Malam itu Lily gadis polos dan culun yang bekerja sebagai room service disebuah hotel mengalami nasib naas karena diperkosa oleh seorang pria yang sedang mabuk namun siapa sangka itu justru membuatnya terjebak dalam sebuah pernikahan tanpa cinta hanya demi status bayi dalam kandungannya agar tidak menjadi anak haram seperti dirinya dan setelah bayinya lahir ia ditendang begitu saja dari keluarga Wilson, keluarga kaya raya di kotanya hingga membuatnya terpaksa berpisah dari bayinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~31
"Dan lebih baik mulai besok jangan pergi ke kantor lagi," Alexander memberikan saran dan itu membuat Lily sontak beranjak lalu pindah duduk disebelah pria itu.
"Tidak bisa begitu dong, sesuai perjanjian aku akan menyelesaikan masa magangku pokoknya kamu harus membantuku bagaimana pun caranya." ucapnya menggebu-gebu dan saat menyadari posisinya saat ini gadis itu langsung tersenyum nyengir lantas kembali beranjak menjauh.
Sial, murahan sekali dirinya bahkan tanpa sadar pun ingin mendekatinya. Bosnya memang tampan dan siapa pun pasti akan jatuh cinta saat melihatnya tapi sayangnya cabul.
Kini Lily kembali duduk ditempatnya semula. "Jika kamu tidak membantuku akan ku bawa kabur bayi ini," imbuhnya mengancam dengan wajah seriusnya.
Alexander hanya menatapnya santai. "Memang apa keuntungan bagiku jika membantumu?" ucapnya tanpa perasaan dan tentu saja Lily langsung melotot menatapnya.
Selain cabul pria itu benar-benar tak berperikemanusiaan sama sekali. "Percuma juga tampan tapi kayak iblis," umpatnya lirih.
"Tentu saja kamu akan rugi karena melepaskan karyawan yang berbakat sepertiku dan juga aku akan mengatakan kepada semua orang jika aku sedang mengandung anakmu," sahutnya dengan penuh ancaman dan juga menyombongkan bakatnya karena hanya itu yang bisa ia banggakan.
"Oh ya?" Alexander lagi-lagi terlihat santai dan sama sekali tak terpengaruh oleh ancamannya, entah kenapa apapun yang dilakukan oleh gadis itu terlihat lucu di matanya.
Tingkahnya begitu polos dan saat pandangannya berhenti di bibir merahnya ia pun langsung menelan ludahnya, gadis itu benar-benar meracuni pikirannya sejak pertama kali melihatnya.
Sial, ada apa dengannya? tidak, ia tidak mungkin menyukai gadis kampungan itu dan perasaannya ini pasti karena ada hubungannya dengan bayinya yang ada dalam kandungannya semata dan ia juga akui kinerja gadis itu memang lumayan bagus.
"Hm, tentu saja kamu pikir aku takut?" Lily semakin menantang meskipun ia belum yakin akan melakukan itu tapi ia juga masih punya cara lain agar pria itu mau membantunya yaitu dengan menggodanya.
Alexander nampak membuang napasnya pelan. "Baiklah, aku hanya memberikan kesempatan terakhir jadi lain kali jika terjadi sesuatu lagi itu bukan urusanku lagi." tegasnya seraya beranjak dari duduknya, menatap gadis itu terlalu lama membuat gejolak kelelakiannya mulai bereaksi.
Mendengar itu Lily merasa sangat senang kemudian ia pun juga segera beranjak dari duduknya, tak perduli apa alasan yang akan digunakan oleh pria itu yang penting ia bisa tetap magang disini tanpa masalah lagi.
Kemudian keduanya pun segera pergi meninggalkan ruangan tersebut namun saat Lily hendak membuka pintunya tiba-tiba Alexander menariknya dan memepetnya di dinding belakangnya.
"A-apa yang kamu lakukan?" tentu saja gadis itu langsung melayangkan protes namun tiba-tiba terdengar ketukan dari luar.
"Sayang, apa kamu di dalam?" teriak Victoria sembari mengetuk pintunya.
Mendengar itu pun Lily langsung menelan ludahnya, sial sepertinya masalah baru akan kembali menimpanya. Bagaimana jika wanita itu melihatnya bersama tunangannya?
"Lepaskan aku!" Lily pun langsung memberontak namun Alexander justru semakin menekan tubuhnya.
"Berteriaklah biar Victoria mendengar," ucapnya dengan senyuman sinisnya.
Lily benar-benar tak mengerti dengan sikap bosnya tersebut, sebenarnya apa yang diinginkannya? tiba-tiba pria itu menyusuri lehernya dengan ciumannya hingga membuat Lily terpaksa menutup bibirnya sendiri agar tidak mendesah lalu saat kancing kemejanya hendak dilepaskan gadis itu langsung menahannya dengan kedua tangannya.
