《Terdapat ****** ******》
Harap bijak dalam membaca.....
William dan Nozela merupakan sahabat sejak mereka masih kecil. Karena suatu kejadian tak disengaja membuat keduanya menjalani kisah yang tak semsestinya. Seiring berjalannya waktu, mulai tumbuh benih-benih cinta antara keduanya.
William yang memang sudah memiliki kekasih terpaksa dihadapkan oleh pilihan yang sulit. Akankah dia mempertahakan kekasihnya atau memilih Nozela??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 10
Sampai di kelas, suasana kelas masih sepi. Leon menarik kursi lalu duduk di samping Nozela. Nozela mengeluarkan bekalnya, dia mencium aroma nasi goreng yang dari aromanya sudah jelas kelezatannya.
"Mau?" Tawar Nozela.
Leon membuka mulutnya, kode untuk minta di suapi. Nozela tersenyum, dia menyendokkan nasi goreng itu lalu memasukkan ke dalam mulut kekasihnya.
"Enak kan?"
"Iya." Leon mengambil alih sendoknya lalu menyuapi Nozela.
Tanpa jijik, Nozela menerima suapan dari Leon. Mereka saling suap satu sama lain. Sejenak melupakan permasalahan mereka yang sampai saat ini belum terselesaikan.
"Aduh, pagi-pagi udah romantis aja sih." Ucap Thalia yang baru saja masuk kelas bersama teman-teman yang lain.
"Kita berasa jadi toping lela nggak sih?" Ucap salah satu teman mereka.
"Lela siapa anjir?"
Seketika teman-teman sekelas mereka tertawa, Nozela dan Leon yang semula sibuk denga dunia mereka seketika menoleh.
"Tck, lela itu singkatan nama mereka Leon dan Nozela."
Uhuk..
Uhuk...
Nozela tersedak ludahnya sendiri mendengar nama yqng temannya sebutkan tadi. Leon segera membukakan Nozela air mineral lalu memberikannya.
"Pelan-pelan sayang." Ucap Leon.
Seketika suara tawa yang tadi menggema di seluruh kelas lenyap saat mereka mendengar Leon memanggil Nozela sayang.
"Dia bilang sayang nggak sih?"
"Gue juga denger anjir."
"Jadi, mereka?"
"Mereka pacaran." Ucap Thalia sambil berjalan kebangkunya.
Kelas yang tadi hening tiba-tiba kembali riuh. Suara ledekan serta siulan saling bersahut-sahutan.
"Akhirnya setelah sekian purnama kalian jadian juga."
"Enak Jel, sekarang kalo gandengan udah punya status."
"Berisik banget sih kalian." Ucap Nozela setelah selesai dengan acara tersedaknya.
"Wih, pacar Leon nih sekarang."
Teman-temannya tak berhenti meledek mereka berdua membuat wajah Nozela memerah. Meski sering digoda teman sekelas mereka, namun Nozela tak pernah semalu ini.
"Cie cie, salting. Wajahnya merah."
"Udah, udah jangan godain cewek gue." Ucap Leon.
Dia merasa kasihan sekaligus gemas melihat Nozela yang salah tingkah dan malu-malu itu.
"Gue ikut seneng lihat lo bahagia Jel." Batin Thalia.
___________
"Ojel."
William yang hendak menjemput kekasihnya tak sengaja melihat Nozela yang berjalan bersama Leon menuju parkiran.
Nozela yang merasa dipanggil, menoleh. Dia melihat sahabatnya berjalan ke arahnya.
"Paan?"
"Kata om Andito mereka ke luar kota, jadi nginep di tempatnya Thalia?"
Nozela menoleh ke arah Leon, dia bingung harus menjawab apa pada William sekarang. Melihat raut kebingungan Nozela, membuat William mengerutkan keningnya.
"Dia nginep di tempat gue." Jawab Leon.
Nozela memelototkan kedua matanya, dia kemudian beralih menatap sahabatnya yang menatap tajam kekasihnya.
"Maksud lo apa, hah?" Seru William.
"Ehh, jangan berantem dulu." Lerai Nozela.
"Dia cewek gue, apa salahnya gue bawa dia nginep di apartemen gue."
William mengepalkan kedua tangannya. "Lo nggak bisa seenaknya ngajak Ojel ke apartemen lo. Lo gila hah?"
