NovelToon NovelToon
REINKARNASI SANG DEWA KEKAYAAN

REINKARNASI SANG DEWA KEKAYAAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Romansa / Mengubah Takdir
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

Sinopsis

Arta, Dewa Kekayaan semesta, muak hanya dipuja karena harta dan kekuasaannya. Merasa dirinya hanya 'pelayan pembawa nampan emas', ia memutuskan menanggalkan keilahiannya dan menjatuhkan diri ke dunia fana.

Ia terperangkap dalam tubuh Bima, seorang pemuda miskin yang dibebani utang dan rasa lapar. Di tengah gubuk reot itu, Arta menemukan satu-satunya harta sejati yang tak terhitung: kasih sayang tulus adiknya, Dinda.

Kekuatan dewa Arta telah sirna. Bima kini hanya mengandalkan pikiran jeniusnya yang tajam dalam menganalisis nilai. Misinya adalah melindungi Dinda, melunasi utang, dan membuktikan bahwa kecerdasan adalah mata uang yang paling abadi.

Sanggupkah Dewa Kekayaan yang jatuh ini membangun kerajaan dari debu hanya dengan otaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 10

Bima segera membongkar muatan di dalam gubuk; tiga aset rongsokan itu lantas diletakkan di tengah tikar yang langsung menjadi ruang kerjanya dadakan. Fokusnya segera bergeser ke aset pertama, sebuah komputer desktop tua dengan monitor tabung yang kusam.

{Ini adalah tantangan sesungguhnya. Nilai jual monitor tabung jauh di bawah monitor LED, tetapi perbaikan cepat pada CPU bisa menghasilkan margin laba paling tinggi.}

Ia mulai membersihkan casing komputer itu dengan teliti, berusaha menghilangkan lapisan debu tebal yang telah menjadi selimut bagi mesin. Saat casing terbuka, Bima segera menemukan masalah likuiditas tersembunyi; motherboard memang utuh, tetapi ia melihat salah satu kapasitor di bagian power supply sedikit menggembung.

{Bukan hanya debu. Kerusakan kecil yang krusial. Untung aku tidak langsung menyalakannya. Biaya perbaikan sekarang naik menjadi Rp 10.000 untuk kapasitor baru, tetapi laba yang dihasilkan akan tetap tinggi.}

Dengan gerakan sigap, ia mengambil alat solder sederhana dan kapasitor cadangan yang selalu tersimpan di kotak perbaikan. Dinda duduk di sudut ruangan, matanya mengamati kakaknya yang sibuk dengan kabel dan alat-alat berbau logam itu.

"Apa itu, Kakak? Seperti mainan robot yang rusak," tanya Dinda polos, merujuk pada kipas pendingin yang sedang dibersihkan Bima.

"Ini adalah harta karun, Sayang. Hanya perlu sedikit sentuhan sihir agar bisa bekerja lagi," jawab Bima tanpa mengalihkan fokusnya dari solder.

Ia menyelesaikan penggantian kapasitor itu dalam waktu kurang dari lima belas menit. Setelah itu, ia memasang kembali semua komponen sembari membersihkan debu dari heatsink dan RAM. Bima menyalakan komputer, dan monitor tabung menyala dengan bunyi desis pelan; sistem operasi kuno muncul di layar dan berjalan stabil.

{Selesai. Komputer Rp 150.000 ini sekarang bernilai pasar Rp 800.000. Margin laba kotor 433 persen. Waktu yang digunakan: kurang dari satu jam.}

Ia menggeser komputer itu ke samping dan langsung beralih ke dua printer multifungsi. Perbaikan kedua printer berjalan sesuai dugaan cepat. Untuk printer pertama, Bima hanya perlu menggunakan pinset panjang guna menarik sobekan kertas yang menyumbat sensor optik. Printer kedua juga memiliki masalah serupa, dan dapat diperbaiki dengan tindakan yang persis sama.

Dalam waktu tiga puluh menit, kedua printer yang ia beli seharga Rp 50.000 kini siap dijual.

{Kedua printer ini bernilai Rp 700.000 jika dijual sebagai paket. Modal Rp 50.000 menjadi Rp 700.000. Sebuah keajaiban efisiensi waktu.}

Total potensi pendapatan dari tiga aset yang telah direstorasi ini mencapai Rp 1.500.000. Ia menyisihkan Rp 10.000 dari sisa modal kerja untuk mengganti biaya kapasitor, sehingga modal kerja likuidnya kini menyusut menjadi Rp 100.000.

Bima membersihkan tangan lalu menatap sekeliling gubuknya; komputer dan printer yang sudah siap dijual diletakkan di sudut yang kering dan bersih. Ia memanggil Dinda mendekat dan memeluknya erat.

"Dinda akan tidur di sini malam ini, ya. Besok pagi, Kakak akan menjual harta karun ini, dan kita akan semakin dekat dengan sekolah baru Dinda."

Bima tahu bahwa setiap rupiah yang ia hasilkan adalah penentu keamanan serta pendidikan adiknya. Matahari mulai terbenam di luar gubuk, membawa hawa dingin.