"Jangan lakukan," mohonnya lirih. Meskipun mereka telah sah menjadi suami istri namun tetap saja hanya sebuah pernikahan kontrak.
Melihat bibir gadis itu terbuka Alexander pun langsung me lu mat nya dengan lembut namun sedikit menuntut, sepertinya pria itu memang sudah gila karena selalu ingin menerkam gadis tersebut dimanapun itu.
"Sayang, kata petugas resepsionis kamu tidak ada meeting diluar apa kamu sekarang sedang sibuk?" teriak Victoria lagi.
Sejak mendapatkan teguran karena selalu lancang masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu kini wanita itu pun menurut dan takkan masuk sebelum mendapatkan izin dari tunangannya tersebut karena terkadang pria itu sedang sibuk meeting ketika ia memaksa masuk.
Perasaan Lily benar-benar tak karuan saat ini disamping karena ciuman pria itu ia juga takut jika tiba-tiba Victoria masuk dan melihat mereka. wajahnya pun mulai memucat dan jantungnya seakan hendak lompat dari tempatnya.
"Sayang?" Victoria kembali mengetuk pintunya ketika tak kunjung mendapatkan jawaban namun saat hendak membukanya tiba-tiba tuan Miller datang.
"Nona Victoria apa yang anda lakukan disini?" ucap pria itu kemudian.
"Aku ingin bertemu dengan tunanganku, apa dia sedang meeting?" ucapnya menatap angkuh asisten kekasihnya tersebut.
Tuan Miller sudah biasa menghadapi kesombongan dan sikap semena-mena wanita itu karena ia pun juga telah mengenalnya sejak kecil dimana dulu ayahnya adalah orang kepercayaan tuan besar Wilson dan kebetulan keluarga wanita itu yaitu tuan Philip adalah teman baik bos besarnya tersebut. Wanita itu memang berasal dari keluarga kaya raya jadi ia memaklumi sikapnya yang angkuh.
"Tuan Alexander sedang meeting penting nona dan tidak bisa di ganggu tapi jika nona ingin menunggu silakan ke ruang tunggu," terangnya kemudian.
Victoria langsung menatap murka pria itu. "Berani sekali kamu memerintah ku awas saja nanti ku laporkan kepada ayah mertuaku biar kamu dipecat," ucapnya lantas segera menghentakkan kakinya pergi dari hadapan pria itu.
Tuan Miller hanya menggeleng kecil dan setelah menatap pintu yang masih tertutup rapat dihadapannya itu ia pun kembali ke ruangannya.
Sementara itu Lily segera mendorong Alexander ketika tak lagi mendengar suara Victoria diluar.
"Dasar mesum," umpatnya dengan kesal seraya mengusap bibirnya yang basah karena ulah pria itu.
"Mesum sama istri sendiri memang salah?" ucap Alexander seraya membuka pintunya untuk keluar.
"Tentu saja salah karena kita hanya menikah kontrak dan tidak ada cinta," sungut gadis itu seraya mengikutinya.
Jika saja tak ada bayi dalam perutnya mungkin ia sudah pergi jauh dari kota ini karena ia benar-benar hanya dimanfaatkan untuk memuaskan nafsu pria itu semata dan bodohnya tubuhnya selalu menerimanya dengan baik setiap sentuhannya.
Alexander hanya tersenyum sinis sepanjang mendengar gerutuan gadis itu di dalam lift.
Ting
Beberapa saat kemudian pintu lift pun terbuka nampak Alexander keluar di ikuti oleh Lily di belakangnya dan tentu saja itu menjadi perhatian para karyawan yang sebelumnya telah di kumpulkan oleh tuan Miller di lobby kantornya.
"Perhatian semuanya!" ucap tuan Miller sebelum bosnya mengawali pembicaraannya dan itu membuat semua orang langsung diam sekaligus penasaran akan keputusan mereka terhadap karyawan magang itu.
"Aku yakin gadis itu pasti langsung di pecat,"
"Tentu saja, lihat saja wajahnya sudah pucat pasi begitu pasti sebelumnya sudah dimarahi tuan Wilson dan tuan Miller."
"Dasar gadis murahan, kalau sudah jelek harusnya sadar diri dan tak membuat malu perusahaan."
Beberapa karyawan langsung mengutarakan pendapatnya dan itu membuat Elizabeth maupun Nancy nampak tersenyum puas, akhirnya mereka bisa mengusir gadis itu tanpa mengotori tangannya sendiri.
Entah amalan apa yang sudah kamu lakukan Ly 🌚...
Hingga membuat duo ib-lis itu demen ngibul /Sob/...
Memangnya kagak engap /Drool/...
Lemaahhhh dirimu Lex gampang baper adek kecilmu /Sob//Facepalm/...
Bukan dengan wanita lain sih okayy2 saja 🤸♀️🌚...