Sera, harus kehilangan calon anak dan suaminya karena satu kecelakaan yang merenggut keluarganya. Niat ingin berlibur malah menjadi petaka.
Sera bersedih karena kehilangan bayinya, tapi tidak dengan suaminya. Ungkapannya itu membuat sang mertua murka--menganggap jika Sera, telah merencanakan kecelakaan itu yang membuat suaminya meninggal hingga akhirnya ia diusir oleh mertua, dan kembali ke keluarganya yang miskin.
Sera, tidak menyesal jatuh miskin, demi menyambung hidup ia rela bekerja di salah satu rumah sakit menjadi OB, selain itu Sera selalu menyumbangkan ASI nya untuk bayi-bayi di sana. Namun, tanpa ia tahu perbuatannya itu mengubah hidupnya.
Siapakah yang telah mengubah hidupnya?
Hidup seperti apa yang Sera jalani setelahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Bukan Pencuri!
"Sera, lepaskan aku!"
"Tidak akan Tuan."
"Jika kau tidak lepaskan pelukanmu, aku akan menendangmu."
"Lakukan saja jika berani Tuan."
Darren, terbelalak ia tidak percaya dengan apa yang sudah Sera katakan. Wanita itu berani menentangnya, dan hanya Sera, yang berani kepadanya walau dia tahu Darren, majikannya.
Semua orang tertawa termasuk Alex, bagi Alex, Sera wanita hebat yang berani melakukan itu kepada bosnya. Tapi, tidak dengan Nia, wanita itu terlihat marah dan emosi saat Sera, tidak melepas pelukannya.
"Sera, lepaskan Tuan Darren!" Nia, bersikap lancang yang langsung mendekat ke arah Sera, ia hendak menarik tangan Sera agar menjauh dari Tuannya, tetapi malah tubuhnya yang terpental hingga terdorong ke dalam tong sampah.
Seketika tawa riuh memenuhi seisi rumah. Nia, menjadi bahan tertawaan karena b*kongnya yang masuk ke dalam tong sampah.
"Aduh, Nia jangan suka jadi pahlawan deh, kamu."
"Kamu, ganggu saja Nia, aku harus merekam momen ini." Inah mengarahkan ponsel genggamnya untuk merekam momen langka itu.
"Bi Inah, awas, ya berani merekam aku pecat!"
"Maaf, Tuan. Yang mempekerjakan saya Nyonya, jadi saya hanya akan pergi jika Nyonya yang minta."
Seketika Sera, menoleh pada Bi Inah. Ia menyipitkan mata sambil mengangkat jempolnya, seolah membenarkan apa yang Inah katakan. Inah, pun membalasnya dengan kedipan mata.
Darren, semakin kesal. Kehadirannya seolah tidak dianggap. Dari sekian banyak pekerja, sekalipun Alex, asistennya mereka hanya menertawakan nya. Amarah Darren semakin meluap, ia menatap kesal pada Sera, lalu mendorong tubuhnya.
Sera yang tidak berpegangan pun terhuyung, Darren, tersenyum tetapi tidak-setelah tangan Sera, berhasil menarik dasinya. Sontak, tubuh Darren, ikut terbawa.
"Tuan Darren!"
Bugh!
Semua mata terpana, mereka terdiam hingga mulut yang menganga lebar. Alex, langsung memalingkan muka, begitupun Bi Inah yang segera berbalik memunggungi mereka. Semua, penjaga langsung membubarkan barisan, mereka kembali ke tempatnya masing-masing, menghindari masalah.
Namun, hanya satu yang masih terpaku melihat tubuh Darren, yang langsung mencium kedua gunung kembar milik Sera. Nia, mencebik, dan mendadak histeris. Wanita itu ingin sekali menangis, melihat Sera yang berada di bawah tubuh majikannya.
Sera, hanya diam begitupun Darren. Tiba-tiba ...
"Ada apa ini?" tanya Maudy, yang baru saja datang. Maudy, berjalan memecah kerumunan, ia penasaran apa yang sedang terjadi di teras rumahnya.
Matanya membola, menatap peristiwa langka di depannya.
"Darren!"
Deg
Darren, seketika bangkit dari atas tubuh Sera. Begitupun Sera, yang juga ikut berdiri. Sera, langsung membersihkan sampah-sampah dari tubuhnya, lalu menatap Maudy di depannya.
Darren, menjauh dari Sera, ia mencoba memalingkan muka dari bayangan indah yang menonjol itu.
"Apa yang aku lakukan. Kemarin, aku terbayang-bayang benda itu, sekarang ... aku malah jatuh di atasnya. Oh tidak ... apa Mama melihatnya, sepertinya aku harus jelaskan kesalahpahaman ini."
"Mama ini tidak seperti yang Mama pikirkan, ini semua kesalahpahaman."
Mata Maudy menyipit yang mencoba mencari kebenaran di mata putranya.
"Kesalahpahaman atau disengaja tetap saja itu memalukan Darren! Kamu melakukan itu di depan mereka!" Tunjuk Maudy, kepada Inah, Nia, dan Alex. Mereka yang ditunjuk hanya diam dan menunduk.
