“Jangan sok suci, Kayuna! Kalau bukan aku yang menikahimu, kau hanya akan menjadi gadis murahan yang berkeliling menjual diri!”
Demi melunasi hutang ayahnya, Kayuna terpaksa menikah dengan Niko — CEO kejam nan tempramental. Ia kerap menerima hinaan dan siksaan fisik dari suaminya.
Setelah kehilangan bayinya dan mengetahui Niko bermain belakang dengan wanita lain. Tak hanya depresi, hidup Kayuna pun hancur sepenuhnya.
Namun, di titik terendahnya, muncul Shadow Cure — geng misterius yang membantunya bangkit. Dari gadis lemah, Kayuna berubah menjadi sosok yang siap membalas dendam terhadap orang-orang yang menghancurkannya.
Akankah Kayuna mampu menuntaskan dendamnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SooYuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Niko masih tersenyum sinis. “Sudah lama aku tidak bertemu dengan si Tua itu,” ucapnya.
“Profesor Irwan sudah lama pensiun sebagai dokter. Selain membangun rumah sakit, sekarang beliau fokus memimpin bisnis yang terus berkembang di berbagai cabang — salah satunya Atmaja Raya Mall, pusat belanja yang cukup besar dan terkenal saat ini,” jelas Kevin.
“Wow, bisnisnya berkembang pesat.” Niko kembali menyeringai sambil mengepalkan tangannya di atas pangkuan. “Rasanya belum lama aku melihatnya berlutut di depan ayahku. Kini dia sudah hampir setara dengan keluargaku? Aku penasaran, bagaimana raut wajahnya saat melihatku sekarang.”
“Apa saya perlu mengatur pertemuan, Bos?” tanya Kevin dengan hati-hati.
“Tentu saja,” sahut Niko dengan cepat. “Aku harus memperingatinya agar dia bisa mendidik putranya dengan baik. Putra sulungnya … sangat mengganggu ketenanganku sekarang,” ucapnya pelan, namun terdengar tajam.
“Baik, Bos.” Kevin menunduk hormat sebelum melangkah keluar dari ruangan.
“Adrian … kau berurusan dengan orang yang salah,” gumam Niko. “Adiknya … ayahnya, lalu kini anak sulungnya? Kenapa hidupku terus terlibat dengan keluarga Atmaja?”
Niko meneguk habis wine di gelasnya, lalu menghantamkan gelas itu ke dinding. Suara pecahannya menggema — luapan emosi yang tak lagi bisa ia kendalikan.
Keterlibatannya dengan keluarga Atmaja di masa lalu, membuatnya bersusah payah merangkak — bangkit, setelah kejadian kelam yang nyaris menghancurkan hidupnya. Berkat kekuasaan ayahnya, Niko berhasil lolos dari dakwaan.
Kehadiran Adrian cukup mengusik ketenangannya saat ini. Tatapan tenang laki-laki itu mengacaukan pikirannya, Niko merasa — Adrian akan menjadi ancaman untuk langkahnya ke depan.
***
Hari sudah pagi, Mbok Surti baru saja bangun dari tidurnya, wanita baya itu masih setia menemani sang Nyonya muda di rumah sakit. Ia mengusap pelan wajahnya, lalu melangkah dengan sedikit terhuyung menghampiri Kayuna.
“Tumben sekali, Nyonya belum bangun jam segini,” gumamnya sambil menatap sayu wanita muda yang terbaring lemas di bangsal pasien.
Mbok Surti menyentuh lembut tangan Kayuna, mengusap pelan dengan segenap kasih sayang. Tapi, matanya seketika membeliak kala melihat tangan sang Nyonya lunglai tak berdaya.
“Nyonya?” panggilnya pelan, wajahnya mengerut cemas.
Wanita baya itu menggoyang tangan majikannya, tapi Kayuna tak juga merespons. Ia semakin panik saat melihat wajah pucat perempuan itu, lalu segera keluar memanggil dokter.
“Dokter tolong!” seru Mbok Surti.
Kebetulan, Ridho yang baru saja bertukar sif tengah berkeliling untuk memeriksa pasien. Ia segera berlari menghampiri Mbok Surti yang berteriak panik.
“Ada apa, Bu?” tanyanya.
“Nyonya saya, dia … sangat pucat,” jelas Mbok Surti.