Wiliam maju satu langkah, namun dengan cepat Nozela menjadi tameng untuk kekasihnya.
"Stop Liam, malu dilihatin banyak orang." Lerai Nozela.
"Tapi dia udah kurang ajar, kalo om Andito tahu lo bakal dimarahin Jel."
"Lo siapa berani ngatur-ngatur Nozela?"
Rahang William mengetat, rasanya dia ingin menonjok wajah sok ganteng kekasih sahabatnya ini.
"Lo cuma sahabatnya, sedangkan gue cowoknya. Gue satu tingkat di atas lo sekarang."
"Tapi seenggaknya di rumah ada adek sama nyokap bokap gue yang bakal jagain Ojel."
Nozela merasakan telinganya berdengung saat kedua cowok itu saling berteriak di sampingnya.
"Le, Liam udah. Kenapa malah berantem kaya anak kecil sih."
"Di duluan yang mulai Jel."
"STOP!!"
Wiliam mengusap wajahnya kasar sambil memundurkan langkahnya.
"Please, kali ini aja. Biarin gue ikut Leon, oke."
"Tapi Jel-"
"Liam, please."
"Lo percaya kan sama gue?"
William mendengus kasar. "Terserah." Ucapnya acuh.
"Ayo Le."
William menatap kepergian sahabatnya, bisa dia lihat Leon menyunggingkan senyum kemenangan sebelum masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan Nozela masuk ke mobilnya sendiri. Melihat dua mobil itu pergi meningalkan parkiran, William mengacak rambutnya sendir.
"Arrghh." Pekiknya kemudian pergi.
Sebelum pergi ke apartemen Leon, Nozela pulang terlebih dahulu untuk mengambil baju serta melihat keadaan anjingnya.
"Masuk dulu Le."
Leon mengangguk kemudian mengikuti langkah Nozela menuju kamar gadis itu.
"Tunggu dulu bentar, aku ambil baju aku dulu."
"Iya."
Setelah kepergian Nozela, Leon mulai memindai kamar kekasihnya yang bernuansa pastel ini. Dia melihat ada TV besar di samping rak buku. Leon berjalan ke arah meja TV, dia melihat banyak foto Nozela waktu kecil bersama seorang anak laki-laki.
"Apa dia William?" Gumamnya.
Dia juga melihat foto Nozela dan William kecil sedang duduk bersama anak kecil perempuan diantara mereka. Leon mengangkat satu figura yang memperlihatkan gadis remaja yang berulangtahun. Dia tersenyum melihat Nozela memakai gaun biru dan rambut panjangnya digerai.
"Kamu cantik juga dengan rambut panjang." Gumamnya.
"Leon."
Leon menoleh saat dipanggil Nozela. Dia tersenyum melihat kemasihnya mendekat.
"Kamu cantik." Ucapnya sambil memperhatikan foto Nozela.
"Ini ulang tahun aku ke tujuh belas. Waktu itu rambut aku masih panjang."
"Kenapa di potong?"
"Emmm, gerah aja sih. Susah tahu punya rambut panjang."
Leon mengangguk, dia kemudian meletakkan figura itu lalu mengambil figura denga tiga orang anak.
"Itu aku, Liam sama Luna. Liam punya adek saat dia masuk SMP. Kita udah temenan saat masih kecil dulu, bokap gue sama bokap dia sahabatan waktu jaman sekolah."
Mendengar penjelasan Nozela, Leon hanya mengguk. "Kamu pernah suka sama dia?"
Nozela menatap kekasihnya sambil tersenyum lalu menggeleng. "Enggak, kita cuma sahabatan aja. Setelah lulus SMP dia pindah selama tiga tahun di Amerika."
"Eh kok jadi ngomogin Liam sih. Aku mau nengok smooky dulu, kamu tunggu di depan aja. Aku cuma sebentar kok."
Leon mengangguk, dia meletakkan figura itu lalu mengikuti Nozela dari bekalang. Sampai di depan, dia melihat Nozela berjalan ke samping rumah tempat dimana kandang anjinnya berada.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Nozela datang. Mereka pun segera masuk ke mobil, Leon mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Tangan kirinya meraih jemari Nozela lalu mengenggamnya erat, sesekali dia mencium punggung tangan kekasih barunya itu.
"Gue nggak sabar nanti malem." Batin Leon.