{Dengan potensi pendapatan Rp 1.500.000, total modal yang kumiliki akan mencapai Rp 4.890.000. Target Rp 5.000.000 hampir tercapai. Kekuatan motor matic ini telah menghasilkan percepatan modal yang sangat efisien.}

Hari ini adalah hari persiapan yang penuh ketelitian; besok adalah hari eksekusi yang akan membawanya ke tahap ekspansi bisnis yang lebih besar: penyewaan toko permanen.

Keesokan paginya, Bima bangun sebelum azan subuh. Ia sudah memuat foto-foto komputer dan printer hasil restorasi ke platform penjualan daring sejak semalam. Ia tidak menggunakan kata "bekas" atau "rongsokan" dalam iklannya, melainkan menulis "Komputer Desktop Siap Pakai" dan "Printer Multifungsi Teruji," menekankan nilai fungsional produk.

{Kecepatan layanan dan transparansi produk adalah kuncinya. Aku harus memastikan barang ini berputar cepat, bahkan sebelum pedagang lain sempat bangun.}

Tepat pukul 06.00 WIB, notifikasi pesan berdering di ponsel Bima. Tiga orang berbeda menanyakan tentang komputer itu secara bersamaan. Permintaan yang masuk sangat tinggi, persis seperti yang ia harapkan, karena kecepatan responnya di pagi hari ini mengalahkan pedagang loak biasa yang masih bersiap.

Bima memilih pembeli pertama, seorang mahasiswa yang membutuhkan komputer untuk tugas kuliah daring. Mahasiswa itu setuju dengan harga Rp 800.000 dan meminta pengiriman segera.

{Motor matic ini bukan hanya alat transportasi, ini adalah mesin pengantar likuiditas.}

Bima segera mengikat komputer dengan aman di kursi belakang motor maticnya. Ia berpamitan pada Dinda dan berjanji akan kembali setelah mengamankan target modal. Perjalanan pengiriman memakan waktu sekitar empat puluh lima menit pulang-pergi, menghasilkan Rp 800.000 tunai dan modal kerja awal melonjak menjadi Rp 900.000.

Saat Bima dalam perjalanan kembali, ia mulai mengatur penjualan printer melalui pesan. Ia memutuskan untuk tidak menjual keduanya kepada satu pembeli, karena harga paket cenderung membuat orang menawar lebih rendah.

{Memecah aset untuk menjual secara individual meningkatkan daya tawar dan mempercepat perputaran modal.}

Printer pertama berhasil dijual seharga Rp 350.000 kepada pemilik warung fotokopi kecil di pasar. Printer kedua laku seharga Rp 350.000 kepada seorang ibu rumah tangga yang ingin mencetak dokumen sekolah anaknya. Dalam dua jam berikutnya, Bima melakukan dua kali perjalanan cepat lagi dengan motornya, menuntaskan semua transaksi.

Saat jarum jam menunjukkan pukul 09.30 WIB, Bima kembali ke gubuknya yang sepi. Ia segera menghitung seluruh uang tunai yang tersisa di tikar.

Total modal setelah penjualan: Rp 4.560.000 (modal awal sebelum motor) - Rp 950.000 (motor) + Rp 1.500.000 (penjualan aset) - Rp 10.000 (biaya perbaikan kapasitor) \= Rp 5.000.000

{Target tercapai. Lima juta rupiah. Ini adalah batas psikologis yang memisahkan pedagang aset mikro dengan pengusaha sewa aset. Sekarang aku memiliki modal yang cukup untuk menyewa toko, mengamankan alamat bisnis permanen, dan memprioritaskan pendidikan Dinda.}

Tangan Bima memegang lembaran uang itu, ia merasakan sensasi berat dari kekayaan yang ia ciptakan dari nol, tanpa bantuan ilahi.

Dinda menghampirinya dengan langkah kecil; matanya menunjukkan rasa ingin tahu pada tumpukan uang di tikar.

"Kakak, banyak sekali!" seru Dinda penuh kegembiraan, menunjuk uang itu.

"Ya, Sayang. Ini cukup untuk kita pindah, dan Dinda akan sekolah. Kakak akan segera mencari tempat. Tapi sebelum itu," Bima mengalihkan pandangan ke luar gubuk, ke motor maticnya yang kini kosong, "kita akan pergi ke toko buku. Kau harus memilih buku-buku terbaik untuk hari pertamamu sekolah."

Ini adalah bagian terpenting dari perhitungan modalnya, yaitu mengalokasikan keuntungan untuk investasi non-moneter yang paling krusial: masa depan Dinda.

Sambil memeluk adiknya, Bima tahu langkah selanjutnya tidak lagi tentang percepatan modal, melainkan tentang konsolidasi, pengamanan, dan ekspansi. Ia telah melunasi utang, mengakuisisi aset, dan kini siap menyewa markas operasional permanennya di dunia fana.