Tanpa menunggu, dokter Ridho ditemani satu perawat segera masuk memeriksa Kayuna.
“Tolong tunggu di luar, kami akan memeriksanya,” ucapnya tegas lalu menutup pintu ruangan.
Ridho dengan cepat bergerak, dibantu oleh suster Lina. Tak memperdulikan larangan Niko sebelumnya, tangannya cekatan memeriksa tiap sisi tubuh Kayuna.
Denyut nadi, detak jantung hingga ia terbelalak — saat melihat bagian tubuh Kayuna yang selama ini disembunyikan. Banyak memar di bagian dada, bekas sundutan rokok di perutnya, dan lebam yang masih baru di beberapa bagian tubuh lainnya.
“Sial,” dengusnya pelan. “Dugaanku selama ini pasti benar, suaminya … bajingan!”
“Pasti KDRT kan, Dok?” tanya suster Lina dengan suara lirih.
“Dugaan saya begitu.” Ridho meredam sejenak amarahnya, lalu kembali fokus menyelamatkan Kayuna.
Di luar ruangan. Mbok Surti terus berjalan mondar-mandir panik, kedua tangannya terus bertumpu memohon pada sang Esa agar menyelamatkan majikannya.
Alif dan Adrian tak sengaja lewat saat hendak menuju ke Unit Psikiatri, yang kebetulan arahnya melewati ruangan VIP. Keduanya melihat Mbok Surti yang terus menangis di depan ruang rawat inap.
Adrian pun langsung menghampirinya. “Ada apa, Bu? Apa terjadi sesuatu pada Kayuna?” tanyanya dengan suara serak nan cemas.
Alif ikut menyusul di belakang.
Belum sempat Mbok Surti menjawab, Ridho membuka pintu dengan keras. “Di mana suaminya?!”
Ketiganya pun sontak menoleh bersamaan.
“Kebetulan ada kalian,” ucap Ridho saat melihat ada kedua rekan dokternya di sana. “Bantu aku, aku rasa ini sudah sangat keterlaluan.”
Adrian dan Alif berdiri dengan tatapan bingung, tapi segera menyusul Ridho yang sudah lebih dulu bergegas masuk.
Kayuna masih tak sadarkan diri, namun Ridho berhasil menstabilkan kondisinya.
Ridho menjelaskan apa yang baru saja dilihatnya. “Ini sudah sangat parah,” ucapnya. Lalu membuka sedikit baju Kayuna dan memperlihatkan perutnya yang dipenuhi bekas luka.
Alif dan Adrian melebarkan mata seolah tak percaya.
“Aku tahu ini lancang. Tapi, aku ingin kalian menjadi saksi dan melaporkan ini pada pihak berwajib, suaminya … benar-benar brengsek.” ujar Ridho.
“Kekerasan dalam rumah tangga?” tanya Alif.
“Dugaanku seperti itu,” sahut Ridho.
Adrian menajamkan pandangannya, tangannya mengepal erat di sisi tubuh. “Bajingan itu … di mana suaminya?!” desisnya pada Mbok Surti.
“A-anu … Dokter, Pak Bos sedang —”
“Anda mencari saya?” Niko masuk ke ruangan dengan langkah tenang.
Adrian yang sudah dirasuki setan pun langsung melangkah maju mendekati Niko, tanpa kata dia mencengkeram kerahnya dan menghantam keras wajah laki-laki di depannya. “Bajingan, kau!”
Bugh!
Adrian terdiam sejenak, lalu menghela napas berat. Rasanya seolah separuh beban hatinya berkurang, setelah ia melampiaskan kemarahan dengan satu pukulan.
Niko tersungkur di lantai, dia menyeringai remeh seraya mengusap ujung bibirnya yang berdarah. “Apa-apaan ini?” dengusnya.
Suasana mendadak riuh dan menegang. Semua orang yang ada di ruangan itu pun ternganga, termasuk beberapa staf dan pasien yang lewat ikut nimbrung penasaran dengan apa yang terjadi.
Adrian menatap getir ke arah Kayuna. Melihat wanita yang dulu ia lepaskan demi kebaikannya, kini malah terjebak dalam hidup menyakitkan bersama laki-laki arogan itu.
Niko bangkit — menegakkan bahunya di hadapan Adrian. “Apa maksudmu, Dokter?” tanyanya dengan tatapan tajam.
