zahratunnisa, gadis berparas ayu yang sedang menempuh pendidikan di Dubai sebuah musibah menimpanya, hingga akhirnya terdampar di amerika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tiga puluh dua
Sore itu Zahra memasuki ruang baca ethan, ia melangkah mengikuti pria itu dari belakang, berbagai macam buku ada di dalamnya. Zahra terperangah tak percaya, rasa takjub menguasainya. Saat ini ia serasa memasuki sebuah surga, matanya yang mengerjab penuh kekaguman tak luput dari perhatian Ethan.
Ethan sengaja mengajak gadis itu ke perpustakaan pribadi yang di milikinya, ruang baca yang merupakan ruang favoritnya. Ia ingin mendengar kisah zahra tanpa gangguan dari siapapun,
Ethan belum pernah membawa siapapun ke dalam perpustakaannya, luke yang merupakan sahabat dekat dan juga orang yang paling ia percayai pun tak pernah.
Zahra mengelilingi setiap rak buku, dengan tatapan takjub, matanya berbinar indah dan decakan kagum terdengar dari bibirnya.
"yah tuhan.., tuan ethan anda mengagumkan" pujinya tanpa sadar, zahra seperti orang berbeda di mata ethan saat ini. Gadis itu bagaikan orang yang berbeda, zahra terlihat lincah pindah dari satu rak ke rak lainnya.
Ethan menggelengkan kepalanya, ia tak menyangka zahra seperti orang yang sedang mabuk kepayang.
"tuan..anda sudah membaca semua buku ini?" tangannya mengembang menunjuk semua buku di setiap rak, dengan wajah tersenyum indah. Suaranya pun berubah ramah.
Ethan yang terpesona melihat senyum itu, berusaha terlihat biasa saja, wajah datarnya hanya menggeleng seraya mengikuti langkah zahra yang seperti orang mabuk itu. Senyumnya pun tak memudar dari wajah cantiknya yang dipenuhi sorot kekaguman.
"duduklah, aku ingin bicara padamu!" perintah ethan datar, namun suara beratnya terdengar parau, terdengar jelas ia tercekat karena tingkah zahra yang membuatnya terpesona tadi.
Zahra mengangguk, namun matanya masih sibuk mengitari seluruh ruangan yang membuatnya terpesona ini.
"zahra.." panggil ethan menyadarkannya, zahra menoleh, ia tersenyum malu mengangguk dan duduk di sofa sudut di mana ethan duduk dengan tenang menyilangkan kakinya
"kamu siap menceritakan semuanya padaku?"
Zahra mengangguk, wajahnya mulai terlihat serius.
"aku butuh nama yang melakukan perbuatan ini padamu"
Zahra menghela nafasnya yang terasa berat, rasa sesak itu akan selalu kembali jika ia mengingat perbuatan amira padanya.
"saya di culik dan di jual oleh seorang putri, istri kedua dari seorang pangeran di dubai" ujar zahra mengawali penjelasannya.
Ethan, pria itu menatap zahra yang menjelaskan kisahnya, sesekali terlihat ia mengernyitkan keningnya, ketika zahra menyebutkan sebuah nama. Terkadang ethan ikut menahan nafas, ketika zahra menceritakan 20 harinya di atas lautan, di dalam kontainer yang bau dan pengap.
Ia juga ikut merasakan kesedihan dan ketakutan yang zahra rasakan, gadis itu sudah ikhlas jika saat itu ia harus mati.
Ethan merasa geram, mendengar semua cerita zahra, dan itu semua disebabkan oleh keegoisan seorang pria yang merasa tak cukup.
"siapa tadi kamu bilang, nama pangeran itu?"
"ommar al hassan" jawab zahra menutup penjelasannya yang panjang.
"ommar al hassan.." gumam ethan lirih, mata elangnya terlihat seperti sedang memikirkan atau mengingat sesuatu.
"nama itu cukup familiar.."
Zahra tak menjawab, ia hanya menatap ethan yang terlihat seperti sedang bicara dengan dirinya sendiri,
"apakah kamu menyukai pria itu?"
Zahra terhenyak, pertanyaan ethan barusan tak mampu dijawabnya. Ditambah sorot mata pria itu menuntut jawaban darinya, zahra merasa seperti seorang pesakitan yang sedang di interogasi.
"kamu menyukai pria itu zahra?" tanya ethan lagi dengan nada memastikan.
"ti..tidak.."
"kamu ragu sepertinya!" cecar ethan cepat, zahra terlihat gugup, ia juga ragu apakah perasaannya pada ommar saat itu suka atau iba.