Setelah makan siang sederhana, Bima membawa Dinda dengan motor maticnya. Dinda duduk di depan, memeluk pinggang kakaknya dengan riang. Tujuan pertama mereka adalah toko buku bekas terbesar di kota itu, bukan sekadar untuk membeli, tetapi untuk mengukuhkan investasi pada aset non-likuidnya.

{Keamanan emosional Dinda dan pendidikannya adalah prioritas utama. Ini adalah asuransi yang menjamin motivasiku di masa depan.}

Di dalam toko buku, Bima membiarkan Dinda memilih sendiri tas sekolah bergambar tokoh kartun kesukaannya, buku tulis, dan pensil. Ia mengawasi dengan tenang saat Dinda membolak-balik halaman buku pelajaran kelas dua yang baru. Harga total perlengkapan sekolah itu mencapai Rp 300.000; itu adalah pengeluaran yang besar, tetapi Bima tidak ragu.

{Rp 300.000 diinvestasikan. Jauh lebih bernilai daripada menambah inventaris rongsokan. Kekayaan sejati bukan hanya tentang akumulasi modal, tetapi alokasi modal pada nilai yang benar.}

Ketika mereka kembali ke motor, Dinda sudah memegang tas baru yang berisi harta karunnya; senyumnya adalah keuntungan terbesar yang diraih Bima hari itu.

Setelah itu, Bima mengalihkan fokusnya pada aset bergerak: toko permanen. Ia mengendarai motornya menuju area perdagangan elektronik yang sudah ia targetkan sejak awal. Ia butuh lokasi strategis yang mudah dijangkau oleh pemasok (seperti Tuan Banu) dan dekat dengan pasar konsumen.

Ia menemukan sebuah toko kecil di deretan ruko tua yang terlihat sepi. Luasnya sekitar 3x4 meter, hanya cukup untuk menampung meja kerja dan etalase kecil.

Di sana, ia bertemu dengan seorang ibu paruh baya, pemilik ruko tersebut.

“Berapa sewa untuk satu tahun, Bu?” tanya Bima, suaranya tenang dan tegas.

“Kalau sewa tahunan, Rp 8.000.000. Tapi kalau bayar tiga bulan di muka, Rp 2.500.000,” jawab Ibu itu, menatap Bima dengan sedikit ragu melihat penampilan Bima yang sederhana.

{Bayar per kuartal. Mengurangi risiko investasi jangka panjang, menjaga likuiditas modal kerja. Namun, jika aku bisa bernegosiasi untuk kontrak jangka panjang, leverage-nya akan lebih baik.}

“Saya akan bayar Rp 6.000.000 tunai untuk sewa enam bulan,” tawar Bima, langsung menyebutkan angka yang lebih tinggi dari bayaran tiga bulan, tetapi lebih rendah dari setengah harga sewa tahunan. Ia sengaja menawarkan bayaran setengah tahun untuk menunjukkan komitmen serius dan kemampuan finansialnya.

Ibu pemilik ruko terkejut dengan tawaran itu. "Rp 6.000.000 untuk enam bulan? Biasanya saya tidak menerima penawaran seperti itu..."

"Rp 6.000.000 tunai sekarang, Bu. Saya butuh tempat ini untuk markas operasional dan saya berencana memperpanjang kontrak jika bisnis saya berjalan baik. Ini adalah harga premium untuk kepastian."

Ibu itu terdiam sejenak, menimbang kepastian uang tunai yang langsung masuk. "Baiklah, Nak. Saya setuju."

Bima segera mengeluarkan tumpukan uang dari ranselnya. Setelah menandatangani kontrak sewa sederhana, Rp 6.000.000 berpindah tangan.

Total modal: Rp 5.000.000 (target) - Rp 300.000 (perlengkapan Dinda) - Rp 6.000.000 (sewa toko enam bulan) \= Minus Rp 1.300.000.

{Terjadi defisit modal kerja. Aku mempertaruhkan modal yang belum kumiliki! Tetapi aku hanya menggunakan uang yang sudah pasti masuk dari piutang dan inventaris yang sedang dalam perjalanan.}

Bima tersenyum kecil karena ia belum menghitung piutang yang masih ada dan sisa modal kerja likuid sebesar Rp 1.300.000 yang ia sisihkan sebelumnya. Defisit ini hanya ada di atas kertas, bukan dalam kas tunai nyata.

Bima mendapatkan kunci toko barunya, sebuah pintu besi yang menjadi gerbang menuju konsolidasi kekayaan sejati. Di depan toko itu, Bima berbalik dan menatap Dinda, yang memeluk erat tas sekolah barunya.

"Ini adalah markas baru kita, Sayang," bisik Bima pelan. "Kakak akan membangun kekayaan sejati dari sini."

Dinda mengangguk riang, matanya terpantul pada bayangan jendela toko yang gelap. Bima tahu langkah selanjutnya adalah mengisi toko kosong itu dengan aset rongsokan, kemudian mengubah alamat sederhana ini menjadi pusat gravitasi kekayaan.

1
Dewiendahsetiowati
ceritanya bikin nagih baca terus
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Khusus Game: halo, ka. selamat membaca, sorry ya baru cek komen🙏😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!