Rania Kirana seorang penjual cilok berprinsip dari kontrakan sederhana, terpaksa menerima tawaran pernikahan kontrak dari Abimana Sanjaya seorang CEO S.T.G. Group yang dingin dan sangat logis.
Syarat Rania hanya satu jaminan perawatan ibunya yang sakit.
Abimana, yang ingin menghindari pernikahan yang diatur keluarganya dan ancaman bisnis, menjadikan Rania 'istri kontrak' dengan batasan ketat, terutama Pasal 7 yaitu tidak ada hubungan fisik atau emosional.
Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!!
FOLLOW ME :
IG : Lala_Syalala13
FB : Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PKCD BAB 10_Malam Perenungan
"Waktu Anda hanya sampai besok pagi, Mbak Rania. Keluarga saya memaksa saya memberikan jawaban. Pikirkan dengan baik. Besok pagi, saya akan menunggu kabar dari Anda di penthouse saya. Rendra akan mengurus semua yang Ibu Anda butuhkan malam ini. Anda bisa mengunjunginya setelah ini. Pintu S.T.G. terbuka untuk Anda, bukan sebagai penjual cilok, tetapi sebagai calon Nyonya Sanjaya."
Rania mengangguk lemah, mengambil map merah itu, dan keluar dari kantor Abimana, meninggalkan Abimana Sanjaya sendirian, yang sedang menyesap kopi dinginnya.
Abimana tahu, ia baru saja melakukan tindakan yang sangat kejam demi mendapatkan apa yang ia inginkan.
Dan ia merasa, sedikit demi sedikit, ketenangan yang ia lihat di mata Rania di warung kopi, kini mulai menghilang, tergantikan oleh konflik yang mendalam.
Rania kembali ke Rumah Sakit Medika pada malam hari. Rendra sudah mengatur segalanya sesuai instruksi Abimana.
Bu Rahmi dipindahkan ke kamar VIP yang bersih dan nyaman, dikelilingi oleh peralatan medis modern.
Seorang dokter spesialis telah memeriksanya dan menjamin penanganan yang cepat.
Melihat ibunya terbaring tenang di kasur empuk, tanpa harus menahan rasa sakit di kakinya, hati Rania terasa teriris dan lega pada saat yang sama.
Ini semua adalah fasilitas yang didapatnya karena kartu nama hitam itu. Karena ia telah melanggar prinsipnya.
Malam itu, Rania tidak bisa tidur. Ia duduk di sofa kamar VIP yang mewah, memeluk map merah berisi proposal Abimana.
Matanya tertuju pada ibunya, lalu pada map itu, dan kembali lagi ke ibunya. Ini adalah pertempuran batin terberat dalam hidupnya.
Menolak berarti mempertahankan harga dirinya, integritas yang ia junjung tinggi di hadapan Bu Wati dan dunia.
Menolak berarti ia tetap menjadi Rania Kirana, si penjual cilok, yang tidur nyenyak karena tidak berutang budi atau menjual diri.
Tetapi, menolak berarti ibunya, Bu Rahmi, akan kembali ke kontrakan petak, kembali berjuang dengan keterbatasan obat, dan kembali menahan sakit.
Menerima berarti ibunya terjamin kesehatannya, dan ia akan memiliki rumah layak, bebas dari jeratan kemiskinan dan caci maki.
Menerima berarti ia harus menjadi Nyonya Abimana Sanjaya, hidup dalam kepalsuan, dan melepaskan kebebasan serta prinsipnya selama dua tahun.
Tetapi, ia bisa menyelamatkan ibunya dan ibunya bisa sehat kembali.
Rania membuka map itu perlahan. Di dalamnya, terdapat naskah perjanjian yang tebal dan rumit, ditulis dalam bahasa hukum yang formal dan dingin.
Di halaman depan tertulis jelas: PERJANJIAN PERNIKAHAN PRANIKAH (PRENUPTIAL AGREEMENT).
Ia membaca setiap pasal dengan teliti.
Pasal 1: Tujuan Perjanjian. Menyatakan bahwa pernikahan ini adalah pernikahan kontrak dengan durasi 24 bulan, yang bertujuan utama untuk memenuhi tuntutan keluarga Abimana Sanjaya dan memberikan kompensasi finansial kepada Rania Kirana.
Pasal 3: Kompensasi. Jaminan Kesehatan: Abimana Sanjaya menanggung 100% biaya kesehatan Bu Rahmi Sanjaya (Ibu Rania), termasuk perawatan lanjutan pasca-kontrak.
Tunjangan Bulanan: Rania akan menerima tunjangan bulanan yang sangat besar untuk kebutuhan pribadi.
Pasal 5: Kewajiban Istri. Rania harus berperan sebagai istri yang penuh kasih sayang di depan umum, menghadiri acara keluarga, dan dilarang membocorkan rahasia atau sifat asli pernikahan kepada pihak mana pun.
