"Ra, lo liat sahabat lo sakit Ra.. dia kehilangan lo disisinya. Gue nggak tahu kehidupan Gema di hari berikutnya tanpa lo di sisinya... Dia akan menjadi manusia versi apa, gue tahu lo capek, lo sakit, lo menderita dan lo pilih pergi dari neraka ini, keputusan lo tepat ra.."
"Tapi bagi Gema itu semua nggak tepat, dia akan jauh lebih sakit ketika lo nggak ada di sisinya lagi. Gue berharap Gema bisa menjalani hari - hari selanjutnya tanpa lo walaupun itu mustahil, dan gue berharap lo disana bahagia Ra... Dan sering - sering untuk datang ke mimpinya Gema Ra"
" Selamat tinggal Tiara Arabella.."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonya_860, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 09
"Tentu saja tidak nona, saya tidak akan menyuntik nona lagi, " dokter tersenyum tipis, Ara menganggukkan kepalanya ragu dan membiarkan dokter memeriksa kesehatannya.
"Gimana dok? Ara udah bisa pulang kan? Udah donk,"
Dokter mengelengkan kepalanya dan tersenyum tipis menatap wajah antusias pasiennya, " Kondisi nona sudah membaik, dan untuk luka akan sembuh seiring berjalannya waktu dan terus kasih obat. Jika kondisi nona sudah semakin baik maka besok nona bisa pulang," jelas dokter,
"Nggak bisa sekarang aja dok? Ara udah sehat walafiat tau masa nggak di bolehin pulang juga?" tanya Ara, dia berharap agar cepat pulang dan pergi dari rumah sakit.
"Untuk saat ini belum bisa, kondisi kamu belum cukup baik, kita tunggu besok pagi ya?" bujuk dokter,
Ara mengelengkan kepalanya brutal, "Nggak mau Ara mau pulang sekarang, Ara udah sembuh kalau enggak Ara bakal cabut infusnya!"
"Sayang," Bunda mengalihkan pandangannya ke arah dokter mencoba mencari jawaban lain, dia tidak ingin anaknya berbuat hal yang nekat, " Dok, tolong"
Dokter menghela nafasnya kasar, pasiennya ini sangat keras kepala,
"Baiklah kamu boleh pulang sekarang namun ingat kamu harus istirahat yang cukup, jangan capek - capek. Saya akan tulis resep obat yang akan kamu konsumsi beberapa hari kedepan sampai tubuh kamu benar - benar fit,"
Ara tersenyum puas karena keinginannya terkabul, hahaha... Ara di lawan,
"Terima kasih dokter.. Dokter ganteng deh," puji Ara dengan tersenyum lebar.
Bunda mengelengkan kepalanya, anaknya yang dulu pendiam kini bangun - bangun menjadi orang genit.
Andai bunda tahu...
Dokter mengangguk dan tersenyum paksa," Kalau begitu saya permisi dulu, dan semoga lekas sembuh nona,"
"Iya dokter, terima kasih doanya... Hati - hati di jalan dokter ganteng.." ucap Ara dengan cekikikan,
"Dasar genit" ucap bunda,
Setelah dokter pergi, Ara menatap ke arah bundanya dengan semangat.
"Ayo kita pulang bunda"
Bunda mengulas senyumnya menatap wajah antusias putrinya, "Iya kita pulang, bunda beresin baju kamu dulu ya"
"Ara bantu beresin baju Ara bunda"
"No! Kamu tetap duduk diam di situ biar bunda aja yang beresin" larang bunda,
"Ay ay bunda.." Ara tadi hanya basa - basi lagian pinggangnya masih cukup sakit, bukan encok kan?
"Ayo kita pulang,"
" Udah selesai ya bunda?" tanya Ara,
"Iya sayang udah, ayo kita pulang,"
"Yey pulang!!" pekik Ara senang, akhirnya dia akan pulang juga setelah beberapa drama dia lalui.
...****************...
Setelah melewati perjalanan yang cukup jauh dan memakan waktu beberapa menit, kini mereka berdua telah sampai di rumah mereka.