Sera dan Darren, akhirnya disidang oleh Maudy. Sera hanya menunduk diam, sedangkan Darren, pria angkuh itu tidak merasa bersalah sama sekali, ia tetap bersikap angkuh, di depan ibunya sambil bersedekap di bawah dada.
"Darren, apa harus seperti itu? Mama tidak pernah mengajarkan kamu untuk berbuat sesukamu kepada orang lain. Menyiram tubuh Sera, dengan sampah itu bagaikan hinaan."
"Tapi dia juga melakukan itu padaku, Mah!"
"Tidak Nyonya!" bantah Sera, yang mendongak dengan posisi tubuh yang tegak.
"Dulu aku tidak sengaja Nyonya, aku tidak melemparnya dengan sampah. Mobilnya saja yang berdekatan dengan tong sampah jadi aku tidak sengaja melempar kantong sampah ke dalam mobilnya. Tapi, saya sudah minta maaf Nyonya, dan sudah ganti rugi juga."
"Ganti rugi? Memangnya mobilnya cacat?"
"Itu Nyonya ...."
"Mah, jangan dengarkan dia! Dia itu penipu, aku sudah bertemu dengannya lebih dulu, jadi aku ingin dia pergi dari rumah ini."
"Tidak Nyonya, aku bukan penipu."
"Sekalinya kamu penipu tetap penipu. Dan selain itu kamu juga pencuri!"
"Tidak Nyonya!" Sera, terlonjak, ia kaget dengan tuduhan Darren. "Tuan, Darren, jangan asal fitnah, ya. Aku bukan pencuri, dan tidak pernah mencuri."
"O, ya? Kamu yakin ... dan Mama percaya?" tanya Darren, yang menatap Maudy.
"Tadi siang aku menemukan kalung ini di dalam kopermu."
Sera, melongo matanya membola melihat kalung emas yang terukir nama di tangan Darren.
"Bukannya itu kalungnya Tamara?"
"Iya, Mama juga tahu. Dan kalung ini kemarin malam hilang, bertepatan dengan aku menemukan antingnya. Jika bukan dia siapa yang masuk ke dalam kamarku, untuk mengambil kalung ini."
Sera, menggeleng ia menyakinkan Maudy, bahwa ia tidak pernah mencuri dan tidak pernah tahu kalung itu. Sementara, Maudy, ia sangat percaya jika Sera, orang baik tapi bukti itu membuatnya ragu.
"Nyonya, Nyonya, harus percaya sama aku. Aku tidak akan melakukan itu Nyonya."
"Alex, apa aku berbohong?" tanya Darren, kepada Alex yang diam tapi pada akhirnya menunduk.
Alex tidak bisa membela Sera, karena memang bukti itu ada di dalam kamar Sera. Alex, yang menemukan di dalam kopernya.
"Nggak, Nyonya ... Nyonya harus percaya padaku. Aku tidak mencuri Nyonya aku mohon ... percaya padaku." Sera, bersimpuh sambil memohon kepada Maudy. Sedangkan Maudy, ia ragu harus percaya pada siapa.
Darren putranya tidak mungkin berbohong juga ada Alex yang melihatnya.
"Maaf, Sera, tapi saya ... membutuhkan waktu untuk percaya pada kamu."
"Nyonya! Nyonya!" panggil Sera, kepada Maudy yang sudah meninggalkan nya.
Kini tinggal Darren, yang masih berada di ruangan itu. Matanya tidak henti menatapnya penuh kebencian, pantas saja Darren begitu kekeh ingin mengusir Sera, ternyata tidak hanya urusan pribadi tetapi karena Sera, telah mencuri barang milik mendiang istrinya.
"Alex! Seret dia keluar!"
"Ta-tapi ... aku tidak melakukannya Tuan. Aku tidak pernah mencuri Tuan Darren!'
Darren, melangkah menuju kamarnya, tanpa menghiraukan Sera. Sera, yang diseret kedua pengawal pun hanya bisa pasrah ketika tubuhnya diseret keluar.
"Alex!" panggil Sera kepada Alex. Sera, meminta penjaga itu untuk berhenti sebentar. Karena Sera ingin bicara dengan Alex, Sera meyakinkan Alex agar percaya padanya tetapi Alex, dia tidak mengatakan apapun.
"Alex, aku mohon bantu aku Alex!"
"Diam! Pergi kamu!" sentak kedua penjaga itu yang melempar koper milik Sera. Sera, hanya diam kali ini ia tidak bisa membela diri lagi. Dengan terpaksa Sera pergi menyeret kopernya meninggalkan kediaman Darren.
Sementara di dalam sana, Nia menatap kepergian Sera dengan senyuman. "Akhirnya dia pergi, makanya jangan sok jadi Nyonya, jadinya diusir, kan," ejek Nia yang menatap sinis ke bawah sana, di mana Sera berada.
Sementara Sera, dia tetap akan mencari tahu siapa orang yang sudah menjebaknya. Sera, tidak akan menyerah sebelum ia mendapatkan kebenaran.
"Bisa-bisanya aku dituduh pencuri, tapi ... siapa yang menyimpan kalung itu di dalam koperku," gumam Sera, selama perjalanannya.
...----------------...
Maaf, kemalaman