“Kami akan melaporkan Anda atas dugaan kekerasan. Bukan, kau tersangka utama, brengsek!” Suara Adrian pelan, tapi setiap bait yang diucapkannya terdengar menusuk.
Niko tersenyum remeh. “Atas dasar apa Anda menuduh saya?” gumamnya. “Dengar … Dokter Adrian. Anda sangat lancang, seorang dokter memukul keluarga pasien, saya pastikan akan melaporkan kejadian ini.”
“Kau … sangat layak diberi pukulan!” Adrian kembali mencengkram Niko siap menghantamnya lagi.
“Dokter Adrian, cukup! Kekerasan bukan solusinya,” ujar Alif berusaha meredam amarah rekannya.
Adrian masih berdiri memasang badan. “Ini sudah sangat keterlaluan, kau … sangat tidak layak menjadi suaminya.”
Niko tertawa keras mendengar ucapan Adrian. “Layak atau tidak saya menjadi suaminya, itu bukan urusan Anda, Dokter,” katanya dengan tatapan remeh. “Kau … hanya mantan, Adrian. Jangan berlebihan.”
Adrian semakin menegang, ucapan Niko terasa menusuk batinnya. Tangannya masih mengepal — siap melayangkan tinjuannya. “Kau benar-benar brengsek —”
“Cukup!”
Teriakan seorang pria paruh baya sontak mengejutkan semua orang.
Irwan berjalan masuk ke ruangan, disusul dengan beberapa orang bawahannya. “Lepaskan keluarga pasien,” ucapnya.
Adrian membulatkan mata, tatapannya bergetar seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya. “Papa …,” gumamnya sambil melepas pelan cengkramannya.
Niko kembali terkekeh pelan. “Jadi kau masih anak Papah? Saranku, sebaiknya jangan sok jagoan,” cetusnya sambil merapikan kembali kerah kemejanya.
Adrian kembali menoleh, sorot matanya masih menyala. “Kau ….”
“Dokter Adrian! Cukup!” bentak Irwan. “Apakah begini sikap seorang dokter? Di mana wibawa dan tanggung jawab Anda?!”
“Maaf, saya —”
“Datang ke ruangan saya sekarang, Anda harus diberi sanksi karena sudah membuat kekacauan,” tegas sang pimpinan.
Irwan menghela napas berat sebelum berpindah pandang. “Dokter Ridho, segera urus surat pemindahan pasien, keluarganya akan membawanya pergi.”
“T-tapi, Pak. Saya —” Ridho belum selesai dengan kalimatnya, tapi Irwan memotongnya cepat.
“Lakukan perintah saya, sekarang.” Irwan menegaskan dengan penuh penekanan.
Ridho hanya menelan ludah pahit, begitupun dengan Alif yang masih berdiri kaku di sampingnya. Pimpinan langsung yang memberi perintah, mau tidak mau Ridho pun segera melaksanakan titahnya.
Sementara itu, Adrian berdiri terpaku dengan tatapan kosong. Ia ingin menyelamatkan Kayuna, namun gelar dokternya menahannya. Sumpah profesi yang diucapkannya dulu kini menjadi penghalang — ia tak bisa bertindak sesuka hati.
“Ikut saya sekarang,” titah Irwan pada putranya.
Dengan langkah berat, Adrian akhirnya mengikuti sang ayah.
Niko masih tertawa puas melihat Adrian yang tak bisa berbuat apapun. “Ternyata hanya itu kemampuanmu? Sia-sia aku merasa cemas selama ini.”
Hari itu pun berakhir dengan penyesalan Adrian yang mendalam, ia merasa gagal melindungi Kayuna. Dan Niko pun berhasil membawa istrinya keluar dari rumah sakit itu.
***
Awan gelap menggantung di udara, cahaya redup sang bulan kian menghilang. Rintikan hujan turun, gemuruh pun terdengar dari kejauhan.
Di sebuah mobil Van berwarna hitam, seorang pria berpakaian serba hitam. memakai topi diturunkan hingga menutupi sebagian wajah, ia duduk dengan tatapan kosong ke arah jendela.
“Bos, target sudah terlihat,” ujar pria satunya yang tengah menatap layar laptop.
“Eksekusi sekarang juga.”
*
*
Bersambung ….