Pasal 7: Batasan Hubungan. Secara eksplisit menyatakan tidak ada kewajiban hubungan suami-istri antara kedua belah pihak. Abimana Sanjaya menghargai privasi dan batasan Rania Kirana.
Pasal 10: Akhir Kontrak. Setelah 24 bulan, perceraian akan dilakukan secara damai. Rania akan menerima aset kompensasi (rumah dan modal usaha) tanpa tuntutan apa pun dari Abimana Sanjaya.
Rania merenungkan Pasal 7. Abimana sangat menghargai batasannya, sesuatu yang tidak ia sangka.
Pria dingin itu setidaknya memegang teguh kata-katanya. Ia hanya membutuhkan seorang mitra bisnis, bukan seorang istri seutuhnya.
Pikirannya kembali kepada ibunya. Ia tahu, ibunya akan marah besar jika tahu ia melakukan ini.
Tetapi, tanpa Abimana, ibunya mungkin tidak akan pernah bisa berjalan normal lagi.
Pada akhirnya, cinta seorang anak kepada ibunya mengalahkan harga diri Rania. Ia memutuskan, ia akan menjalani sandiwara ini.
Dua tahun adalah harga yang ia bayar untuk kesehatan dan masa depan ibunya. Setelah dua tahun, ia akan kembali menjadi dirinya, tetapi dengan Ibu yang sehat dan modal untuk memulai hidup baru.
Rania mengambil pulpen dari meja, tangannya bergetar. Ia menandatangani setiap halaman di tempat yang sudah diberi tanda silang.
Tanda tangan yang menjadi penanda bahwa Rania Kirana si penjual cilok yang keras kepala, kini akan memasuki sangkar emas.
Pukul 09.00 pagi, Rendra datang menjemput Rania dan mengantarnya langsung ke penthouse Abimana.
Rania memasuki penthouse itu untuk pertama kalinya. Pemandangan dari lantai 45 memang menakjubkan, tetapi keheningan dan kemewahan yang dingin terasa mencekiknya. Semuanya terlalu sempurna, terlalu minim emosi, seperti sang pemilik.
Abimana sudah menunggunya di ruang tamu, dengan setelan jas abu-abu gelap, duduk di sofa minimalis.
Di depannya, ada kopi hitam pekat di cangkir porselen mewah, bukan kopi robusta yang "kasar" dari warung Bang Jaelani.
Rania meletakkan map merah berisi perjanjian yang sudah ditandatanganinya di meja. Gerakannya mantap.
"Anda datang tepat waktu, Mbak Rania," sapa Abimana, tanpa basa-basi. Ia mengambil map itu dan memeriksa tanda tangan Rania di setiap halaman.
"Saya sudah memikirkannya, Tuan Abimana. Saya terima proposal Anda. Tapi saya punya satu syarat yang harus Anda tambahkan," kata Rania, suaranya tenang, meskipun di dalamnya ia sedang gemetar hebat.
Abimana menatapnya, sedikit terkejut dengan ketenangan Rania. "Sebutkan."
"Saya ingin status dan posisi saya di mata keluarga Anda jelas. Saya tidak ingin menjadi istri bayangan atau istri yang disembunyikan. Jika saya harus berkorban prinsip, saya akan melakukannya seutuhnya. Di depan keluarga dan publik, saya adalah Nyonya Sanjaya, dan Anda harus memperlakukan saya sebagai istri Anda, meskipun hanya sandiwara."
Rania menatapnya lekat-lekat. "Dan yang paling penting. Jangan pernah, sekali pun, merendahkan saya di depan umum atau meragukan integritas saya. Saya melakukan ini untuk Ibu saya, bukan untuk uang Anda. Ini adalah transaksi hormat bagi saya."
Abimana terdiam, lalu sebuah senyum tipis hanya kilasan yang cepat muncul di sudut bibirnya. Ini bukan senyum sinis. Ini adalah senyum apresiasi.
"Menarik. Itu adalah syarat yang adil. Anda tidak meminta uang tambahan, tetapi meminta hormat. Kesepakatan," kata Abimana.
Ia meraih pena dan menambahkan catatan di Pasal 5 perjanjian: Abimana Sanjaya wajib memberikan penghormatan penuh kepada Rania Kirana di depan publik dan keluarga, menjamin bahwa perannya sebagai istri diakui secara mutlak.
"Selamat, Nyonya Sanjaya," ucap Abimana, kali ini suaranya terdengar resmi, bukan dingin.
"Mulai hari ini, hidup Anda berubah total. Rendra akan mengurus kepindahan Ibu Anda ke rumah yang layak dan mengurus semua keperluan Anda. Dalam tiga hari, kita akan menikah secara perdata. Seminggu setelah itu, kita akan mengadakan resepsi kecil yang formal untuk mengumumkan kepada keluarga." ucap Abimana setelah kesepakatan disepakati.
.
.
Cerita Belum Selesai.....
ayak ayak wae...
di tunggu updatenya