Beni Candra Winata terpaksa menikah dengan seorang gadis, bernama Viola Karin. Mereka dijodohkan sejak lama, padahal keduanya saling bermusuhan sejak SMP.
Bagaimana kisah mereka?
Mari kita simak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamil 2
"Lo gak pantas jadi istrinya Beni! Dasar wanita murahan!" teriak Lidia, merasa dirinya paling dekat dengan Beni.
"Emang lo pantas!" Viola mendorong tubuh Lidia, hingga terjatuh ke lantai.
Beni yang baru saja datang, melihat kejadian jatuhnya Lidia menjadi kesal kepada Viola. Ia berpikir Viola bersikap kasar. Beni bergegas membantu Lidia berdiri dari jatuhnya, lalu mengajaknya duduk. Sedangkan laki-laki yang bersama Lidia, pergi begitu saja tanpa menghiraukan Lidia.
"Sesama wanita gak seharusnya lo berbuat kasar! Gue kecewa sama lo!" seru Beni.
"Terserah! Gue hanya membela diri!" Viola meninggalkan mereka berdua.
Malam ini tidak sesuai dengan keinginan Viola, moodnya juga sudah berantakan. Ia kemudian memasukkan pakaiannya ke dalam koper, berencana pulang ke rumahnya.
Beni sudah tidak bisa dipercaya lagi, mulai sekarang Viola pasrah mau diberikan warisan atau tidak. Ia berpikir pernikahannya harus berakhir, demi menjaga kesehatan mental.
Bulir air mata Viola menetes, membasahi wajahnya. Rasa penyesalan kian menyelimuti hatinya, dadanya terasa sesak merasakan kesedihan.
"Malam ini Lidia menginap di vila kita," ucap Beni, tiba-tiba sudah berdiri di belakang Viola.
"Gue gak peduli." Viola berdiri dari duduknya, ia menarik kopernya ke arah luar. Bahunya ia sengaja tabrakan ke tubuh Beni yang berdiri menghalangi jalannya.
"Acara bulan madu belum berakhir, lo gak boleh pergi!" Beni menarik tangan Viola.
Akan tetapi, Viola tidak peduli lagi dengan Beni. Walaupun suaminya berusaha menghalangi kepergiannya, ia tetap akan meninggalkan vila.
Beni saat ini berusaha mengejar istrinya yang berjalan dengan langkah kakinya secepat mungkin, ia tidak mau kehilangan kesempatan mendapatkan warisan. Kalau sampai Viola benar-benar meminta cerai, dan membocorkan perjanjian pernikahan mereka pasti semua rencana Beni hancur.
"Viola, tunggu! Gue tidak bermaksud membela Lidia, tapi hanya kasihan saja," jelas Beni, berpikir kalau Viola merasa cemburu.
"Ben, lebih baik pernikahan palsu ini kita akhiri. Gue ternyata lebih butuh kebebasan, dibandingkan harta. Kalau lo mau bikin bangkrut perusahaan bokap gue silahkan." Viola kali ini tidak main-main dengan keputusannya.
Tentu saja Beni tidak setuju dengan ucapan Viola, karena dirinya pasti juga tidak akan mendapatkan apapun. Ia menyatakan akan bertanggung jawab dengan bayi yang dikandung Viola. Apapun yang terjadi Beni akan mempertahankan rumah tangganya.
"Gue gak hamil, Ben! Gue muntah gara-gara sup ikan yang lo pesan!" Viola berkata tegas. Dalam hatinya gimana mau hamil, sedangkan melakukan hubungan dengan laki-laki sama sekali belum pernah.
"Sebelum periksa ke dokter, gue gak percaya," kata Beni tersenyum getir.
Viola memutar bola matanya malas, lalu melanjutkan jalan kakinya untuk mencari kendaraan agar bisa pulang ke rumah. Saat baru melangkah beberapa kilometer, ponsel Viola berdering.
Papa Aldi memberitahukan kalau perusahaannya mengalami masalah keuangan, dan akan disita untuk beberapa waktu sampai bisa membayar hutangnya. Beliau meminta izin, untuk mengurus perusahaan Viola sampai perusahaan sendiri pulih.
Mendengar kabar buruk perusahaan, Viola berpikir keras. Ia tidak mungkin tega dengan keluarganya, tetapi sudah merasa muak akan sikap kasar Beni.
"Ada apa?" tanya Beni, masih mengikuti Viola.
"Ben, gue mau kita baikan," jawab Viola ragu.
"Maksudnya? Kita gak jadi cerai kan?" tanya Beni lagi.
Viola tersenyum tipis, ternyata dirinya tidak bisa tega melihat orang tuanya kehilangan perusahaan yang sudah dibangun dari nol oleh orang tuanya. Namun, Viola mengajukan syarat lagi ke Beni agar membantu keuangan perusahaan.
musuh jadi cinta😍😍😍🥳🥳🥳🥳