Olivia adalah seorang Desainer terkenal di abad ke-21, saat acara penghargaan dirinya dia tidak sengaja mengalami insiden kecelakaan di tempat acara sampai akhirnya dirinya meninggal dunia. Namun, bukannya dia pergi ke alam baka arwahnya justru terlempar ke zaman di era 80-an, memasuki tubuh istri seorang tentara yang Antagonis. Di komplek militer dia sering membuat onar sampai membuat banyak orang yang tidak menyukai dirinya. Lantas bagaimana jika Olivia masuk kedalam tubuh wanita tersebut, apakah Olivia akan bertahan? atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rs_31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengganggu
Malam ini adalah malam kedua Jendral Rakha tidur bersama Putri Ayu setelah dia menjalankan Misi. Entah kenapa suasana di kamar itu sangatlah canggung padahal kemarin malam mereka berdua sama-sama melewati malam panas bersama.Tapi malam ini justru sebaliknya.
"Suamiku," panggil Putri Ayu kepada Jendral Rakha.
"Hmm," jawabnya sembari menoleh menatap Putri Ayu yang saat ini sedang berbaring di sampingnya.
"Kenapa malam ini kita begitu canggung?" tanya Putri Ayu kepada Jendral Rakha.
Dia membalikan posisi tidurnya menjadi menghadap ke arah Jendral Rakha. Mereka berdua saat ini sama-sama berbaring di ranjang yang sama dengan pikiran yang berbeda.Posisi mereka menjadi saling berhadap-hadapan. Jendral Rakha berada di ujung kiri ranjang dan Putri Ayu berada di ujung kanan ranjang.
"Mungkin masih terasa asing dan belum terbiasa," jawab Jendral Rakha sekenanya.
"Kamu yakin sayang?" tanya Putri Ayu sembari menaikan sebelah alisnya menggoda Jendral Rakha yang tidak peka itu.
"Emm tentu saja," jawab Jendral Rakha dengan ragu.
"Padahal kemarin malam kita jauh lebih dekat dari jarak tidur kita sekarang." Putri Ayu sengaja berkata seperti itu, dia ingin melihat apakah Jendral Rakha akan peka atau sebaliknya.
Jandral Rakha perlahan menggeser tubuhnya mendekati Putri Ayu Istrinya. Dia mengangkat kepalanya menatap wajah Putri Ayu dari jarak yang sangat dekat.
"Apakah seperti ini yang kamu inginkan Ayu?" tanya jendral Rakha sembari tersenyum. Awalnya dia hanya ingin menjahili dan menggoda Putri Ayu saja. Tapi entah kenapa dia justru malah terpaku terperangkap dengan jabakannya sendiri.
Putri Ayu membuang muka ke arah lain, dia tidak berani menatap wajah Jendral Rakha yang begitu sangat dekat dengan wajahnya. Raut wajahnya terlihat sangat merah bagaikan kepiting rebus. Jantungnya tiba-tiba saja berdetak dengan sangat kencang, perasaanya saat ini tidak karuan.
"Kamu mau apa?" tanya Putri Ayu. Menelan ludahnya dengan kasar. Tubuhnya menjadi sedikit kaku saat Jendral Rakha malah semakin mendekatkan tubuhnya menghimpit tubuh Putri Ayu yang semakin menegang. Bahkan dia sudah menutup katanya dengan perlahan begitu juga dengan Jendral Rakha.
Namun, sepertinya dewa keberuntungan tidak berpihak kepada Jendral Rakha.Saat bibirnya hampir menyentuh bibir Putri Ayu tiba-tiba saja pintu rumah di ketuk dari luar membuat Jendral Rakha menggeram tertahan.
Tok Tok Tok
"Jendral," panggil Beni anak buahnya jendral Rakha.
Jendral Rakha mengepalkan tangannya dengan kuat, wajahnya mengeras menahan kekesalan yang membuatnya emosi setengah mati.
"Astaga, kenapa sih selalu saja mengganggu di saat seperti ini," kata Jendral Rakha menjauhkan tubuhnya dari Putri Ayu bangkit dari ranjang sembari meraup wajahnya dengan kasar.
Sedangkan Putri Ayu justru dia menghela nafas lega. Tersenyum menatap ke arah Jendral Rakha dengan tatapan penuh kemenangan. Tangannya menepuk pundak Jendral Rakha dengan pelan.
"Sudah pending dulu, sekarang lebih baik kamu temui bawahanmu itu," kata Putri Ayu dengan lembut kepada jendral Rakha.
"Tapi aku–"
"Shtt, kita kan bisa melakukan nya lain kali sayang," kata Putri Ayu menutup mulut Jendral Rakha menyimpan jari telunjuknya di depan mulut Jendral Rakha.
"Hah," Jendral Rakha menghela nafas kasar.
" Suamiku," bujuk Putri Ayu kepada Jendral Rakha— Suaminya.