"saya tidak yakin tuan, awalnya saya tidak menyukainya, ta—"
"tapi dengan berjalannya waktu dan dengan kalian sering bertemu, akhirnya kamu menyukainya" sambar ethan cepat menyela ucapan zahra yang terdengar gugup dan ragu.
Zahra menggeleng, netranya menatap ethan yang terlihat mendesak jawabannya.
"saya tak tahu tuan, sungguh saya sendiri bingung dengan perasaan saya saat itu padanya, apakah rasa itu suka atau hanya iba, sungguh saya tak tahu.."
Ethan mengernyitkan keningnya, jawaban zahra terdengar ambigu. Mata pria itu menatap zahra lekat penuh selidik, ia heran bagaimana bisa zahra tak memahami perasaannya sendiri.
Ethan menarik nafas, dan tarikan itu terdengar berat.
"amira, nama istri pangeran itu amira?" tanya ethan seakan mengingat-ingat sesuatu, pria itu berpikir keras dengan kerutan yang menebal di keningnya.
"bagaimana dengan ponselmu?"
"seingat saya, saya meninggalkannya di kamar, di asrama tuan!, mungkin roomate saya yang memegangnya saat ini"
Ethan mengangguk, tangan pria itu memegang dagu, wajahnya yang terlihat sedang berpikir keras itu, membuat zahra terpesona.
Zahra melengos jengah, rasa hangat menjalari wajahnya.
'ada apa denganku ini?' batinnya dalam hati, zahra mengusap wajahnya yang menghangat. Ada rasa asing yang menyelusup ke hatinya, wajah tampan ethan dengan rambut gondrongnya yang sedikit ikal, ikatan di kepalanya dengan model mullet, kedua sisi kepalanya di cukur tipis. Membuat pria itu sangar namun tampan.
"heumm.." gumam ethan menyadarkan zahra dari keterpesonaannya pada pria itu.
"dengan informasi sejelas ini, aku ingin tanya padamu.."
Mata zahra menatap ethan lekat, kerjaban matanya menanti kelanjutan ucapan pria itu,
"kamu maunya apa zahra?, kamu mau aku membalas mereka atau kamu merasa cukup dengan aku menemukan semua dokumen dan identitas kamu?"
Zahra tertegun, tawaran pria di hadapannya ini sungguh membuatnya ragu. Sejujurnya zahra sangat tidak terima perlakuan istri ommar itu padanya, namun di sisi lain hatinya, zahra juga dapat memaklumi perbuatan amira itu.
"zahra..!" panggilan ethan menyadarkannya, mata indah zahra menatap sendu, ia menggeleng bingung,
"saya nggak tahu tuan, saya bingung"
"biasanya aku akan menyarankan pembalasan, tapi sekarang semua terserah padamu, secepatnya keputusan kamu buat, secepat itu aku akan bertindak" jelas ethan dengan gamblang, pria itu mengucapkan dengan santai, suara dinginnya menyentakkan zahra.
Mengapa pria ini begitu baik, walau tampilannya terlihat angkuh, dingin dan garang.
Benak zahra berpikir keras, benarkah ada orang yang rela menolong orang lain tanpa pamrih,
"tuan, apa yang harus saya lakukan untuk membayar kebaikan tuan ini pada saya?"
Ethan menatap lekat, mata zahra yang memandanginya. Sorot mata wanita itu memohon jawaban,
"hhhhhhhh.." desah ethan berat, ia melengos membuang pandangannya ke arah lain. Tatapan zahra menghadirkan debar di dalam dadanya,
"bukankah kemarin aku sudah katakan padamu, aku tak minta bayaran, aku hanya tak suka menolong orang setengah-setengah, ak—"
"iya tuan, saya tahu.." sambar zahra menganggukkan kepalanya paham,
"saya hanya penasaran, mengapa anda baik sekali"
Ethan tersentak, wajahnya menghangat tanpa sadar. Pujian yang terdengar tulus dari zahra, membuat hati pria itu terpesona, belum lagi tatapan zahra. Ethan membuang pandangannya lagi, susah payah ia menahan senyum senang yang hampir terlihat di bibirnya.
"ehemmm.." dehemnya sedikit keras, memecah kecanggungan yang sempat tercipta dari salah tingkahnya tadi.
"putuskan lah zahra, agar aku bisa segera bertindak cepat"
Zahra menengadah, menatap lekat wajah tampan ethan. Di bibirnya tersemat senyum indah,
"saya hanya ingin hidup tenang tuan, saya tak ingin membalas perbuatan buruk amira itu"
Ethan mengangguk paham, ia menyadari gadis cantik ini, ternyata wanita yang baik hati dan tidak pendendam.
Bersambung...