Rumah minimalis lantai dua yang di depannya penuh dengan berbagai bunga, dan rumah yang akan menjadi saksi kehidupan Ara di dunia ini.
"Ayo masuk sayang,"
"Ah biar Ara bantu bawa tas nya bunda," tawar Ara,
"Enggak usah sayang, ini ringan kok nggak berat bunda bisa bawa sendiri," tolah bunda, Ara hanya mengangguk dan mengikuti langkah bundanya dari belakang dengan mata menatap sekeliling rumahnya.
"Ayo bunda antar kamu ke kamar"
"Eh nggak usah bunda, Ara bisa sendiri bunda tunjukin aja kamar Ara di mana, biar bunda bisa langsung istirahat, bunda pasti capek nemenin Ara sepanjang hari,"
Bunda mengangguk, " kamu naik aja ke lantai atas, kamar ke dua pintu warna biru sebelah kanan itu kamar Ara, maaf ya bunda nggak ngantar kamu bunda akan masak buat makan siang,"
"Iya bunda nggak papa, nanti Ara bantu bunda masak,"
"Nggak usah, kamu langsung pergi istirahat aja ingat kamu harus banyak - banyak istirahat kamu baru aja bangun dari tidur panjang. Ingat kan kata dokter tadi apa?"
"Huft, iya bunda, Ara ingat kok. Yaudah Ara ke atas dulu ya,"
Ara berjalan menaiki tangga mencari keberadaan kamar Ara di rumah ini.
"Naik ke atas, kamar kedua dari kanan pintu kamar warna biru" Ara terus berjalan dan menatap sekeliling mencari pintu yang dimaksud.
"Nah ini pintunya, fiks ini kamarnya. Saqueenna Arabella ini beneran kamarnya," ucap Ara setelah membaca tulisan yang tertempel di pintu kamar. Ara segera membuka knop pintu,
"Kasur Ara datanggg... Selera Ara boleh juga," Ara merebahkan tubuhnya di kasur empuk nya dan menatap sekeliling ruang kamar yang bernuansa abu - abu dengan gambar bintang dan bulan.
"Huft, semoga aja hidup yang gue jalanin di raga Ara bakal ada kejadian yang wow, dan kalau ada kejadian atau ujian kehidupan gue berharap itupun nggak terlalu berat, masa iya malaikat tega sama gue? Di kehidupan yang lalu aja ujian hidup gue sangat amat beratt yakali hidup di raga orang tambah berat?"
"Hidup gue aja dulu udah berat stadium 2, yakali hidup Ara makin berat? Eh bisa jadi masalah hidup Ara makin berat orang Ara aja udah nyerah sama hidup nya?? Kalau pun iya gue harus siap mental, tenaga, jiwa kalau enggak gue bisa gila!"
"Gue masih penasaran gimana keadaan orang tua gue di sana apa lagi pas tau gue meninggal, mereka sedih nggak ya? Mereka udah nyesel belum ya? Atau masih belum tobat? Tapi kayaknya engak deh, mereka pasti lagi marah - marah karena sumber ATM nya udah nggak ada. Mereka itu hidup hanya butuh duit!"
"Eh ngomong - ngomong duit, gimana ya ke adaan motor Gema? Pasti rusak parah. Gue jadi kasian sama Gema gue yang pakek motornya eh dia yang keluarin banyak duit buat benerin motornya, dan sialnya gue malah menigoy dan nyasar ke tubuh ini!! Gue janji deh Gem kalau gue ketemu gue bakal kasih uang perbaikan motor lo deh, tapi kalau ketemunya lewat mimpi ya sorry gue hanya bisa kasih lo uang fatamorgana.."
"Udah ah gue ngantuk mau bobok ciang...hoamm" mata Ara mulai terpejam dengan erat, rasa lelahnya mengalahkan rasa keingintauan nya tentang kehidupan Ara.
Mungkin setelah bangun tidur Ara akan menjelajahi kamar Ara dan mencari harta karun?