"Baiklah, Aku akan menemuinya sekarang, Awas saja kalau tidak penting," kata Jendral Rakha sembari mengumpat dengan kesal.
Jendral Rakha berjalan keluar dari kamarnya menuju pintu utama lalu membukanya dengan cepat
Ceklek
Jendral Rakha berdiri didepan pintu rumahnya sembari bersidekap dada menatap tajam ke arah Beni bawahannya.
"Ada berita apa? awas saja kalau tidak penting aku hukum kamu sekarang juga," ancam Jendral Rakha kepada Beni.
Bulu kuduk Beni menegang dia begitu sangat ketakutan saat melihat ekspresi Jendral Rakha yang begitu menyeramkan.
"Itu jendral, saya di perintahkan atasan untuk menjemput Jendral Rakha, " jawab Beni kepada Jendral Rakha.
" Untuk apa?" tanyanya.
"Menyambut kedatangan dokter Novi yang akan bertugas di berbatasan menjadi dokter militer di markas kita," kata Beni yang di angguki oleh Jendral Rakha.
Putri Ayu, setelah Jendral Rakha keluar dari kamar doa mengikuti Jendral Rakha sampai ke ruang tamu di sana dia duduk di kursi mencoba mendengarkan pembicaraan Jendral Rakha dan Beni.
"Apa menyambut kedatangan Dokter Novi? Wanita yang dekat dengan Jendral Rakha," gumam Putri Ayu dalam hati.
Dia terdiam ingin tahu apa yang akan di lakukan suaminya, Jendral Rakha. Apakah dia begitu senang saat Dokter Novi kembali.Secara kebetulan Jendral Rakha berjalan mendekat ke arahnya untuk pamit pergi.
"Ayu, Aku pergi dulu ke markas sekarang ada urusan penting yang harus aku urus di sana sekarang juga," pamit Jendral Rakha kepada istrinya.
Ayu hanya menganggukan kepala tanpa banyak bertanya dam berkata lainnya. Hanya saja entah kenapa hatinya begitu sakit saat mendengar jendral Rakha mengatakan kalau itu adalah urusan penting. Padahal lebih penting mana antara Novi dokter Militer atau Putri Ayu istrinya?
"Hmm, Hati-hati di jalan," jawab Putri Ayu.
Jendral Rakha mengangkat sudut bibirnya melemparkan senyum tipis ke arah Putri Ayu. Dia mengangkat tangannya mengelus pucuk kepala Putri Ayu.
"Jika kamu ngantuk, kamu bisa tidur duluan jangan menunggu sampai aku pulang, Nanti aku akan membawa kunci rumah sendiri supaya kamu tidak repot nanti," kata Jendral Rakha kepada Istrinya—Putri Ayu.
"Baiklah, Aku mengerti. Suamiku,"
Putri Ayu mendekatkan wajahnya menatap mata Jendral Rakha, lalu dia mencium pipi Jendral Rakha dengan lembut.
Cup
"Sudah sana berangkat, bawahanmu sedang menunggu di luar,"
Jendral Rakha terpaku. Tubuhnya menegang saat mendapatkan kecupan dari Putri Ayu. perlahan tangannya memegang pipinya dengan lembut.Dia menoleh menatap ke arah Putri Ayu sambil tersenyum tipis.
"Terima kasih Ayu.Tunggu aku pulang,"
"Hmm,"
Setelah mengatakan itu Jendral Rakha langsung saja berjalan pergi meninggalkan Putri Ayu di rumahnya sendirian.
"Ayo kita berangkat sekarang, " ajak Jendral Rakha kepada Beni.
Beni menatap raut wajah Jendral Rakha dengan tatapan yang aneh. Tidak biasanya dia melihat Jendral Rakha yang begitu sangat antusias dan terlihat bahagia. Ada apa dengan Jendral Rakha malam ini?apakah karena kedatangan Dokter Novi?
"Jendral ada apa? Kenapa wajahmu terlihat berseri-seri malam ini? apakah karena kedatangan Dokter Novi?" tanya Beni kepada Jendral Rakha.
"Apaan sih Ben, Apakah pekerjaan mu masih kurang banyak Hm? Atau mau saya tambah lagi besok?"
Beni gelagapan saat Jendral Rakha berkata seperti itu. dia menepuk bibirnya beberapa kali. Merasa tertekan dan juga sedikit takut oleh Ancaman Jendral Rakha.
"Tidak Jendral terima kasih," jawab Beni dengan cepat. Dia berjalan mendahuluinya dengan terburu-buru takut Jendral Rakha akan mengancamnya lagi dan memberikan hukuman kepadanya.
"Astaga Beni, Kebiasaan deh ni mulut gak bisa direm," ucapnya pada dirinya sendiri memukulnya dengan pelan.
semoga selamat dan sehat ibu dan debaynya ya 🙏🙏🙏
k