangat keras saat itu, sehingga membuat Erika juga penasan dan menyusul Alvan. Saat melihatnya, seketika itu tubuh Erika begitu terasa sangat lemas, ia menjatuhkan dirinya di atas aspal dan menatap kosong jasad yang ada di pangkuan Alvan.
Enggak, ini bukan kamu kan Hau? Kenapa? Kenapa semua ini harus terjadi? Erika mulai menitikkan air mata tapi tetap posisi seperti itu. Erika menangis, tetapi hatinya tidak yakin kalau itu Haura, hatinya seakan berkata kalau Haura baik-baik saja saat ini.
Erika pun kembali bangkit dan kembali menaiki motornya. Erika menancap gas motornya dan pergi meninggalkan tempat tersebut.
...
Di sebuah taman, terlihat seseorang yang sedang berjalan dengan keadaan tubuh yang penuh dengan luka. Kepalanya berdarah, kakinya berdarah, tapi orang itu tidak memedulikan rasa sakitnya yang tidak seberapa itu, dibandingkan dengan sakit yang ada di hatinya.
Ya orang itu adalah Haura, memang sempat terjadi kecelakaan, tetapi Haura langsung memaksakan untuk dirinya pergi, dan jasad tadi itu adalah anak sma yang sama-sama tertabrak oleh truk yang remnya blong. Untung saja Haura masih selamat, tapi mungkin kini nyawa sisa itu sudah tidak ada, karena luka di wajah dan kepalanya sangat parah.
Langit hitam dan angin yang berhembus kencang, membuat Haura berdiri di tengah taman. Ia mengangkat wajahnya ke atas sambil memejamkan mata. Tetes demi tetes hujan mulai membasahi wajahnya yang masih terangkat.
Saat merasakan tetesan hujan ke wajahnya, Haura membuka wajahnya dan tersenyum. Ia begitu menyukai hujan, karena menurutnya saat hujan turun rasanya dingin namun menyenangkan.
"Hujan itu tenang, tapi menyenangkan. Dia banyak, dan membuat tubuh ini basah. Basah itu dingin, dan aku bisa memeluk diriku sendiri"
Bersambung...
Jangan lupa like komen dan votenya
Follow me!
Terimakasih
yg penting bersatu kan?
wkwkwk
mksdnya, thor????
salken, Thor